~oOo~
Penipu sekejap waktu meninggalkan luka membiru. Penipu sepanjang waktu menciptakan luka sedalam tikaman sembilu.
~oOo~
Sienna mengerjapkan mata perlahan. Diusahakan, sangat perlahan agar terkesan sangat lemas. Aroma terapi lembut terhidu indera penciumannya. Warna putih mendominasi dan terasa asing. Sienna berusaha bangun sambil berpegangan pada sisi ranjang, lalu Raven membantunya menegakkan badan.
“Udah enakan?” tanya Raven.
Sienna mengangguk lemah. Harus kelihatan lemah. Dia menggigit bibirnya supaya kelihatan pucat.
“Lo kenapa?”
“Nggak apa-apa, Kak.” Sienna juga sengaja mengecilkan suaranya. “Gue gampang pingsan kalau capek atau kaget. Makanya, gue bingung kalau harus MPLS, nanti pingsan gimana, Kak?”
“Oh, soal itu. Ya udah, nanti kita pertimbangkan lagi.” Raven mengangguk pengertian.
“Serius, Kak?” wajah Sienna langsung cerah.
“Tapi sudah enakan?”
Sienna langsung mengangguk yakin.
“Ya udah, kalau begitu bisa balik sendiri, kan? Gue tinggal dulu nggak apa-apa?”
“Nggak apa-apa, Kak. Terimakasih.” Sekali lagi Sienna tersenyum ceria dan suaranya terdengar normal.
Raven lalu beranjak dari tempat duduknya. Terdengar derit pintu UKS tertutup dan Sienna langsung melonjak kegirangan karena usahanya menghindari MPLS berhasil.
“Pinter kan, gue! Jago akting gue. Besok masuk ekskul teater saja gue.” Tangannya bergerak-gerak bahagia.
Lalu, tiba-tiba, dari balik sekat pembatas ruangan, Raven melongok. Sienna yang tengah meloncat kegirangan mendarat di lantai dengan kaku.
oOo
Hari pertama sekolah sudah berakhir. Sienna manyun sambil menjejalkan amplop berkop OSIS ke dalam tas. Otaknya sibuk memaki diri sendiri karena kebodohannya di UKS tadi.
“Fendiheart belum pulang?”
Sienna mengerlingkan mata. Fendi kembali ke kelas yang sudah kosong lalu duduk di sebelahnya. “Yang lo maksud Fendiheart itu siapa? Nama gue Si-en-na, kalau lo lupa!”