Hello An

Nurmala Manurung
Chapter #17

17. Pengagum Rahasia

.🏠🏠.

Hana panik. Wajahnya memerah. Air matanya baru saja menetes. Seperti ada asap yang keluar dari telinganya. Tangannya gesit mengambil asal minuman yang ada di meja dan meminumnya. Ada rasa lega setelah tenggorokannya dibasahi. Walaupun minuman yang ia minum bukan miliknua

"Itu punya gu...e." ucap An sambil menunjuk ke arah Hana. Namun, Hana tidak peduli, "Kok lo minum sih?" protes An.

Hana hanya tertawa kecil dengan wajah tanpa dosa. An memberikan tisu pada Hana untuk membersihkan hidungnya yang sedikit berair karena makanan pedas yang baru saja ia santap.

Jadi, setelah ada adegan novel seperti yang Hana ucapkan di Sky tadi. Hana merasa lapar dan meminta An agar ke salah satu tempat makan ayam Korea.

Hana mendecah saat ada beberapa cewek remaja yang diam-diam memandang An. Bukannya risih An malah membuat dirinya semakin menarik. Membuat Hana kesal saja.

Akhirnya setelah hampir tiga puluh menit ayam pedas yang Hana pesan habis juga. Hanya Hana yang makan ayam pedas, An tidak suka dengan yang pedas-pedas. Hana tidak ingin meminta gula ke kasir. Seperti kejadian satu tahun lalu.

"Setelah gue beliin roti Jepang dan traktir makan. Lo belum juga berterimakasih?" tanya An dengan takjub. Bagi Hana kata terimakasih hanya ia ucapkan pada apa yang pantas. Dan semua yang An lakukan belum pantas?

Hana menggelengkan kepalanya, kemudian cewek itu mengulurkan tangannya yang gelepotan ke arah An. An Yang tahu maksud Hana langsung sigap mengambil tisu dan membersihkan tangan Hana dengan suka rela. Entah kenapa hari An mau-mau aja disuruh-suruh Hana.

"Lo sweet juga ternyata." senyum Hana.

"Baru sadar. Selain sweet gue juga handsome lho asal lo tahu aja." ujar An sambil menaik-turunkan alisnya.

An kembali menunjukkan sikap manisnya dengan membawakan tas milik Hana. Jika begini terus lama-lama Hana juga akan sadar maksud dan tujuan An.

"Lo Kenapa dah hari ini?" tanya Hana mempertanyakan sikap An yang terlalu manis hari ini.

"Hah? Oh... Gue mau berbuat baik sama tetangga gue. Ya mana tahu dapat penghargaan tetangga terbaik." ujar An sambil mengacungkan jempolnya.

"Lo tetangga gue?" tanya Hana dengan gaya bicara menggemaskan.

"NGGAK!"

..

Fahreza melihat kanan dan kiri. Dia membolak-balikkan buket bunga mawar di lokernya. Selain buket bunga ada secarik surat kecil dan selembar uang lima puluh ribu.

Tolong kasih buket ini ke Hana Putri Dibza.

Fahreza mengerutkan dahinya. Dia tidak salah bacakan? Ada juga ternyata yang menjadi pengagum rahasia Hana. Cowok itu tertawa sambil mengeluarkan buket mawar.

Suasana kelas pagi yang riuh, tiba-tiba hening ketika Fahreza mengulurkan tangannya yang berisi buket mawar ke arah Hana. Cewek itu juga bingung atas perlakuan Fahreza. Dan entah kenapa An yang berada di samping Hana berdehem sambil tersenyum tanpa sepengetahuan Hana tentunya.

"Lo selama ini ngincar gue?" tanya Hana penasaran. Tangannya sudah terlebih dahulu mengambil buket mawar itu dari Fahreza. Seumur-umur baru kali ini ia diberi buket.

"Maaf ya Han. Lo bukan tipe gue." jawab Fahreza menyombongkan diri.

"Lah ini maksud lo apa?" Hana melihat buket di tangannya dan Fahreza bergantian.

"Gue nggak tahu sih, siapa orangnya. Yang pasti lo punya pengagum rahasia. Itu dari klien gue." ujar Fahreza. Hana hanya mengangguk sambil menghirup aroma dari bunga mawar di tangannya.

"Lo yakin?" tanyanya lagi pada Fahreza.

"Iya Han, astaga."

"Ya udah. Lo simpan aja kali. Itung-itung ngehargai buketnya." ujar An.

Hana terdiam sambil memandangi buket di tangannya, kemudian dia melihat Fahreza dan An bergantian, "Ini nggak dari kalian berdua kan?" selidik Hana. Di waktu bersamaan An terbatuk dan Fahreza menggelengkan kepalanya. Hana mengacungkan jari telunjuknya pada An.

"Kenapa lo nunjuk gue?" tanya An sedikit terbata.

Lihat selengkapnya