Rutinitas manusia dewasa, pergi bekerja dan pulang. Seperti halnya dengan rutinitas anak sekolah yaitu berangkat ke sekolah dan pulang. Bosan adalah satu kata ungkapan yang kuat yang mengesalkan. Namun dari rutinitas itu, bumbu penyedap adalah hal-hal yang menyenangkan yang terjadi. Sedangkan bumbu tak sedapnya adalah momen atau kenangan yang mulai tak berarti.
Kata orang melupakan seseorang itu mudah, ada sebagian pula yang mengatakan sulit. Namun bagi Cakrawala hal yang sulit adalah ketika sebuah kertas undangan pernikahan harus dia terima. Sialnya bukan namanya yang tertera sebagai mempelai laki-laki. Usaha menghilangkan semua jejak yang menghantui kian tak berarti dengan adanya undangan di tangannya.
Dia kembali merasakan perasaan tak terima, kesal dan marah menjadi satu. Harusnya tidak demikian, namun ungkapan Bayu beberapa bulan yang lalu memang benar adanya.
“Mulai bisa menerima, tapi masih menyimpan rasa.”
“Kra.” Panggilan Bayu membuyarkan segala pikiran. Cakra menoleh dengan ekspresi yang sama, datar.
“Nggak usah datang,” laki-laki bertubuh bongsor itu kembali berkata.
“Memang.”
Cakra mendorong undangan yang dia terima menjauh dari hadapannya. Ia mengambil gelas coklat hangatnya dan meminumnya dengan ketenangan yang terlihat. Laki-laki itu menyenderkan punggungnya di kursi kerja sedangkan Bayu duduk di hadapannya dengan batasan meja kerja. “Kita bahas soal liburan,” katanya kemudian.
Lantas Bayu menaruh iPad nya ke meja. Sorot pandangnya tak lagi seserius ketika dia memberikan undangan pernikahan mantan kepada bosnya itu. Sebab dia takut-takut respon Cakra sama seperti dulu ketika dia memberitahu kabar pertunangan Amanda Suseno Putri dengan pria lain yang bukan kekasihnya. Jelas dulu Cakra marah-marah dan hampir dua mingguan Bayu harus menjaga Cakra dua puluh empat jam. Karena ketika malam hari bosnya itu selalu mabuk-mabukan dan juga kerap terlibat perkelahian tak jelas.
“Weekand di minggu ini kita kan ada company trip yang sudah dibahas dua minggu yang lalu. Dan tim sepakat ke Kepulauan Seribu. Tapi banyak masukan dari karyawan lain untuk penambahan hari di hari sabtu. Jadi sabtu dan minggu, dua hari satu malam, gimana?” Bayu menyodorkan dokumen proposal tepat ke hadapan Cakra.
“Sabtu?” Cakra kembali meletakkan gelas minuman coklatnya. Dengan minuman khas campuran antara manis pahit itu dia bisa merileksasikan pikiran sekaligus tubuh yang lelah. Lantas dia membuka-buka dokumen yang disodorkan Bayu tersebut.
“Tahun-tahun lalu kita satu hari, di hari minggu dan seninnya kerja, capek Kra.”
“Satu hari ngambil jam kerja nggak rugi kan? Itung-itung ucapan terimakasih karena kontribusi mereka yang sudah bekerja keras memberikan pendapatan meningkat tahun ini.” Bayu sangat ahli dalam hal negosiasi. Laki-laki itu juga dapat menggugah lawan bicaranya dengan bumbu kepekaan dari hal yang ia amati di lingkungan sekitar. Dan memang benar adanya, semua orang termasuk pekerja butuh juga berlibur. Dengan adanya kegiatan perjalanan bersama, kekompakan akan semakin terjalin.
“Oke,” balas Cakrawala pada akhirnya.
“Ada revisi?” Bayu bertanya sembari fokus pada layar iPad nya.