.🏠🏠.
Hana berjalan mengendap-endap ke kantin. Entah kenapa, tadi Hana meng-iyakan permintaan Askar untuk membelikan cowok itu minum. Tanpa Hana ingat bahwa ada An di kantin.
"Wahh, gue rasa, gue suka Askar." Hana tersenyum tanpa rasa malu. Sepertinya baru beberapa hari yang lalu dia dicampakkan, tapi sudah move on saja.
Hana melihat sekeliling. Ternyata An sudah tidak ada di kantin. Kemana cowok itu? Oh, jadi dia pulang ninggalin Hana? Bagus. Bagus sekali kamu An.
Walaupun Hana sedang kesal, tapi rasa kesalnya terkalahkan dengan bahagianya. Mood Hana menjadi baik saat melihat Askar. Hana sadar dong, Askar bukan levelmu. Askar ada di tingkat sepuluh dan Hana ada di tingkat dua. Coba bayangkan.
"Kok gue baru nyadar sih, kalo Askar keren dan lumayan lah." gumam Hana sambil berjalan menuju lapangan. Jadi, Askar adalah anak dari teman papanya. Mereka sudah kenal lama sih, tapi nggak terlalu akrab. Cuma ngobrol itu pun sekali-kali.
"Yah si Hana mah, cuma Askar doang yang lo anggap manusia?" Rio berkomentar saat Hana menyerahkan botol minum ke Askar.
Hana mengerutkan dahinya, "Lo bisa bicara? Gue kira bisu."
"Kok belum pulang?" tanya Askar setelah menghabiskan setengah isi botolnya. "Di tinggal An?"
"Hah? Nggak..." Hana tiba-tiba menjadi gagu, kok ada debaran di jantungnya, "Eh, iya mungkin."
"Ya udah. Yuk gue anterin." ujar Askar, membuat Hana tiba-tiba terbang mendadak. Hey, Hana sadar!
"Siapa yang mau lo anterin?" An muncul di waktu yang tidak tepat. An menarik Hana menjauh dari Askar. Membuat Hana bertanya-tanya, An kenapa? Kok sensi. Lagian bukan urusannya Hana pulang sama siapa. Toh, An sudah membuat Hana menunggu lama.
Kemudian An mengambil tas Hana yang masih tergeletak di tribun tempatnya duduk tadi. Dan menarik tangan Hana tanpa berkata apa-apa dengan Askar. Malahan tatapan Askar begitu tajam pada Askar. An kamu nggak lagi syuting FTV.
"Lo apa-apaan sih?" Hana menghempaskan tangan An dan mengambil tasnya.
"Ayo pulang." An kembali meraih tangan Hana, namun Hana segera menghempaskan tangan An.
"Sekarang baru ingat pulang lo." ucap Hana dengan wajah muram.
"Lo kenapa sih?"
"Lo yang kenapa?"
An tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia juga nggak punya alasan yang pasti kenapa dia menarik Hana begitu saja. Ketika dia tahu bahwa Hana akan pulang dengan Askar. Ternyata rasa yang ia rasakan kemarin-kemarin terulang lagi.
"Pulang atau gue tinggal nih?" bodoh amat dengan tatapan tajam Hana. Yang penting An sudah memberi pilihan pada tetangganya itu. Untuk tetap di sekolah atau pulang bersamanya.