“Gimana perkembangan sama Pak Cakrawala, Dev?”
Pertanyaan yang mengandung profokasi itu lantas direspon Devina dengan dengusan keras. Sela terkekeh dan kembali memakan menu ayam geprek pesanannya dengan santai.
Siang menjelang dengan kecerahan yang terlalu menyengat. Beberapa hari hujan melanda tanpa henti, baru saat ini dari pagi hingga siang matahari terik membakar kulit. Ingin Devina menyebut tumben sekali, namun karena cuaca akhir-akhir ini memang tidak bisa terprediksi jadi tak heran.
“Eh tapi Pak Bayu itu umuran berapa sih Mbak?” tanya Devina mengalihkan topik. Dia duduk di samping Naya. Sedangkan Sela berada di depan mereka. Seperti biasa waktu istirahat Devina selalu makan dengan Naya dan Sela. Terkadang juga Farel bergabung, namun supervisor muda itu lebih sering makan dengan teman laki-lakinya.
“Seumuran sama Pak Cakra, kenapa? Lebih tertarik sama Pak Bayu?” tanya Naya menaikkan alisnya.
“Kan udah punya pacar,” ujar Devina.
“Lo pernah liat Dev?” tanya Sela kembali.
Lantas Devina menggelengkan kepalanya. “Kalau liat secara langsung sih belum Mbak, tapi pernah liat sekilas waktu mereka video call.”
“Video call?” Naya tampak kaget.
“Gue kira cuman kita-kita aja yang suka video call sambil kerja.” Sela terkekeh dengan perkataannya sendiri.
“Bos juga manusia loh Mbak,” balas Devina yang membuat mereka jadi tertawa. Dari sudut pandang Sela dan Naya, Bayu maupun Cakra seperti dua kombinasi manusia yang tak tersentuh. Namun ketika Devina menembus celah mereka, ternyata ya biasa saja.
Bayu ketika pertama kali memperkenalkan diri pada Devina tak ingin dipanggil Pak. Laki-laki berbadan tinggi dan besar itu juga perhatian dan banyak bicara. Bahkan dengan sabar dan telaten memberi tau Devina hal-hal yang perlu dikerjakan dengan detail. Sedangkan Cakra, tipe bos yang irit berkata-kata. Namun Devina sering melihat bos muda itu berinteraksi santai cenderung gaul dengan Bayu. Bahkan Devina juga pernah melihat Cakra tertidur di kantor.
“Tapi Pak Cakra memang beda setelah ditinggal si mantan,” ucap Naya. Gadis berkacamata itu tak seemosional ketika ada Farel. Dia bahkan mencondongkan tubuhnya dan berkata lebih pelan.
“Lebih ganteng,” ujar Sela menimpali.
“Itu terutama, cuman pembawaannya jadi lebih dingin.” Naya berkata seolah dirinya detektif yang ahli dalam menilai seseorang.
“Emang dulu gimana sih?” tanya Devina yang mulai terpancing penasaran.