"Brengsek, kau Arsel! Aku membencimu," Teriak Bella menahan tangis.
Bella merasa dikhianati saat mengetahui Arsel tak datang diacara pernikahannya hari ini, dia dulu berjanji akan menemaninya dalam susah dan senang tapi nyatanya berubah semenjak ada asisten baru dirumahnya.
Bella mengganti gaun pengantinnya lalu menyobek semua. Gadis cantik itu membuang ke tong sampah depan rumah kecilnya. Lalu, ia pergi dengan mata merah mencari Arsel. Saat sampai diapartemen Arsel, dia mendapati pintunya tak terkunci sungguh ceroboh pikitnya. Dengan perasaan kesalnya, Bella berjalan cepat naik ke lantai dua kamar Arsel berada. Bella terkejut ada sepatu dan pakaian berserakan di depan pintu. Dengan cepat Bella membuka pintu tak terkunci itu dan benar saja yang ia pikirkan, kekasihnya bermain dengan asisten rumah tangga.
"Dasar penghianat, pembohong! Oh jadi ini kelakuanmu, berpura-pura selama ini, iya?" Ucapnya lantang.
Mata Arsel menajam kearah Bella karena kegiatannya berhenti. Arsel berjalan lalu saat akan menampar wajah cantik Bella. Tiba-tiba ada tangan kekar menahannya.
"Kakak, kau?"
"Beraninya kamu sama perempuan. Dasar pecundang. Ayo ikut, aku!" Arhtur menarik tangan halus Bella yang melongo melihatnya.
Saat di dalam mobil, Arthur tersenyum lalu membuka obrolan.
"Kamu terkejut soal tadi? Maaf, tadi aku ada perlu dengannya."
"Kamu kak Arthur kan?"
"Iya, kakak kelasmu. Apa kamu ingat?"
"Kamu dulu ketua osis, bukan?"
"Iya," Arthur masih dengan wajah datar.
"Kamu kenal Arsel?"
"Dia sepupuku. Entah berapa cewek dia tiduri, ini yang aku sesalkan kenapa kamu yang berikutnya."
"Jadi kamu tahu tapi membiarkannya."
"Bukan, tapi dulu pernah berjanji takkan mengulangi. Tapi hari ini dia mengulangi. Apa kamu mencintainya?"
"Dulu, tapi aku menyesal. Karena waktuku terbuang karenanya semua harapan dan cita-citaku hancur."
"Aku akan membantu mewujudkan impianmu."
"Kamu rajin belajar, nanti aku bantu publikasikan hasil karya desain kamu," Tambahnya.
"Kakak tahu aku suka desain?"
"Iya."
Keesokan harinya, ada telepon di ponsel Bella. Bella mengerjab-ngerjab melihat siapa penelpon pagi, lalu mengangkatnya.
"Iya, halo. Siapa ini?"
"Selamat pagi nona, apa benar ini nona Bella atmaja?"
"Iya benar, maaf siapa ya?"
"Ini dari kru designer Vivi memberitahu anda, jika desain anda diterima. Dan anda dapat menduduki posisi manager desain."
"Apa! Yang benar?"
"Iya, nanti anda bisa datang ke kantor ya. Alamatnya saya sudah kirim di nomor anda."
"Baiklah, terimakasih."
Bella menutup telponnya lalu bersorak karena mendapat pekerjaan. Bella ingin menelpon Arthur tapi nomornya hilang. Diapun mengurungkan niatnya lalu bergegas mandi.
Dikantor, pria paruh baya memarahi Arthur.
"Arthur, apa yang terjadi di apartemen Arsel?"
"Ayah tahulah dia, dia nggak akan pernah berubah."
"Nyidam apa dulu ibunya sampai membuat orang emosi terus. Lalu, rencanamu gimana selanjutnya?"
"Iya, jangan kasih posisi padanya. Kalau mau perusahaan selamat."
"Aku ikuti kamu saja. Oh ya, nanti nenek mengundangmu makan."
"Huh, pasti perjodohan. Membosankan."
"Arthur, ini demi kebaikanmu. Karena kamu udah waktunya."
"Aku masih 23 tahun, Ayah."
"Ayah juga dulu nikah muda, tapi ibumu tak menolakku."
"Itu kan dulu, sekarang mana ada perempuan mau saja dinikahin buru-buru."
"Arthur .. Arthur. Terserah kamu. Ayah pulang dulu, ingat nanti datang!"
Ayahnya keluar dari ruangan lalu Arthur mencoba menelpon Bella. Tak lama diangkat oleh Bella.
"Halo kak, ini kak Arthur?"
"Iya. Kamu sepertinya lagi bahagia?"
"Iya kak, aku keterima kerja dan desainku diterima baik."
"Waw, luar biasa. Selamat ya!"