Satu per satu murid meninggalkan kelas begitu Mentari kembali. Tidak lama sebelum bel jam terakhir berbunyi, gadis itu izin ke kamar mandi untuk mencuci muka. Namun saat ia kembali rupanya kelas sudah berakhir.
"Ada PR gak?" tanya Mentari begitu mencapai mejanya.
"Enggak. Oh, iya. BTW barusan Tante Mala nelepon. Katanya dia udah ada di depan gerbang. Terus gue bilang aja kalo lo lagi ke toilet."
Kedua alis Mentari mengerut. Jika ibunya datang menjemput, lantas dengan siapa Alan pulang? Bagaimana jika lelaki malang itu tersesat lagi seperti tadi pagi?
Mentari berusaha berpikir. Mamanya Alan mungkin tidak akan datang karena anaknya membawa motor, terlebih dia pasti mengira kalau Alan tidak pulang sendirian. Tapi di sisi lain, Mentari juga memikirkan dirinya sendiri. Dia tidak mau nekat lagi seperti tadi atau besok dia tidak akan bisa mengisi daftar hadir.
"Ya udah deh, kalo gitu gue duluan ya," pamit Mentari. Ia segera membereskan semua peralatan menulisnya dan keluar kelas dengan terburu-buru. Gadis itu berjalan melewati tangga, menuju ke koridor lain.
"Sebelas IPA enam." Mentari menatap sebuah papan nama yang menggantung di atas pintu. "Dia di kelas ini, 'kan?" Ia lalu menatap ke dalam kelas dan mengedarkan pandangannya.
"Alan!" Ia berseru, membuat sang pemilik nama menatap ke arahnya. Lelaki itu segera memakai tas dan berpamitan pada teman-temannya yang lain. Mereka tampak menatap Mentari yang berada di sana, menatapnya dengan pandangan bertanya-tanya.
"Lo ngapain di sini?" tanya Alan begitu mencapai pintu.
"Lo pulang sama siapa?" Mentari balik bertanya.
Alan terdiam sejenak. Tidak mungkin juga dia mengajak Mentari lagi. Meskipun gadis itu memakai sunscreen atau semacamnya, tapi tidak menutup kemungkinan ia akan terkena panic attack lagi, terlebih sekarang matahari bersinar masih terik.
"Gue .... "
"Gue gak bisa pulang bareng lo. Nyokap gue udah jemput." Mentari menginterupsi.
"O-oh, iya. Gak apa-apa, gue bisa ngerti kok."
"Tapi lo gimana?"
Tiba-tiba Alan tertawa pelan. "Ya gak gimana-gimana. Lo pulang aja duluan, gue gak pa-pa."
Mereka berdua perlahan berjalan menuruni satu per satu anak tangga.