Hello An

Nurmala Manurung
Chapter #4

4. An Ngebucin

[🏠🏠]

An menggedor kediaman Dibza dengan semangat. Tangan kirinya menenteng bungkusan yang lumayan besar. Ole-ole dari Korea yang dibawa oleh seorang wanita bermarga Kim. Yang tidak lain adalah emaknya sendiri. 

"Apa lagi An? Ada Yang ketinggalan? Hah? Jejak lo masih ketinggal di lantai? Terus mau lo jemput?" cerocos Hana setelah membuka pintu dan mendapati An. Soalnya dari tadi An bolak - balik ke rumah Hana. Yang katanya, aura kegantengannya tertinggal lah, air matanya jatuh tanpa permisi, dan macem-macem lah. Intinya dia cuma mau mengganggu Hana.

"Lo bisa diam dikit nggak! Berisik!" ucap An sambil menyingkirkan Hana dari pintu. Bersama dengan kantongan besar yang dibawanya, An masuk. Awalnya Hana mau marah lagi, tapi setelah tanpa sengaja An menjatuhkan salah satu isi dari kantongan yang An bawa, mata cewek itu berbinar. Dan cepat-cepat memungutnya.

"Halal nggak nih?" Hana mencari label Halal pada bungkus Topokki. 

"Ya kali. Halal lah. Lo kira di Korea nggak ada apa Halal Mart." ucap An. Oh iya, for your information nih. Jadi, keluarga An adalah keluarga Korea asli yang bermigrasi ke Indonesia. Salah satu alasan mereka bermigrasi bukan semata masalah bisnis, karena keluarga An juga keluarga muallaf, sebelum An lahir ke dunia.

"Wah, lo memang terbaik An." mata Hana semakin berbinar saat melihat isi di dalam kantongan yang tadi An bawa. Ada banyak cemilan dan beberapa mainan kunci khas Korea. Bukan sekali dua kali sih Hana mendapat ole-ole. Tapi, setiap kali mendapat ole-ole Hana selalu seperti ini. Ingin menangis katanya. 

"Eh, bukan lo yang terbaik. Tapi, imo. " koreksinya lagi. 

"Ada An." wanita bermuka keibu-ibuan muncul dari arah dapur. Dia bunda Hana, Rara. "Mama kamu udah pulang?"

"Udah Bun." jawab An. Membuat Hana mengernyit, kenapa pula An memanggil bundanya dengan bunda?

"Eh, sejak kapan bunda punya anak kayak dia. Petakilan dan kepedean!" ujar Hana sambil menunjuk ke arah An. 

"Apaan sih kakak Hana." An tersenyum malu-malu. Membuat Hana hampir muntah saja. 

"Hahaha... Kalian kalo ketemu pasti berantem terus. Nggak pernah akur." bunda ikut berkomentar. Iya sih, mereka berdua pasti kalo ketemu ya adu mulut terus. Akurnya itu bisa dihitung. Kapan dan dimana.

"Jodoh Bun." Hafizh yang baru masuk ikut berkomentar. Tidak ingin mendapatkan luka di wajah, Hafizh segera ke kamarnya setelah menyalam sang bunda.

..

An bergaya cool. Berdiri bak model. Memberikan tambahan dengan memasukkan ke dua tangannya ke kantong celana. Mungkin, An baru saja membaca novel remaja tentang seorang siswa yang cool. Makanya gayanya aneh gitu, menurut Hana. 

Menyunggingkan senyum saat Hana keluar dari pagar. Tentu saja Hana kaget luar biasa dengan keberadaan An.

Lihat selengkapnya