HELP

Kismin
Chapter #8

Chapter 8

Keesokan hari…

 

“Ini adalah ruangan IT support. Kantor kamu di sini. Mereka adalah orang-orang yang akan menjadi rekan kerja kamu. Jadi kamu harus saling bekerja sama ya.”, ujar Mr. John kepada Bimo yang sudah masuk kerja hari ini.

 

Mr. John adalah kepala divisi IT, atasan langsung Bimo.

 

“Teman-teman semua.”, ujar Mr. John sambil menepuk tangan beberapa kali untuk mengumpulkan semua anggota IT yang ada di dalam ruangan yang berjumlah empat orang.

“Perkenalkan ini Bimo. Rekan kita yang baru, menggantikan Roger yang resign bulan lalu. Kalian bisa memperkenalkan diri nanti, karena saya harus meeting sebentar lagi. Jadi saya kasih arahan sebentar. Benny, kamu bantu training Bimo dan jelaskan job desc yang sebelumnya sudah saya info ke kamu. Saya minta teman-teman yang lain juga support Bimo. Kembali saya ingatkan, divisi kita adalah divisi penting. Jadi lakukan semaksimal mungkin untuk menunjang perusahaan dimana kita bekerja saat ini.”, ujar Mr. John kepada seluruh staffnya.

“Kamu lakukan sebaik mungkin ya. Kamu masih percobaan tiga bulan. Akan saya nilai setelah tiga bulan. Do the best ya.”, ujar Mr. John tersenyum kepada Bimo.

“Sudah pada berdoa?”, tanya Mr. John kepada mereka semua.

“Udah Pak.”, jawab mereka serentak sambil tersenyum.

“Very good. Kalau gitu saya tinggal. Ben, kamu bantu Bimo ya.”, ujar Mr. John lalu berjalan tergesa-gesa meninggalkan mereka karena harus mengejar meeting.

 

Bimo tersenyum kepada seluruh rekan barunya.

 

“Gue Benny. Panggil gue Benny aja. Salam kenal.”, ujar Benny tersenyum memperkenalkan diri sambil menjabat tangan Bimo.

“Sini gue kenalin. Ini Jerry, Rudy, Dion.”, ujar Benny memperkenalkan satu per satu kepada Bimo sambil berjabat tangan.

 

Mereka duduk kembali ke meja masing-masing, karena masih fokus dengan kerjaan masing-masing.

 

“Lo duduk disini ya, sebelah gue.”, ujar Benny dengan ramah.

Kemudian Bimo duduk di sebelah Benny sambil mengamati seluruh isi ruangan dengan seksama. Penuh dengan perlengkapan dan aksesoris yang berhubungan dengan IT.

 

“Ini lagi berantakan.”, ujar Benny tertawa menjelaskan kondisi ruangan yang sangat berantakan.

“Hari ini mau dirapiin. Soalnya habis bongkar server kemarin. Nanti Bos bisa marah kalau berantakan.”, ujar Benny tersenyum.

“Iya Ben.”, jawab Bimo tersenyum mengangguk.

“Oke. Ini hari pertama lo ya. Gue akan jelasin job desc lo satu per satu nanti. Gue mau lo sekarang bantu gue bongkar nih laptop. Lo cekin kenapa enggak nyala. Katanya kemarin mati tiba-tiba.”, ujar Benny sambil menyerahkan laptop yang rusak kepada Bimo.

“Gue sambil ngerjain dulu yang lain ya. Udah dikejerin soalnya nih. Semua perlengkapan ada di meja lo. Lo boleh lihat-lihat di ruangan ini. Lo cari aja apa yang lo butuh. Kalau bingung, tanya gue aja”, ujar Benny tersenyum dan kembali mengerjakan tugasnya yang belum selesai.

 

Bimo menaruh tas kerjanya di bawah meja dan mulai mengerjakan apa yang diminta oleh Benny. Bimo melihat sekitar untuk mencari beberapa alat yang dibutuhkan. Bimo mulai fokus mengerjakan sesuai permintaan Benny. Hampir satu jam Bimo mengerjakan untuk melakukan pengecekan satu per satu.

 

“Ben, sorry.”, ujar Bimo memanggil Benny.

