"Tapi ini mendadak, kak? Lagipula kita tak saling suka."
Seketika ucapan Bella membuat Arthur terkejut, dia berpikir orang yang dia cintai tak menyukainya.
"Tapi aku bersedia kak, membantumu," Imbuhnya.
Arthur berjalan mendekat lalu memegang tangan Bella, berkata,"Aku sudah menunggumu lama, Bel. Kau ingat, pernah menolong anak kecil laki-laki duduk dipinggir jalan. Itu aku."
"Itu kakak?"
"Iya, apa kamu lupa?"
"Aku ingat kak."
"Darisitu aku menyukaimu, aku berjanji suatu saat menikahimu dan melindungimu."
Bella nampak sedih lalu memeluk Arthur.
"Aku juga menyukaimu kak. Aku sudah lama mencarimu, suatu saat bakal ketemu lagi dan ternyata itu kamu."
"Apa kamu mau berjanji tak ada yang dilain dihati kamu?"
"Iya kak, aku janji."
Pria tampan itu memeluk erat Bella lalu, mengajaknya berangkat menuju kediaman keluarga besarnya. Di kediaman neneknya, sudah ada orangtua menyambutnya. Bella sungguh gugup dan masih berdiam diri di dalam mobil. Arthur tersenyum mengajaknya keluar.
"Mau aku gendong?"
"Iya kak, maaf. Tapi aku gugup."
"Ada aku. Sudah ayo!"
Saat keluar dari mobil, ia terkejut rumah mereka begitu besar seperti istana. Bella merasa minder melihat semua. Keduanya berjalan lalu mendekat kepada orangtua.
"Malam Ayah, Ibu."
"Malam Arthur. Ini siapa?"
"Calon istri, Arthur."
"Apa!"
"Arthur jangan bikin kita pingsan. Kapan kamu menyukai gadis ini? Bukannya kamu menunggu gadis yang kamu cari itu."
Arthur dan Bella saling memandang, lalu Arthur tersenyum.
"Sudah 22 tahun aku mengenalnya dan gadis itu adalah dia. Dan sekarang aku akan meminangnya, gimana menurut kalian?"
"Astaga, jadi dia gadis itu. Ibu setuju saja. Tapi kalau Ayah tak tahu."
"Ayah juga setuju asal kamu bahagia, tapi kalau nenek kamu omongkan nanti."
"Baiklah."
"Ayo masuk!"
Saat masuk ke dalam rumah, nampak nenek dari Arthur berdiri menyambut Bella. Nenek itu nampak wajahnya marah lalu, mendekat pada Bella.
"Siapa namamu?"
"Sa-saya Bella."