Hello, Isekai

MCL Corner
Chapter #2

Me, My Life, and Sol

A few hours ago in the real world...

"Hello, isekai," dengusku ketus. Kuterima naskah tebal dari Esme sebelum ia pamit ke pesta Randy. Kutatap wanita pirang itu melenggang di koridor apartemen hingga menghilang.

Aku masuk ke apartemennya dengan kunci cadangan. Kepalaku berputar karena mabuk dan patah hati. Badanku sempoyongan dalam remang ke secuil lantai berbilik kain di ruang tamu Esme. Mengingat Esme pergi ke pesta Randy malam-malam begini, aku menangis lagi. Bilik berisi sleeping bag dan meja laptop ini menjadi kamar sekaligus warnet tempatku mengadu ke langit-langit, "Why did you kiss that man, Randy? Whyyyy???"

Aku ambruk ke sleeping bag, lalu menangis ke meja laptop. Aku putus asa. Aku sudah tidak ada harapan. Berita mengenai kedekatan Randy dan aktor tampan bernama NeoLim terngiang-ngiang di kepalaku yang semakin pusing karena menangis. I really like Randy. I’ve spent my money to move to LA…

Lalu, aku teringat malam itu. Sosok NeoLim yang tampan, atletis, dan tinggi melebihi Randy, melenggang memasuki ruangan Randy dan menciumnya. Aku yang ada di sana karena masuk dari pintu lain, mematung di kegelapan, memeluk script komik berisi surat confession untuk Randy seakan hatiku mau jatuh ke lantai. Perlahan, aku mundur hingga NeoLim menoleh santai dengan senyum seksi menyungging di bawah kumisnya. "You're lost, Sweetheart?"

Wajahnya menancap di ingatanku hingga aku berlari pulang sambil menangis. 

This isn't fair… Wajahnya tampan. Kulitnya kecoklatan. Matanya tajam dan sehitam onyx. Rambutnya hitam, lurus, dan di-shaved dari tengah ke bawah. Senyumnya muncul di benakku setiap kali memikirkan Randy. Sejak saat itu aku tidak bisa melupakannya hingga detik ini. Aku merengek kesal lalu menghempaskan badan ke sleeping bag dengan muka panas yang aku pukul-pukul dengan telapak tangan.

"Get lost, NeoLim… I'm angry. Not blushing!"

Kututup mukaku dengan bantal lalu menangis hingga tertidur.

Aku memimpikan Randy. Dia tidak begitu tinggi karena aku lumayan tinggi. Kulitnya putih dan mulus di bawah rambut coklat gelapnya yang disisir ke belakang dengan jari. Aku terpana saat pertama kali melihatnya di Comic-con. Dia tampak bersinar di antara cosplayer-cosplayer nyentrik dengan wajah seperti pangeran gondrong yang lupa memakai armor di dunia modern. Pria berusia 35 tahun ini adalah penulis script animasi favoritku dan Esme. Matanya yang teduh menatapku dan ia tersenyum ramah saat menyemangatiku dengan lembut. "Keep up the good work, Tammy..."

Mataku terbuka. Mimpi itu lenyap di langit-langit kamar yang remang.

Ponsel bergetar di celana jeans-ku. Esme mengirim pesan:

If anyone asks, tell them you're busy working on Sol.

Randy says good luck!


Ini alasannya ke pesta Randy? Menyetir hidupku seenak jidat?

Kulempar ponselku ke sleeping bag lalu kurampas naskah yang berbaring di ujung sleeping bag. "Sol by Achilles Cane." Ini adalah novel trending yang memiliki sejuta reader di situs Beta Reader. Esme menerorku selama sebulan untuk membuat komik isekai. Ia sampai mengeprint 70 lembar Arc I dari bab 1 sampai 10 dengan tinta sekarat.

"Fine! I'll cancel the offer from Randy."

Tanpa disuruh, Esme mengabari sudah membatalkan tawaran menulis script dari Randy di pesta. Babak baruku dimulai dari mandi, mengganti baju, dan menampar muka untuk move on. Kejadian malam itu poof menghilang satu per satu, dari script yang ditawarkan Randy di balik meja, NeoLim dan senyum seksinya, dan aku yang menyelipkan surat cinta.

Dengan segelas air mengisi jiwaku yang surut dan kering, aku duduk di sleeping bag, menyalakan lampu belajar dan membuka halaman pertama Sol.

