“Sisa dua bulan lagi kan, Mbak? Saya lihat juga Mbak Devina cakap dalam pekerjaan dan punya inisiatif nggak diam saja menunggu pekerjaan, saya senang kalau ada anak magang seperti Mbak Devina ini.”
Devina yang mendapatkan sanjungan secara langsung tepat saling berhadapan hanya bisa menampilkan senyum lebarnya. Dengan perkiraan usia Pak Andi yang menginjak empat puluhan tahun terlihat ada beberapa rambut memutih yang sangat jelas. Devina sekali lagi menampilkan senyumnya dan mengusap pahanya yang terbalut celana formal di bawah meja.
“Benar Pak, dua bulan lagi. Tapi saya hanya bantu-bantu saja Pak, di bagian oprasional juga ramah-ramah dan mau ngasih tau saya pekerjaan yang harus saya bantu kerjakan, jadi saya bisa belajar lebih cepat.”
Devina tak melepas senyumnya, sedangkan itu Pak Andi ikut tersenyum. Ia meletakkan tangannya di atas meja dengan posisi duduk tegak di kursi kerjanya. Staf HRD yang juga sekaligus menjadi pembimbing lapangan itu, meminta Devina untuk datang ke ruangannya beberapa saat yang lalu.
Sebelumnya, mereka hanya saling berhadapan ketika di hari Devina pertama kali datang. Setelahnya, baik Pak Andi dan Devina hanya berpapasan dan sesekali terlibat obrolan menanyai perasaan Devina yang telah berstatus magang, apakah ada masalah atau tidak.
“Kalau begitu, ini saya langsung saja ya, Mbak. Hari ini kan salah satu sekretaris CEO resmi mengambil cuti melahirkan dan kemarin Pak Cakra meminta saya untuk mencarikan pengganti sementara. Nah kebetulan kan ada Mbak Devina, jadi kalau saya roling penempatan Mbak Devina buat bantu pekerjaan sekretaris sampai habis masa PKL, apa Mbak Devina bersedia?”
Sorot mata Pak Andi teduh menenangkan, namun meski begitu Devina mendadak gelisah. Sebenarnya dia sudah merasa cocok bersama dengan Farel, Sela, Naya dan staf oprasional lainnya. Namun ingin mengutarakan demikian juga tak akan mungkin. Alhasil Devina menghela nafasnya untuk memberikan ketenangan hati dan pikiran.
“Kalau saya bersedia, Pak. Hanya saja berarti saya harus beradaptasi dan belajar lagi, Pak. Apa nggak masalah?” tanya Devina berhati-hati. Dia masih tak rela meninggalkan posisinya yang sudah nyaman.
“Nggak masalah sih, Mbak. Lagi pula saya yakin Mbak Devina mudah belajar dan beradaptasi.”