.🏠🏠.
Kepopuleran An Ternyata masih bertahan. Dibuktikan dengan tumpukan coklat di mejanya. Sudah tiga hari ini terjadi, tentu saja An membagikan berbagai snack yang ia terima kepada teman sekelasnya. An hanya makan beberapa dan mengambil yang berjenis barang.
Brosur untuk acara Sky In November juga sudah tersebar. Acara akan dilaksanakan dua Minggu lagi. An hanya menjadi foto sampulnya, dia tidak mengambil bagian apa-apa dalam pelaksanaan. An hanya akan membantu teman kelasnya. Dia semalam ditunjuk sebagai penjaga stand, banyak berharap agar laku keras. Dengan adanya An. Sebuah strategi yang bagus.
An menarik kursinya, kemudian dia mendaratkan bokongnya. Senyumnya masih mengembang. Saat An masih sibuk memilah tumpukan hadiah di atas mejanya. Sebuah buku catatan tersodor ke arahnya. Masih baru, tampak dari pembungkusnya yang belum dilepas.
"Mau nggak?"
"Mau lah. Thanks Han." ucap An dengan mata berbinar. Ya, yang memberinya buka adalah Hana. Tetangga tercintanya. Hana tahu An suka nulis puisi, sebab itu ia membelikan An buku catatan. Walau harganya murah, tapi An sudah cukup senang.
"Tapi, belum tentu gue maafin lo. Gue masih marah." An mengangguk, kemudian tangannya menepuk kepala Hana.
Kok jadi aneh ya? Mata ke duanya sempat saling kunci beberapa detik, hingga akhirnya An melepaskan tangannya dari kepala Hana. Dia tersenyum canggung.
"Aish, apa perlu gue kasih pengumuman kalo nggak boleh kasih beginian lagi." ucap Hana mencairkan suasana. An tidak mengerti kenapa Hana tiba-tiba membuka tasnya dan menyambar semua tumpukan di meja ke dalam tasnya. Dalam hitungan detik, tas Hana berhasil memakannya. Ingat, tidak ada yang gratis di dunia ini. Semuanya ada timbal baliknya.
..
Hana mengamati ponselnya, lebih tepatnya layar ponselnya. Yang menampilkan foto seorang pria. Kemudian Hana menghela napasnya sambil berucap, "Andaikan Reza Darmawangsa bisa datang ke acara sekolah kita. Kan keren." An secara tiba-tiba berhenti makan, cowok itu tersenyum misterius tanpa sepengetahuan Hana.
"Udah deh, nggak suka kebanyakan mimpi." ujar Sarah menyadarkan Hana. Saat ini mereka bertiga sedang berada di kantin. Mengisi kekosongan perut masing-masing.
"Emang kalo dia ada di acara sekolah, lo mau ngapai?" tanya An.
"Hmm.... Gue ajak pulang." seru Hana, "yang nggak bisa berbuat apa pun harap diam ya." sambung Hana lagi memberi peringatan pada An. Dia tahu kalo An hanya akan meledeknya.
"Kalo gue bisa bawa dia ke acara, gimana? Apa yang lo kasih ke gue?" tantang An dengan mata berapi-api. Hana tertawa menanggapi ucapan An yang unfaedah.
"Ck, sebaiknya gue nggak perlu berharap."