“Ya Bim. Gimana? Rusak apanya?”, jawab Benny.

“Gue udah cek semuanya, sepertinya harus ganti mother board. Soalnya ada yang hangus nih.”, ujar Bimo sambil menunjukkan bagian yang hitam gosong seperti terbakar.

“Oh oke. Make sense kenapa enggak nyala kalau begitu. Lo kasih note aja pake post it. Tandain rusak apanya. Taro di meja aja, nanti gue report ke Mr. John buat ngorder mother board. Gue lagi nanggung. Dua puluh menit lagi kita training ya.”, jawab Benny yang kembali melanjutkan tugasnya.

“Siap Ben.”, jawab Bimo.

 

Bimo melakukan semua yang diperintahkan oleh Benny. Masih ada waktu sekitar dua puluh menit lagi. Bimo bingung harus melakukan apa. Bimo menghampiri teman-teman barunya satau per satu untuk menawarkan bantuan.

 

“Sorry bro Rudy, ada yang bisa saya bantu enggak?”, tanya Bimo tersenyum di samping Rudy.

“Masih aman Bim. Thanks.”, ujar Rudy tersenyum ramah.

“Oke bro.”, jawab Bimo tersenyum lalu meninggalkan Rudy.

"Ga usah Bim. Santai aja.", ujar Jerry tersenyum ramah melihat Bimo menghampiri Jerry.

" Oke Jer.", jawab Bimo tersenyum.

“Sorry bro Dion, ada yang bisa saya bantu enggak?”, tanya Bimo tersenyum.

“Thank you Bim. Udah, lo santai dulu aja sambil nungguin Benny.”, jawab Dion tertawa kecil.

“Oke bro.”, jawab Bimo tersenyum lalu duduk kembali ke mejanya dan menunggu Benny.

“Oke. Sorry nunggu.”, ujar Benny tersenyum kepada Bimo.

“Enggak apa-apa ko Benny.”, jawab Bimo tersenyum sungkan.

“Eit. Benny tok.”, jawab Benny tersenyum sambil megacungkan jari telunjuknya.

“Oh iya. Benny. Habis saya sungkan.”, jawab Bimo tersenyum.

“Enggak perlu sungkan. Gue masih muda, beda tipislah sama lo.”, jawab Benny tertawa kecil.

“Oke. Sekarang lanjut sama job desc lo. Secara profesional, gue dan teman-teman yang bekerja di dalam ruangan ini adalah bukan atasan lo. Bukan bos lo. Bos lo dan kita adalah Mr. John. Jadi semua report akan langsung ke beliau. Kecuali, jika dia mendelegasikan seseorang yang ada di sini untuk mengurus suatu hal. Maka orang tersebut menjadi bos kita sementara. Di luar itu, kita semua yang ada disini adalah selevel. Bedanya, lo masih newbie aja disini. Tapi gue yakin, lo bisa adaptasi cepet. So, jangan sungkan buat nanya-nanya kalau lo enggak tau. Tapi juga jangan bego-bego amat ya nanyanya.”, ujar Benny tersenyum menjelaskan dibalas dengan anggukan kepala dari Bimo.

 

“Karena kita bekerja secara tim, maka gue mau kita saling kerja sama, saling bantu. Gue tadi sekilas lihat lo kelilingin anak-anak buat nawarin bantuan. Which is, ini awal yang bagus buat memulai kerja sama tim ini. Tandanya lo bisa di ajak kerja sama. Dan semoga penilaian gue bener.”, lanjut Benny.

