HELLOVE

aya widjaja
Chapter #14

[14] Poisoned

~oOo~

Yang tak kasat dariku, yang tak patut kau usut.

Hidupku kusut sengkarut, tanpa harus kau sebut-sebut.

~oOo~

 

“Luka?” Raven memaksakan sebuah senyum masam. “Luka di hati yang sulit sembuh karena mantan? Atau, luka karena gebetan diembat sahabat?” Melihat sekelilingnya diliputi keheningan, Raven lalu tertawa keras. “Kok jadi serius begini? Bercanda!”

Perlahan Sienna mundur dari kerumunan. Membiarkan Raven menjadi tameng yang sempurna dan menyilakan cowok itu menyelesaikan masalahnya. Sienna tidak ingin memikirkan atau tidak peduli dengan cara apa Raven meredam amuk masa.

Sienna masuk ke ruang OSIS tanpa berbalik lagi. Dadanya gaduh oleh beragam rasa yang tidak bisa diterjemahkan dengan kata-kata. Satu-satunya yang dia pikirkan adalah menyingkir dari kerumunan, menyingkir dari Raven secepatnya. Mengabaikan tatapan semua orang yang ada dalam ruangan itu, Sienna memilih duduk di salah satu meja komputer paling ujung. Tangannya gemetar entah oleh ketakutan atau kemarahan. Dia berusaha fokus untuk mengecek proposal, tapi gagal.

Lima menit kemudian terdengar suara pintu di buka. Sienna menolak untuk mendongak karena dia yakin itu pasti Raven.

"Ada apa sih, Rav, rame-rame di depan?" tanya Dito yang sedang sibuk dengan laptop bersama Nino.

"Biasa, Ravenheart." Raven tersenyum sambil menebarkan pandangan ke seluruh ruangan. Mencari Sienna. Dia bergerak ke sudut begitu menemukan cewek itu. Tanpa basa-basi, dia menggeser kursi beroda yang diduduki Sienna dan menggeretnya hingga benar-benar tersudut di pojok ruangan.

Sienna menggerakkan kepalanya mundur dari wajah Raven. Manik mata kelam cowok itu menatapnya lekat-lekat. Kilatan kemarahan tergambar jelas di sana. Raven sama sekali tidak berusaha menutupinya seperti biasa. Tidak ada segaris tipis pun senyum. Sienna terus mundur hingga kepalanya menyentuh dinding yang dingin.

"Mun-mundur, Kak." Sienna terdesak. Tengkuknya merinding. Dia pernah melihat sekejap sisi lain Raven yang tidak orang sadari. Namun kali ini, Raven benar-benar seperti sosok yang seratus delapan puluh derajat berbeda.

Di depan semua orang, Raven bisa bersikap wajar dan santai menghadapi tudingan Sienna. Tapi sekarang, Raven memperlihatkan cakarnya yang garang, sorot mata sekelam kegelapan neraka, dan jiwa sebengis iblis.

"Raven! Lo ngapain? Lupa janji lo?" teriakan Najwa dari sisi tengah ruangan tidak membuat Raven bergeming. 

"Sienna jangan digodain, Rav." Zelina ikut bersuara.

"Kak Najwa... tolong..." lirih Sienna tapi tidak membantu.

Raven masih menatap Sienna dengan intensitas kemarahan yang sama. Najwa beringsut dari posisinya sambil menyeret Dito. Tanpa menoleh, Raven memberikan kode dengan tangan agar dua orang itu tidak mendekat. "Gue nggak peduli lo sebenci apa sama gue, tapi jangan ganggu kehidupan pribadi gue,"

Desisan Raven membuat Sienna memucat. Hanya Sienna yang bisa mendengar suara itu. Namun desisan itu seperti digumamkan dari puluhan pengeras suara dalam sumur yang menggema memekakkan telinga. Terasa mengancam, padahal terselip sebuah permohonan.

"Jangan maju, Naj, To! Sebentar lagi gue selesai." Raven kembali memberi peringatan begitu terdengar langkah Najwa menyeret Dito mendekat.

"Kak..." suara Sienna tersekat. Dia sendiri tidak tahu harus menanggapi bagaimana.

Raven mundur selangkah tapi tatapannya masih menghujam berulang pada Sienna seolah enggan melepas mangsa. Kepada semua orang yang ada di ruangan, dia berteriak lantang. "Bilang sama Sienna, dia boleh mengundurkan diri kalau nggak sanggup jadi Wakil Sekretaris."

Ale dan Nino yang sedari tadi diam, akhirnya mendongak. Tatapan keduanya bertemu Najwa, Zelina dan Dito. Sama-sama terkejut mendengar kalimat Raven. Mendadak suasana terasa mencekam. Mereka saling lempar tatapan tak mengerti. Belum ada dalam sejarah mereka melihat Raven semarah ini.

"Nino ikut gue!" teriak Raven sambil menarik botol air mineral dari kardus di sudut ruangan. Dia membuka pintu dan keluar ruangan tanpa memedulikan tatapan ngeri yang tertuju padanya.

Seperti tersihir, Nino langsung berdiri dan mengekori langkah Raven keluar ruangan.

"Ada apa sebenarnya, Sienna?" Zelina langsung berderap menuju sudut diikuti semua orang.

Lihat selengkapnya