Hello Cakrawala [Novel]

Diyanti Rita
Chapter #10

10. Momen Canggung

“Jadi ke cafe nya Tara kan?” pertanyaan Bayu terucap begitu Cakrawala datang menghampiri ke meja sekretaris.

Jam di dinding sudah menunjuk pukul lima yang artinya sudah waktunya untuk pulang. Devina yang masih duduk di kursinya lantas bersiap untuk pulang, sedangkan Bayu telah mematikan komputernya begitu bos mereka datang menghampiri.

“Jadi,” jawab Cakra singkat.

Mereka akan menepati janji temu yang telah direncanakan dua hari yang lalu bersama dengan teman sekaligus mantan pegawai yang telah sukses mendirikan cafe. Bayu dan Cakra tentu mengenalnya dengan baik, mereka seumuran dan menghabiskan usia dua puluhan awal di perusahaan. Lantas karena melihat Devina menyambar jas almamaternya dari senderan kursi membuat Bayu reflek memberikan penawaran.

“Bareng aja Dev, kita bakal lewat kos mu.”

Tampak gadis itu menatap dengan kaget. Lalu tak lama ekspresinya berganti menjadi sungkan. “Tadi udah janjian sama Mbak Naya sih Kak, mau bareng.”

“Oh kirain bakal langsung pulang ke kos.”

Devina tersenyum dan menggeleng untuk menanggapi. Nyatanya berdampingan dengan Bayu dan Cakra, Devina nampak sangat kecil sekali. Tinggi badan gadis itu hanya sebatas pundak Cakra dan bahkan hanya sedada Bayu yang memiliki tubuh tinggi dan besar. Mereka berdua bagaikan manusia keren menurut Devina. Muda dan sukses, dapat menjadi panutan Devina kelak selepas kuliah. Tak ada sesal meski rasa lelah yang mendera menjalankan tugas magang. Dia telah banyak mendapatkan ilmu yang berarti.

***

“Lo tau nggak Dev, kadang-kadang pikiran gue tuh bayangin, gimana kalau gue dapat jodoh bos muda yang tampan.”

Viera teman kuliah yang sekelas dengan Devina mulai membicarakan hal-hal yang tak terprediksikan. Dia kuturunan asli Medan dengan wajah khas Bataknya. Ketika itu mereka menghabiskan waktu istirahat sebelum memulai mata kuliah selanjutnya di sebuah kantin fakultas yang tak begitu ramai.

“Terus kalau beneran gimana?” tanya Devina menimpali.

Lantas Viera menggebrak meja dengan raut ekspresinya yang senang kontras dengan nada bicaranya yang kesal. “Anjir! Lo bikin gue berimajinasi makin liar aja!”

Lihat selengkapnya