Percikan rintik hujan membasahi kaca jendela di sebuah ruang perkantoran di lantai tiga. Hanya dengan melihat tetesan demi tetesan tersebut kenyamanan melingkupi dengan sangat terasa. Apalagi ditemani dengan secangkir minuman coklat hangat, membuat kesan nyaman terasa bertambah berkali-kali lipat.
Latas satu tangan Cakra dimasukkan ke dalam saku celana bahan berwarna biru dongker, ia begitu menikmati memandang tetesan hujan di luar sana dengan pikiran yang melayang-layang.
Tak terasa satu bulan telah berlalu. Menggantikan musim kemarau yang sempat melanda tiga bulan lamanya menjadi musim hujan. Saat ini memang sedikit-sedikit hujan. Pagi, siang, sore ataupun malam tak bisa terprediksi akan datangnya hujan. Bahkan sempat satu hari penuh hujan melanda tanpa henti. Hingga di beberapa titik jalanan di daerah Ibu Kota terendam banjir.
“Daripada galau mending makan siang, perut jadi kenyang.”
Tiba-tiba suara Bayu menyapa gendang telinga. Cakra lantas berbalik dan meminum coklat hangat yang masih setengah habis tak tersisa. Dia tanpa merespon perkataan sekretarisnya itu meletakkan gelas yang sudah kosong ke meja kerjanya.
“Emang nggak laper?” tanya laki-laki bongsor itu masih setia menahan pintu agar tak tertutup.
“Laper,” jawab Cakra pada akhirnya.
“Yaudah ayok! Karena hujan males juga keluar, mending makan di kantor.”
Cakra tak mengatakan apa-apa. Dia sempat melirik jam arloji rolex di lengan kirinya. Memang sudah waktunya istirahat. Lantas laki-laki itu melangkah beriringan dengan Bayu menuju kantin yang terletak di lantai pertama. Mereka telah selesai mengerjakan proyek pemerintah daerah untuk menyalurkan paket sembako ke beberapa kota. Seperti janji komitmen Cakra dengan Benua, ia tak mengambil lagi proyek pemerintah yang artinya ia tak mengusik lagi perusahaan orang tua laki-laki yang telah merebut mantan kekasihnya.
Karena seiring berjalannya waktu, Cakra hanya sibuk melakukan pekerjaan dengan semestinya. Meski, banyak pula karyawan yang menyebutkan bahwa ada perubahan sikap Cakra setelah ditinggal tunangan oleh mantan kekasihnya.
***
“Gini aja Dev, lo good looking lo punya kuasa!” Naya, salah satu staff bagian oprasional berkata tak ingin dibantah. Gadis berkacamata itu berekspresi meyakinkan teman-temannya terutama Devina yang sejak dalam obrolan mengenai manusia rupawan ia menjadi yang berseberangan.
“Duh, enggak juga loh Mbak.”