Hello An

Nurmala Manurung
Chapter #8

8. Kisah Iqbal

.🏠🏠.

Hana masih menundukkan kepalanya dihadapan dua orang yang ia kenal. Salah satunya adalah teman dekatnya, Sarah. Hana masih belum bisa mengkondisikan pikirannya, bisa-bisanya ia dibodohi oleh Iqbal. Sebab itu An selalu khawatir kalo Hana dekat dengan cowok. Hana terlalu membuka hati dan tidak curiga.

"Jangan kasih tahu An ya soal ini."

"Lah, kenapa?" tanya cowok dihadapannya, dia Aji gebetannya yang ternyata jadian dengan sahabatnya. "Kalo nggak lo tahan tadi gue. Mungkin nama si Iqbal udah ada di nisan." ucap Aji geram saat ia tahu kebenarannya.

"Pokoknya An nggak boleh tahu. Gue nggak mau dia berantem." 

"Dih, kepedean banget lo dibelain si An." ucap Sarah membuat Hana dan Aji menatapnya dengan tajam. Merusaek suasana saja.

Hana merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya. Mengatakan kepada dirinya bahwa dia baik-baik saja. Namun, tetap saja masih ada luka yang membekas di hatinya. Dan tiba-tiba ia teringat An. 

Hana mengetikkan pesan untuk An, "An, traktir gue dong." 

Tring.

Balasan dari An. 

"Nggak dikasih makan lo sama si Iqbal?" 

Hana mengerutkan keningnya sambil bergumam, "An tahu gue habis jalan sama Iqbal." 

An masih berniat untuk mendiami Hana. Namun, pesan dari Hana yang tiba-tiba minta ditraktir tidak bisa diabaikannya. An tahu Hana baru saja jalan dengan Iqbal, tadi ia tidak sengaja melihat sepasang remaja itu melintas di depan rumahnya. 

Tidak lama An dan Hana berbalas pesan, pintu rumah An digedor. Dan suara mama Kim menggema.

"An ada Hana!"

An dengan sigap bangkit dari kasurnya, berlari kecil menuju pintu. Terlihat jelas An tersenyum, mungkin dia sedang bahagia saat Hana berkunjung ke rumahnya. Setelah An sudah melihat batang hidung Hana, An bersikap seperti sebelumnya.

"An lo jangan marah lagi dong." Hana memasang wajah termelasnya tentu saja An sudah menunggu momen ini.

..

An kaget luar biasa saat mendapati Hana sudah di teras rumahnya. Hana memasang senyum manisnya sambil melambaikan tangan pada An dan menyapa cowok itu, " Annyeong!" 

An berdehem. Tiba-tiba An jadi salah tingkah. 

"Mau ngapain lo?"

"Mau ketemu An yang guanteng, sama mau numpang. Boleh ya?" Hana mengedip-ngedipkan matanya, bertingkah sok imut yang membuat perut An malah jadi mual. Pagi-pagi begini dia sudah disuguhi oleh pemandangan yang mengerikan. 

"Jangan bertingkah sok imut, nggak pantes!" ucap An sambil mendorong kening Hana. 

"An, lo nggak marah lagi sama gue kan? Kita udah naikkan An?" Hana mengekor di belakang An saat cowok itu sibuk mempersiapkan motornya. "An lo,"

"Iya, gue nggak marah lagi sama lo. Naik!" sebelum An berubah pikiran, Hana segera duduk di jok motor An. 

Sarah langsung merangkul Hana dari belakang. Hana sempat memelototkan matanya saat Sarah ingin membahas kejadian semalam sore di cafe. Dia tidak ingin An marah. Karena dia sangat kenal dengan cowok yang sudah lama menjadi tetangganya. Dia akan menghabisi siapa saja yang menyakiti Hana. Apalagi kejadian semalam sore lumayan tragis dan dramatis.

"Kita ke kelas duluan ya." pamit Hana sambil membawa Sarah dengan paksa. 

"Lo kenapa sih?" Sarah memberontak.

"Gue tahu, lo lumayan ember. Dan gue akan ngejauhin lo sama An untuk sementara waktu." ucap Hana tegas, tapi kesannya membuat Sarah sebagai orang jahat yang tersakiti.

Lihat selengkapnya