~oOo~
Gosip adalah senjata tak kasat mata yang mampu menegakkan kuasa melebihi fakta. Senjata adidaya yang diperdayaguna oleh mereka yang ingin menggelar kudeta dan menapakkan kuasa. Gosip telah meruntuhkan daya dan membinasakan asa.
~oOo~
Sienna turun dari kamarnya yang terletak di lantai dua. Perutnya keroncongan setengah mati. Gara-gara drama penjebakan pemangku jabatan OSIS sepanjang hari tadi, Sienna jadi tidak bisa makan dengan benar. Liurnya sudah terbit mencium aroma masakan dari dapur. Tapi nafsu makannya langsung lenyap begitu mendapati sosok yang tadi diintipnya di jendela sudah duduk manis di ruang makan.
“Astaga!” langkah Sienna gegas menuju meja makan. “Ngapain lo minta makan di sini?”
Raven hanya menaikkan alis sambil menyiapkan piring untuk diisi dengan nasi.
“Heh! Nggak sopan!” Sarah yang sedang selesai menggoreng chicken wings, mengetukkan piring ke kepala putrinya. “Kamu ini ada temannya malah ditinggal di luar, sendirian, hujan-hujan, nggak dikasih minum! Kelewatan!”
Mata Sienna membelalak. Bibirnya berkerut tidak suka. “Mama kok malah belain dia? Ngadu macem-macem ya lo, Kak?”
Raven hanya menggeleng karena fokusnya tertuju pada chicken wings panas yang baru disajikan mama Sienna. Tangan Sienna menahan tangan Raven yang bergerak mencomot.
“Nggak ada yang boleh makan chicken wings di rumah ini selain gue!” Sienna menjauhkan piring berisi chicken wings.
“Sienna! Jatah makan malam kamu kasih kucing aja ya?” tukas Sarah marah.
Raven tertawa renyah. “Nggak apa-apa kok, Tante.” Raven memang tampak sangat ramah, tapi justru itu yang membuat Sienna jengah.
“Nggak punya sopan santun!” suara melengking Sarah membuat Sienna bersungut-sungut kesal. “Besok Mama beliin satu karung!”
“Ma, Sienna belum makan seharian gara-gara dia!” Sienna menjatuhkan diri di kursi terjauh dari Raven.
“Maaf ya, Raven. Kamu sabar-sabar ya, ngadepin dia di OSIS. Anaknya suka asal, kekanak-kanakan, manja, ” Sarah malah memilih duduk tepat di sebelah Raven.
“Harusnya Mama bilang, ‘Nggak salah milih Sienna? Mending cari yang lain deh. Dia nggak kompeten.’ Gitu, Ma!” Ibu jari Sienna teracung ke atas.
“Harusnya kamu berterima kasih udah dikasih kesempatan, Sienna.” Papa keluar dari ruang kerja dan ikut bergabung di ruang tamu.
“Dengerin kata Papa.” Sarah melirik Sienna yang lahap menyantap chicken wings. “Tante nitip. Jangan sungkan negur kalau dia bandel. Tolong diajari berorganisasi dengan baik. Lapor sama Om atau Tante kalau dia nggak bisa dibilangin.”
Senyum lebar terukir di bibir Raven. “Siap, Tante.”
Tentu saja Sienna tidak terima dengan persekutuan ini. “Ma, aku sama Kak Raven baru kenal sehari. Mama udah main titip-titip aja. Harusnya tuh, Mama khawatir kalau-kalau dia punya niat jahat!”
“Nggak ada pria jahat yang datang ke rumah perempuan untuk minta ijin pada orangtuanya.” Papa meneguk air putih di gelasnya. “Ini ijin berorganisasi loh, untuk kepentingan kamu, untuk pengalaman kamu sendiri. Tapi Raven datang ke sini secara gentle untuk membantu kamu ngomong.”
Kepentinganku sendiri? Kedokmu sungguh manis wahai pangeran iblis! Sienna cuma bisa membatin dan melempar lirikan sengit pada Raven yang menahan senyum pura-pura cuek.
oOo
Pagi-pagi Sienna sudah dibuat kesal. Dengan langkah tergesa, dia menyusuri lorong kelas XI dengan selembar amplop berkop OSIS di tangan. Raven benar-benar iblis dengan rayuan manis padahal isinya tipuan sadis! Emosi yang meletup-letup membuat cewek itu mengabaikan suitan dan godaan yang ditujukan kepadanya.