“Job desc lo sama kita-kita yang ada di sini, sebenernya sama. Jadi kita akan saling back up kalau ada problem di lapangan. Dimana kita harus selesaikan secepat mungkin. Apalagi perusahaan sebesar ini, kalau ada problem dikit aja, impactnya bisa kemana-mana. Kerjaan lo sama kayak kita. Simple sih, cuma kalau lagi ribet yah ribet juga. Pertama, weekly maintenance setiap hari senin. Kita harus pastikan semua server atau perangkat lainnya semua berjalan normal. Terutama jangan sampai mempengaruhi jaringan yang ada. Kedua, kalau ada laporan dari rekan-rekan di lapangan seperti laptopnya enggak bisa connectlah, laptopnya mati kayak tadi, dan anything else, kita harus segera ke lapangan buat ngecek. Ketiga, update software. Dan ini bukan buat satu atau dua orang ya, tapi biasanya buat seluruh karyawan di sini tapi enggak sering juga sih. Keempat, pengajuan purchasing untuk beli ini itu yang berhubungan dengan IT. Termasuk software atau program baru yang harus kita gunakan, kita ajuin dulu ke Mr. John. Birokrasinya cukup panjang, karena harus report ke Singapura dulu. Head quarter kita disana. Kalau di approve, baru bisa jalan. Kecuali dari sana udah disuruh, baru bisa lebih cepet. Kelima, kita ada meeting dua mingguan setiap hari rabu sama Mr. John dan monthly meeting sama IT singapura setiap hari Senin di awal bulan. Nanti kita skype meeting sama mereka. Sama Mr. John juga pastinya. Enggak usah khawatir bikin power point. Nanti Mr. John yang siapin, itupun juga dikit dan kalau perlu aja. Lagian masa IT disuruh bikin power point. Disuruh bikin program atau benerin laptop rusak sih oke. Ya enggak Bim?”, ujar Benny panjang lebar sambil tersenyum.

“Siap Ben.”, jawab Bimo sambil mencatat di bukunya.

 

“Sisanya, improvisasi aja kalau ada case di luar yang tadi gue jelasin. Biasanya sih jarang. Jadi sebenernya kerjaan kita ini dibilang santai ya santai, dibilang ribet ya kadang-kadang aja. Meskipun kadang kita kerja overtime kalau lagi ribet karena ada deadline yang mepet banget. Tapi enggak usah khawatir, lembur kita dibayar jika memang karena kerjaan penting. Kalau lo sengaja bikin lembur, ya enggak akan di bayar. Apalagi kalau Mr. John tau, tar di nyokaiin sama dia. Nanti akan ditanyain alasan lemburnya. Kalau masuk akal, ya aman. Terus, kalau bisa pulang teng go, mending pulang. Ngapain lama-lama di kantor. Mendingan nyantai di rumah sama keluarga atau sama temen-temen. Intinya sebisa mungkin kita enggak lembur deh. Gitu aja. Karena pada dasarnya, kantor enggak akan bayar lembur kalau enggak kepepet. Sampe sini, ada yang mau lo tanyain?”, ujar Benny.

“Enggak ada Ben. Jelas semuanya.”, jawab Bimo.

“Good. Kalau gitu tiga hari ini gue akan training full ya, termasuk ke lapangan juga. Nanti lo bisa ikut salah satu dari kita yang ada di sini. Sekarang gue jelasin satu per satu ya.”, jawab Benny.

 

Bimo mengikuti semua arahan yang diberikan oleh Benny dan fokus ke semua hal yang dijelaskan oleh Benny dengan seksama. Bimo terlihat nyaman dengan training yang diberikan oleh Benny.

 

“Ben, Bim. Lunch dulu yuk. Fokus bener trainingnya.”, ujar Jerry tersenyum menghampiri Benny dan Bimo.

“Udah jam dua belas emangnya?”, tanya Benny.

“Lebih lima belas menit tepatnya.”, jawab Jerry tersenyum.

“Turun enggak? Laper gue nih.”, tanya Jerry.

“Ya udah ayuk bareng.”, jawab Benny.

“Lo ikut juga Bim. Tar aja baru lanjut. Kalau sama Benny, bisa enggak makan tar.”, ujar Jerry tersenyum.

“Oke Jer. Siap.”, jawab Bimo tersenyum.

“Ayo woi.”, ujar Dion memanggil mereka dari depan pintu ruangan.

“Bentar gue ambil kunci ruangan dulu.”, sahut Benny.

“Rudy mana?”, tanya Benny sambil mengunci pintu ruangan kerja mereka.

“Udah duluan. Lagi mau misah. Bosen kali di tempat biasa.”, jawab Dion.

“Kita maka dimana nih sekarang?”, tanya Benny.

“Tempat biasalah. Murah meriah.”, jawab Jerry.

“Lo enggak apa-apa kan makan di basement?”, tanya Jerry kepada Bimo.