Sol diawali dengan gerbang bernama Sol. Terbuat dari kubus batu onyx, Sol menyerap energi dua matahari yang mengorbit bumi datar bernama Aequor. Sol menciptakan segalanya termasuk manusia lalu menghilang ke sisi bawah Aequor setelah hari penciptaan berakhir. Manusia pertama yang tinggal di Aequor menyerap energi matahari lalu mengubahnya menjadi berbagai macam kekuatan. Rambut mereka menjadi putih dan bersinar lalu mereka yang terkuat menjadi pemimpin abadi yang menciptakan matahari kecil sebagai mahkota mereka. Salah satu pemimpin itu adalah Astra LeSoil, Pangeran Matahari Abadi di Southland.

Goals-nya: mencegah Putri Rhea menyerap dua energi matahari Aequor.

Tapi Astra menghilang dari bab dua sampai delapan, lalu muncul lagi di akhir sebagai Sabik. Wait! That Sabik? Selama ini tokoh ketus Sabik yang dikepang satu adalah Astra yang melepaskan mahkotanya dan turun ke Kota Thebes. Sabik yang kehilangan rekan-rekannya menghentikan Putri Rhea memasuki Kota Thebes tapi ia gagal. Putri Rhea menyerap energi matahari Sabik yang mengkristal menjadi pedang. Digenggamnya bilah kristal Sabik dan diserapnya hingga ia menjadi tidak stabil dan meledak menghancurkan Southland. Kegagalan ini membuat Sabik kembali menjadi Astra lalu ia memasuki gerbang Sol mengulang waktu.

"Whoa…" Tak kusangka Astra ini OP!

Sepanjang cerita, aku hampir tidak menyadari si kecil Astra di antara rekan-rekannya yang dominan. Ini karena Rasalas, rekannya, sangat heroik dan kuat seperti tokoh Hercules. Badannya tinggi, atletis, tampan, dan mengenakan mantel berkepala singa di bahunya. Kulitnya yang kecoklatan karena bertarung sepanjang hari berubah keemasan ketika malam tiba. Dia tidak memiliki energi matahari genetik sehingga menyerap energi matahari sepanjang siang sampai ototnya sekuat baja. Gadis-gadis yang membacanya pasti tergila-gila melihat ototnya menegang di balik bajunya yang sobek saat melawan dengan tangan kosong.

Kuperiksa komentar di situs Beta Reader dan ternyata Sol bersih seperti lokasi kejahatan yang dibersihkan. Namun, di situs lain, pembaca sangat menantikan sosok Rasalas dan bahkan kesal dengan Astra yang terus bereinkarnasi dan gagal. Katanya, "When Astra finally reincarnated into a handsome man, why should he die AGAIN!??" Lalu, "When will Rasalas meet his brother?" Sampai ada yang mengancam akan potong rambut kalau Rasalas tidak bertemu dengan adiknya yang terpisah.

Rasalas mengingatkanku pada NeoLim yang semula dianggap adik oleh Randy sebelum mereka berpacaran. Ikatan kakak-adik fiksi ini begitu kuat hingga Rasalas terus berjuang membebaskan adiknya dari nenek OP yang menahannya. Aku memutar scroll hingga lelah membaca. Dua puluh bab yang kubaca adalah 2 Arc yang mengawali perjalanan Astra mengulang-ulang waktu menghentikan Putri Rhea sampai bab 100.

"You're fated to fail, huh?"

Lalu karena bosan, aku mulai membaca halaman kritik untuk melihat sesama penulis yang mengkritik Achilles Cane demi mendapat point. Salah satunya adalah aku, Portia07:

Astra isn’t a main character. Bloody fix it!

(2 years ago)


"Oh, no, what have I done!?"

Ternyata aku pernah membaca Sol dan mengkritik setiap karakternya dari bab 1 sampai 20 lalu menghilang. Meski ini tempatnya dikritik, tetap saja aku terlalu subjektif.

Kututup browser ini lalu menutup muka dan mendesah frustrasi. "Okay, Tammy. Calm down. If you do this as Tammy, Cane won't ever know. Just… do the job."

Aku mencoret-coret ide mendesain karakter di novel Sol. Kulampiaskan secuil patah hatiku dengan membuat NeoLim sebagai Rasalas lalu kuberi tompel jelek. Tapi aku selalu membuatnya tampan hingga aku menyerah dan membanting tubuhku ke sleeping bag. Mukaku panas. Aku mencari foto NeoLim yang tidak 'tampan' di ponselku tapi… tapi… Foto-foto six pack-nya bermunculan hingga aku tidak bisa mengelak bahwa ia casting terbaik Rasalas.

Lihat selengkapnya