HELLOVE

aya widjaja
Chapter #17

[17] Hard to See You

~oOo~

Bolehkah aku mengulurkan tangan dan membawamu dari hujan yang menjeratmu dalam keterpurukan?

~oOo~

 

Ponsel Sienna berdering ketika dia akan mengetuk pintu ruang pembina OSIS. Dari sebuah nomor tidak dikenal. Pasti cuma orang iseng. Sienna memencet mode senyap di ponselnya. Dia mengetuk pintu dan menemukan Pak Jimin juga Bu Susi sedang berdiskusi. Dua orang itu menoleh bersamaan.

“Sienna?” Pak Jimin menyilakan Sienna duduk tapi matanya menatap keluar pintu, solah menunggu seseorang muncul. “Sendiri?”

Mata Sienna bergerak-gerak ke kiri dan ke kanan. Bu Susi tampaknya juga menunggu jawaban Sienna. Kepala Sienna menggeleng. Giginya menggigit bibir. Ada kegamangan yang coba dia tekan dalam-dalam. Sienna yakin dua orang itu bingung karena dia tidak datang bersama Raven seperti biasanya.

“Saya ke sini bukan untuk berkonsultasi tentang kegiatan OSIS, jadi saya pikir nggak harus ke sini sama Kak Raven.”

Pak Jimin dan Bu Susi saling pandang. Keduanya bersamaan mengucapkan, “Lalu?”

Rasanya Sienna membutuhkan segalon penuh air untuk membasahi tenggorokannya. Lagi-lagi dia menggigit bibir sambil memandangi dua pembinanya. Dia melepaskan napas panjang sebelum bicara. “Sepertinya saya tidak cocok menjadi Wakil Sekretaris.”

Alis Bu Susi naik, dia lalu melempar tatapan pada Pak Jimin. “Kenapa kamu berpikir begitu?”

“Karena ...” Duh, gimana ini ngomongnya. “Saya ... saya nggak mampu bekerja sama dengan baik dengan Kak Raven.”

Pak Jimin terkekeh. Awalnya pelan, tapi semakin kentara. “Kamu bernasib seperti Ririn?” Dia tidak tahan untuk bertanya.

Buru-buru Sienna menggelengkan kepala dan tangan. “Bukan, Pak. Bukan. Justru karena saya merasa nggak pernah cocok sama Kak Raven, jadi saya ingin mundur.” Sienna merapatkan kedua ibu jari kakinya dan menatapinya.

“Nggak cocok bagaimana? Kamu ‘kan baru menjabat dan baru kenal dia, berselisih paham wajarlah.” Ganti Bu Susi yang berkomentar. Dia bahkan menarik kursi mendekat ke meja Pak Jimin.

Duh, gimana ngejelasinnya ya?

“Bapak kaget kamu nggak cocok sama Raven. Padahal dia itu fleksibel, banyak akal, dan jiwa kepemimpinannya kuat meski kadang pola pikirnya unik. Sebagai anak baru, dia sukses menjadi Ketua OSIS. Itu membuktikan bahwa dia mudah bergaul dan bisa mengambil hati banyak orang,” jelas Pak Jimin setelah menutup buku di hadapannya.

Perayu gitu maksudnya? Keluh Sienna dalam hati.

Tiba-tiba Bu Susi tertawa. “Jadi ingat kampanye pemilihan OSIS Raven. Visi-misinya bikin sakit kepala.”

Pak Jimin ikut tertawa. “Teknik marketing communication-nya selangkah ke depan. Pakai pembentukan image branding segala.”

Sienna ingat visi-misi kacau Raven, tapi tidak mengerti kenapa dua orang itu bisa tertawa. Visi-misi bucin abis! Mungkin dibikin Raven abis negak micin segalon. “Bukankah itu pelecehan terhadap organisasi?”

Dua orang itu makin tertawa.

“Awalnya kami berdua juga berpikir begitu.” Pak Jimin berdeham untuk meredakan tawa. “Pak Hasibuan dan beberapa dewan guru malah menggelar rapat karena hal ini. Raven menerima banyak kritik dan dipanggil untuk di sidang. Tahu apa yang terjadi?”

Sienna menggeleng bingung.

Lihat selengkapnya