.🏠🏠.
Sky In November resmi dibuka. Seperti tahun-tahun sebelumnya acara tahunan Sky ini sukses besar. Terlihat dari pengunjung yang berdatangan dari luar Sky. Dan ada juga beberapa sekolah yang dari luar provinsi. Sky salah satu sekolah yang sangat populer dan berprestasi, jadi wajar saja sih. Dan pastinya para staf yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini diberi apresiasi. Semua stafnya terdiri dari anggota OSIS yang terpilih dan guru pembimbing, merekalah yang berada di balik layar Sky In November.
Halaman basket yang biasanya kosong melompong kini sudah berubah menjadi tempat berdirinya stand. Panggung utama ada di sebelah selatan tribun di dekat pohon besar yang menjadi ikon Sky. Di sana jelas menjadi pusatnya karena berbagai pertunjukkan dari jumlah setiap kelas dan sekolah-sekolah lain sedang dipertontonkan.
Hana tidak berniat untuk duduk dan menonton itu semua. Perutnya butuh asupan dan kakinya juga sudah terasa pegal karena terus-terusan berdiri saat menjaga stand. Stand mereka cukup ramai untuk hari pertama. Setelah bergantian dengan Sarah dan beberapa teman lainnya, dia memutuskan untuk kembali ke kelas. Kelas pasti kosong. Jadi, dia bisa mengistirahatkan dirinya sebentar. An? Dia tidak tahu kemana cowok itu pergi. Karena saat acara pembukaan, An juga ikut serta. Ingat, dia juga ikut berpartisipasi dalam acara ini sebagai model sampul Sky.
"Mau?" Hana melihat ke sampingnya, ke arah cowok yang menawarinya cilok, "Gue baik lho, kapan lagi coba dapat yang gratis dari Fahreza." ujar cowok di sampingnya sambil memainkan alisnya.
Baru saja tangan Hana ingin mengambilnya Fahreza sudah kabur duluan, "Beli lah. Jangan maunya gratis mulu." Hana hanya bisa mendesis geram melihat tingkah Fahreza yang kekanakan. Biasanya juga gitu sih.
Hana tertarik untuk ke stand XI-Ipa 2. Sepertinya stand milik adik kelasnya itu juga ramai. Ada bakso bakar yang sangat menggoda. Dilihat dari bahannya, baksonya terbuat dari sea food. Hana singgah dan tidak perlu berlama-lama untuk antri.
"Makasih kak. Silakan coba, kalo mau pemesanan lebih banyak bisa hubungi ke aku ya." ucap Dea, penjaga stand yang Hana sudah kenal.
"Sip. Kalo enak nanti pasti bakal rekomendasi sama orang tua." ujar Hana sambil mengacungkan jarinya.
"Butuh yang dingin?" Hana menyipitkan matanya sambil melihat ke sumber suara. Mengenali siapa yang baru saja menawarinya minuman dingin kepadanya, "Randy?"
"Mau nggak?" cowok yang ia panggil Randy kembali menawarkan minuman dingin pada Hana. Ya dia Randy, teman An yang dari Bandung. Ngapain dia di sini?
"Masih segel kan?" Hana mengambil dari tangan Randy dan memeriksa apakah minumannya masih suci atau sudah ternodai.
"Masih lah."
"Lo ke sini sama siapa? Dari rombongan sekolah?"
Randy mendekat ke arah Hana, membisikan sesuatu, "Gue tamu istimewa. Asal lo tahu aja."
..
Hana hanya menganga tidak percaya saja pada apa yang dilihatnya barusan. Tepat di depannya Askar menggandeng seorang cewek yang sepertinya bukan dari sekolah mereka. Kisahnya dengan Askar ternyata tidak mulus seperti yang dia inginkan. Dan sejujurnya Hana juga tidak menginginkan apa pun untuk membuat kisah remajanya menjadi indah dengan romansa cinta monyet. Selama ini dia hanya mengikuti isi hatinya menjadi seorang pecinta tanpa harus dicintai. Drama sekali hidupmu Hana!
Harusnya Randy datang dari tadi agar dia juga bisa pamer pada Askar bahwa dia juga punya yang lebih keren. Tapi, dia tidak sempat untuk memamerkan sosok Randy Kenzo.
"Bukannya itu gebetan lo ya? Kok udah gandengan aja." Randy duduk di samping Hana sambil melihat ke arah Askar dan pasangannya hingga mereka lenyap tertelan lautan manusia. Randy menyerahkan sebungkus roti ke arah Hana. Tadi dia bilang masih lapar walaupun bakso seafood yang ia beli dihabiskannya sendirian. Jadi, Randy berinisiatif membelikan Hana roti.
"Dia kan gebetan gue. Sedangkan yang udah jadi suami aja, masih bisa gandeng cewek. Lah ini bukan siapa-siapa gue juga." ujar Hana tidak ingin dihujat oleh Randy.
"Eh makasih deh. Gue mau ke kelas. Lo nikmati aja acaranya." Hana beranjak dari tempat duduknya, di luar terlalu ramai dan dia tidak bisa ngobrol lebih lama dengan Randy. Ada yang lebih penting yaitu mengistirahatkan badannya.
Namun, langkah kaki Hana terhenti dikala mendengar suara petikan gitar dari panggung. Dia sangat familiar dengan nada-nada itu. Jantung Hana tiba-tiba berdetak kencang. Memorinya kembali terputar ke beberapa hari yang lalu, yaitu ketika dia mulai mendapat buket dari pengirim tidak jelas, kemudian mendapatkan poster Reza Darmawangsa dan sebuah kartu ucapan yang bertuliskan see you in Sky In November.
"Ku terbangun dari mimpi burukku.
Semuanya ada di dalam pikiranku,
tak menyangka usai sudah cerita cinta."