Heliophobia

Tuti Haryati
Chapter #27

27. Runtuhnya Pertahanan

Alan menatap satu per satu pedagang yang ada di sana. Lelaki itu tiba-tiba saja terdiam di tempatnya seraya memikirkan sesuatu.

"Gue ngapain ya, ke sini?" gumamnya. Ia kemudian berjalan mendekati salah satu pedagang di sana sebelum akhirnya melihat keberadaan Mentari yang tak jauh darinya. Tak pikir panjang akhirnya Alan memanggil gadis itu dan berjalan mendekatinya.

"Lo di sini juga ternyata. Awas nyasar," goda Mentari seraya tertawa pelan.

"Gue ... ke sini sama lo, ya?"

Tawa Mentari langsung berhenti di detik itu juga dan langsung memasang tampang datar setelahnya. "Mulai lagi deh kayak waktu itu. Lo mau gue tampar lagi, ya?"

Kedua mata Alan mengerjap dan pemuda itu refleks memundurkan tubuhnya.

"So-sori, soalnya gue beneran gak inget mau apa ke sini," ujar Alan hati-hati.

"Yang pasti lo ke sini mau jajan. Ya udah, sekalian sama gue aja. Siapa tahu lo inget lagi. Repot juga kalo lo beneran nyasar, apalagi ini udah malem." Mentari kemudian memberi isyarat agar Alan mengikutinya.

"Gilang gak ikut?" tanya Alan.

Mentari mengembuskan napasnya kasar, "Galang," ralatnya.

Alan kembali mengerjap setelahnya. "Eh? I-iya, Galang maksudnya. Dia gak ikut?"

"Enggak. Gue suruh ngerjain PR, jadi sebagai gantinya gue yang beliin dia makanan," ujar Mentari seraya menatap satu per satu pedagang yang ada di sana. "Gue mau beli takoyaki. Lo mau ikut?"

Alan terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya ia mengangguk pelan dan berjalan mengikuti gadis itu.

Sembari menunggu pesanannya siap, Mentari menatap ke sekitarnya dan memilih makanan apa yang sebaiknya ia beli untuk adiknya. Di saat yang bersamaan dia menyadari kalau Alan hanya diam saja, seolah memikirkan sesuatu.

"Lan? Lo kenapa?" tanya gadis itu.

Alan mengerjap pelan kemudian tersenyum tipis. Ia menggelengkan kepalanya kemudian berujar, "gue gak kenapa-napa kok. Cuma lagi nyoba nginget tujuan gue ke sini." Ia tertawa pelan.

"Ah, soal itu, ya. Gak usah terlalu dipaksa ntar kepala lo sakit," ujar Mentari seraya membayar makanannya. "Lo mau beli apa?"

"Gue ... belom tahu."

Salah satu alis Mentari naik. Sepertinya ada yang tak beres dengan Alan. "Lan, lo beneran gak apa-apa?"

"I-iya, gue gak apa-apa kok."

Mentari menatap lelaki itu selama beberapa saat. Ia lalu mengajak Alan ke suatu tempat dan membeli minuman.

Alan menatap tangan Mentari yang menyodorkannya minuman kaleng.

"Buat lo. Siapa tahu setelah minum, lo jadi ngerasa baikan," ujar Mentari.

"Thanks, ya." Alan menatap minumannya selama beberapa saat sebelum ia membukanya.

"Lo lagi ada masalah? Apa temen-temen lo di sekolah pada jahil?" tanya Mentari seraya mendudukkan tubuhnya di sebelah Alan. Rasanya ia ikut tak enak jika ternyata teman-temannya Alan menjahili lelaki itu karena penyakitnya.

Lihat selengkapnya