~oOo~
Memulai awal yang baru dari sebuah masa lalu
~oOo~
“Lo mau minta gue ngapain sih, Kak?” tanya Sienna ketika mobil yang dibawa Raven mulai melaju.
Raven tidak bersuara. Berlagak tenang padahal dadanya bergemuruh. Tangannya sibuk menyalakan AC mobil sedan lawas yang dikendarainya. Sebuah mobil lama tapi masih sangat nyaman.
“Makan bakso di kantin Wasesa.” Tidak ada murid jebolan SMA Wasesa yang tidak tahu betapa enaknya bakso di kantin sekolah. Bahkan, banyak alumni yang sengaja datang hanya untuk makan di sana.
“HUAAA... MAUUU...” Sienna langsung menyerong menghadap Raven. Senyum lebar mengembang di wajahnya.
Raven turut menoleh. Bibirnya spontan tersenyum. Rasa-rasanya Sienna tidak pernah tersenyum selebar ini di sebelahnya. Hanya karena bakso? Atau karena Wasesa menyimpan ingatan tersendiri bagi cewek ini? Raven sedang mengamati cara Sienna tertawa girang, tapi dengan cepat gadis itu menekuk bibir.
“Gue nggak yakin cuma itu alasannya.” Sienna mencebik. Alarm waspada menyala di kepalanya.
Raven mengalihkan pandangan ke jalanan di depannya. Dia menghela napas. Menimbang sesuatu yang membuatnya meragu.
Sienna menoleh. Menunggu Raven berucap sesuatu.
“Gue mau minta tolong supaya lo merahasiakan kejadian kemarin.”
Sienna mengempaskan diri ke sandaran jok. Atmosfir dilingkupi peristiwa tak mengenakkan kemarin. “Kak, nggak usah lo bilangin juga gue tahu itu.”
“Yakin?”
Kedua tangan Sienna yang dilipat di dada terurai oleh kekesalan. “Apa gue sekeji itu Kak?”
Bahu Raven mengedik. Bibirnya mencebik. “Siapa tahu buat gosip seru.”
“Gimana Scarlet?”
“Baik.”
“Dia bisa ke rumah gue kalau lagi suntuk. Jangan kabur jauh-jauh apalagi hilang. Tolong bilang begitu ke dia, ya.”
Dada Raven di selimuti perasaan hangat.
oOo
“Woi, ngapain lo ke sini?!” Rigel, sahabat Raven semasa di SMA Wasesa, terkejut melihat kemunculan Raven. Rigel adalah ketua redaksi majalah sekolah SMA Wasesa dan kini mereka bertiga berdiri ambang pintu ruang redaktur.
“Ngebujuk bocah.” Raven menunjuk Sienna dengan dagu. Cewek itu tak sengaja berpapasan dengan mantan teman sekelasnya dan mengobrol heboh.
“Itu bukannya si cacat nada?” Rigel memicingkan mata. Sahabat Raven itu dikenal di seluruh pelosok SMA Wasesa sebagai cowok segalak singa.
Kening Raven mengernyit. “Cacat nada?”
“Waktu seleksi minat bakat di jurusan Bahasa, dia pilih nyanyi. Lo belum pernah denger dia nyanyi? Bikin sakit kuping.”
Raven terkekeh. Sahabatnya belum berubah. Mulutnya tetap sadis luar binasa.
“Kok lo bisa sama dia?“ Rigel memandang Sienna sinis.
“Dia pindah ke DHS dan sekarang jadi Wakil Sekretaris gue.”