~oOo~
Terkadang, hati yang sepi tidak selalu ingin disusupi. Dia hanya datang untuk mencicipi, kemudian pergi tanpa mengenal kembali.
~oOo~
Perjalanan menemukan sekretaris baru belum membuahkan hasil signifikan. Murid pindahan pertama adalah anak kelas XII. Jelas sia-sia merekrutnya. Yang kedua, murid kelas XI. Dito sudah mengancam kalau sampai murid baru itu direkrut, dia akan mundur dari OSIS. Pasalnya, murid baru itu ditarik masuk DHS lewat beasiswa untuk memperkuat OSN-squad di DHS. Dia harus fokus belajar, bukan fokus menerima gombalan Raven. Yang ketiga, mereka juga berusaha merekrut murid kelas X tapi kebanyakan enggan. Alasannya sudah sibuk dengan jadwal ekskul, padahal gosip soal Raven-Ririn sudah tersebar.
Beberapa waktu lalu sempat ada anak baru di kelas X. Di jam istirahat, para pengurus Inti OSIS sengaja mendatangi kelas X untuk mencari cewek itu. Pertemuan di selasar pun terjadi.
“Hello, gue Raven Kresna Amarta.” Raven mengulurkan tangan, tidak lupa tersenyum.
“Swara,” cewek itu membalas jabatan Raven. Bibirnya membentuk senyum terpesona sambil menatap Raven tanpa berkedip.
“Suara kamu pasti sebagus nama kamu. Kapan-kapan saya boleh dengar?” Raven tersenyum lembut. Sangat lembut. Dengan mata yang menyorot hangat.
Swara tersipu sambil mengangguk perlahan.
Raven berdehem sebelum mengungkapkan maksud kedatangannya. “Jadi begini Swara, My Ravenheart—“
“Ravenheart?” potong Swara dengan kening berlipat.
“Pengisi hati Raven.” Kedipan mata Raven pada Swara disambut desahan kesal oleh teman-teman pengurus Inti OSIS.
Murid-murid kelas X yang kebetulan melintas, mulai disusupi rasa ingin tahu. Mereka menyemut di sekeliling Raven, Swara dan pengurus inti OSIS.
Swara menangkup pipinya sambil berlagak tersipu. Sesaat kemudian, dia mulai bersenandung, “I love you when you call me, Ravenheart. I wish I could pretend I didn't need ya. But every touch is ooh la la la. It's true, la la la.” Semua orang tertegun melihat kegilaan anak baru itu.
Lebih tertegun lagi waktu Raven kemudian melakukan gerakan dance ala kadarnya sesuai irama lagu. Ulah keduanya sukses menyedot perhatian, terutama para siswi yang menjerit-jerit histeris. Dirayu lewat bunga, puisi, lagu sudah menjadi yang biasa, tapi dance? Raven benar-benar sinting!
Melihat keriuhan yang makin menjadi jelang bel istirahat berakhir, Ale, Nino, dan Dito buru-buru menarik badan Raven yang masih dance. Zelina dan Najwa menarik mundur Swara dan mengembalikan cewek itu ke kelas.