Seharusnya, Ainur sadar sebelum kata "Putus" terucap dari bibir merah sang pujaan hati. Ainur tak tahu menahu bahwa cintanya pun kandas. Sang cinta berlabuh pada cowok lain. Ainur tak terima atas kejadian yang memilukan hati kecilnya. Perasaan teraduk-aduk oleh cinta. Tak bisa dirinya membayangkan cinta yang dibangun selama setahun lamanya pun roboh. Pondasi cintanya hancur berkeping-keping. Kegalauan berselimut dengan suara isak tangis. Ya, cinta memang tak mudah ditebak oleh sendirinya. Cinta tak bisa dipaksakan jika hati pun berkata lain.
"Aku mengerti perasaanmu saat ini," ucap Roni yang tiba-tiba nonggol seperti jelangkung. Datang tak diundang pulang tak diantar.
Ainur terkejut akan kedatangan Roni. Ainur berusaha untuk menyembunyikan raut wajah kesedihan yang terpancar. Walau Ainur menyembunyikan raut kesedihan, Roni mampu membaca raut wajah sahabatnya.
"Bagaimana pun kamu menyembunyikan raut kesedihan padaku, aku bisa merasakan perasaanmu yang galau." Lanjutnya.
Ainur melempar senyum kecut. Padahal, dirinya tak menceritakan apa yang terjadi pada Roni. Ainur hanya bisa terdiam. Roni menepuk kedua pundak Ainur pelan nan pasti. Berbisik lirih,"Sabar... masih banyak perempuan yang mau menerima kamu apa adanya."
Ainur mengiyakan dengan anggukkab pelan. Roni meminta agar Ainur harus menerima dengan lapang dada. Sungguh menyedikan pagi kali ini untuk cowok yang rapuh seperti sosok Ainur.
"Ohya, pulang ngampus sore gowes lagi ya?" ajak Roni.
Ainur mengancungkan kedua jempol tangannya ke arah Roni. Ainur tak berlama-lama untuk mengambil keputusan. Dalam hatinya yang tersakiti dan terluka, dengan cara gowes sore nanti pasti akan menghilangkan rasa galau tingkat menara sutet.
Tentang perasaan tak bisa dibiarkan terlalu mendalam hingga ulu hati. Bisa-bisa lukanya membekas, membusuk, dan dihuni belatu. Aaarrgghh... bisa jadi borok.
"Jangan mau menjadi gula yang manis, jadilah kopi pahit. Kenapa bisa begitu? Ya, karena kopi pahit sepahit apa pun tetap dinikmati." Roni pun berkata bijak hanya untuk menghibur Ainur.
"Emmm... dasar play boy cap kuku aja sok bijak." Sahut Ainur yang akhirnya angkat bicara.
"Nah... gitu, dong. Bicaralah karena Tuhan telah memberikan kita mulut untuk berbicara,"