.🏠🏠.
An dengan riangnya mengetuk-ngetuk meja yang Hana jadikan untuk menidurkan kepalanya. Hana menghela napasnya. Melihat ke arah An dengan sinis. Tapi, cowok itu malah cengengesan. Kemudian tangannya yang berisi beberapa camilan dan minuman botol mengarah pada Hana.
"Nggak mau." ujar Hana dengan wajah malas. Cewek itu tidak ambil pusing dengan An. Dia kembali menidurkan kepalanya. Mengistirahatkan otaknya, yang telah ia paksa bekerja beberapa bulan terakhir ini. Hal yang paling berat memang masa-masa menjelang akhir SMA. Semua beban rasanya terpikul.
"Makan dulu Han." An membuka satu bungkus roti selai coklat. Kesukaan Hana, "aaa" ucap An, seperti saat ingin menyuapi seorang bayi.
Kelas tiba-tiba diam.
Semua mata memandang ke arah meja Hana dan An.
"Kok gue yang jadi laper ya."
"Ah, ga tau deh."
"An lo so sweet tahu!"
Para penduduk XII Mia 4 berkomentar. Membuat wajah An memerah. Sedang Hana melotot ke arah An.
"Gue nggak mau. Lo makan aja sendiri." ucap Hana, sambil tangannya meraih tangan An yang berisi secuil roti dan mengarahkan ke mulut An sendiri.
"Ya udah deh, kalo nggak mau." ucap An kecewa. Cowok itu pindah tempat. Ia memilih untuk duduk di kursinya sendiri. Menyimpan cemilan yang tadi di belinya di dalam tas. Dan memakan roti yang sudah terlanjur di makannya.
Sesekali Hana menatap wajah An yang sangat tidak bersahabat. An marah?
"Jangan marah dong." ujar Hana, masih dengan posisi tangannya menjadi bantalan kepalanya.
"Siapa yang marah?" jawab An dengan nada dingin. Tidak seperti biasanya. Nah, kan marah.
"Sini biar gue makan." Hana menegakkan badannya. Ingin mengambil roti dari tangan An. Tapi, cowok itu malah menjauhkannya. Dan detik berikutnya An bangkit dari tempat duduknya.
"Beli sendiri." ucap An sebelum dirinya menghilang dari kelas. Bahkan An menjulurkan lidahnya pada Hana. Membuat Hana kesal luar biasa.
"Ada ya manusia kayak dia."
...