Hello January

Muezza Poetry
Chapter #2

1| January

“Welcome January, sampai jumpa di bulan July...”

• • •

Hari ini, tepat beberapa detik yang lalu adalah hari pertama di bulan Januari. Mungkin bagi sebagian—ah tidak, kebanyakan orang yang dirayakan atau yang paling dinantikan adalah moment pergantian tahun. Tapi bagi gadis itu, tidak ada yang lebih mendebarkan dari what will surprising her in this new year, first day in the first mouth?

Gadis itu merasa aneh, malam ini tidak setenang biasanya, suara kendaraan, kembang api, dan musik lebih mendominasi membuat kesan tak nyaman. Tapi tidak mengurungkan keinginan menikmati indahnya langit malam ini yang dipenuhi gemerlap warna-warni.

Rasanya, hari ini akan lebih menyenangkan jika dihabiskan dengan beberapa kegiatan yang selalu siap terjadwal dijurnalnya. Buku yang berisi rencana-rencana kegiatan yang selalu ia bawa agar tidak ada satupun hal yang terlewat untuk dikerjakan.

• • •

Fajar sudah menyapa, sang surya tampaknya sedang gembira dengan kilauan sinarnya. Membuat seseorang terganggu dengan dahi yang mengernyit menunjukkan bahwa ia terusik. Masih dengan mata yang tertutup rapat, gadis itu bangkit dengan tangan mengarah ke atas menghalau cahaya yang tepat mengenai wajahnya.

Pukul tujuh lewat tiga puluh menit, gadis itu sudah rapi dengan pakaian casual di tubuhnya. Dengan langkah ringan ia menuruni tangga menuju dapur, matanya memindai semua objek di sana seraya memikirkan akan memasak apa untuk sarapan pagi ini.

“Laper banget, adanya tinggal telur, sosis sama nasi. Aku buat nasi goreng aja deh, biar cepet.” Setelah menyiapkan semua bahan, tidak lupa dia menggunakan celemek dan menyepol asal rambutnya agar tidak mengganggu.

Dengan cekatan dia memotong bawang dan sosis, jelas sekali jika ia sudah sangat biasa melakukannya. Terdengar senandung kecil dari bibirnya, wajahnya berseri, moodnya sedang baik pagi ini terlihat sangat menikmati kegiatannya hingga tak sadar jika ia tersenyum hangat tidak seperti biasanya.

Setelah sarapan dan membersihkan kekacauan di dapur, gadis itu bergegas mengunci pintu dan melanjutkan langkah menuju sepedanya. Dia membuka jurnal, membaca dengan teliti setiap goresan pena yang ada di sana. Pagi ini jadwalnya ke perpustakaan, cukup menyenangkan karena itu salah satu tempat favoritnya.

Dengan santai dia mengayuh sepeda, menikmati sejuknya udara pagi ini. Komplek perumahannya memang jarang dilewati kendaraan saat pagi hari apalagi hari libur akan terasa sangat sepi, saat-saat seperti inilah yang gadis itu sukai; tenang, sejuk dan bebas.

Selama perjalanan ia tak pernah berhenti mengamati tempat-tempat yang menarik dimatanya, mengamati aktivitas orang-orang yang sibuk dalam hiruk-pikuk kota, bahkan ia sampai hafal apa saja yang sudah berubah dari beberapa hari yang lalu saat ia melewati tempat itu. Hingga netranya terpaku pada salah satu objek yang berada beberapa meter di depannya.

Lihat selengkapnya