“Enggak apa-apa Jer. Gue ngikut kalian aja.”, jawab Bimo tersenyum.

“Ya udah, kita makan di tempat biasa ya. Ini kantin khusus karyawan, murah dan bersih. Ada di basement. Cuma jam segini pasti rame.”, ujar Benny menjelaskan kepada Bimo.

“Ya udah ayok, cepetan jalannya. Tar rame.”, ujar Dion.

 

Mereka bergegas menuju kantin karyawan yang ada di basement gedung tempat mereka bekerja.

 

“Nah tuh ada yang kosong tuh. Ayo cepetan.”, ujar Dion sambil menunjuk lalu berlari kecil menuju area meja yang masih kosong.

“Begini nih kalau makan disini, harus cepet-cepetan duduk.”, ujar Benny tertawa kepada Bimo sambil berjalan santai bersama Bimo dan Jerry menghampiri Dion yang sudah menempati meja yang kosong tersebut.

“Udah, kalian beli dulu aja. Gue pantekin dulu. Tar gantian.”, ujar Dion sambil mengeluarkan ponselnya.

“Lo pilih aja mana yang lo mau ya. Nanti langsung kesini lagi kalau udah, gantian sama Dion.”, ujar Benny kepada Bimo.

 

Benny, Jerry, dan Bimo berpisah untuk memilih makanan masing-masing. Cukup banyak pilihan untuk sekelas kantin karyawan. Tidak berapa lama, Bimo kembali ke meja yang sedang ditunggui oleh Dion yang sedang asyik dengan ponselnya.

 

“Gantian Yon.”, ujar Bimo tersenyum.

“Cepet amat lo? Makan apaan?”, tanya Dion tersenyum.

“Nasi padang. Bingung gue mau makan apa.”, jawab Bimo tersenyum sambil duduk berhadapan dengan Dion.

“Ya udah, pantekin dulu ya bentar.”, ujar Dion sambil berdiri dan pergi untuk mencari makanan.

“Makan apa lo?”, tanya Benny saat berpapasan dengan Dion.

“Enggak tau. Keliling dulu.”, jawab Dion sambil berjalan.

 

“Wuih, laper bung? Cepet amat.”, ujar Benny tersenyum sambil duduk di sebelah Bimo.

“Gue bingung mau makan apa Ben. Padang aja deh yang cepet.”, jawab Bimo tersenyum.

“Kapan-kapan lo harus coba ini. Nasi kuning andalan gue. Ada di pojok belakang.”, ujar Benny tersenyum.

“Boleh tuh, mantep juga kayaknya.”, jawab Bimo tersenyum melihat nasi kuning yang cukup menarik perhatian Bimo.

“Udah, makan dulu aja. Enggak usah nungguin yang lain.”, ujar Benny tersenyum dan mulai menyantap makanannya.

“Tumben enggak gitu rame nih hari.”, ujar Jerry sambil duduk di depan Bimo diikuti oleh Dion yang duduk di sebelah Jerry.

“Lagi pada banyak duit kali. Sekali-kali makan mewah.”, jawab Dion tertawa.

“Bener juga sih kayaknya.”, jawab Jerry tersenyum.

“Makan Jer, Yon.”, ujar Bimo.

“Santun banget lo bro. santai aja. Silahkan makan.”, jawab Jerry tertawa kecil.

“Baguslah, enggak kayak lo enggak ada attitudenya.”, ujar Dion tertawa.

“Setuju sih.”, sahut Benny tertawa.

“Berisik lo pada. Dah, makan dulu aja. Laper gue.”, jawab Jerry.

 

Mereka mulai menyantap makanan masing-masing yang ada di depan mereka. Suasana kantin basement yang sedang tidak ramai saat ini, cukup nyaman bagi mereka berempat.

 

“Enak enggak?”, tanya Benny kepada Bimo setelah menghabiskan makanannya.

“Enak juga. Oke nih.”, jawab Bimo tersenyum.

“Lo laper kali Bim.”, sahut Dion tertawa.

“Iye, laper habis di trainingin si Benny.”, ujar Jerry tersenyum menimpali.

“Emang laper juga sih yon. Tapi emang enak juga sih.”, jawab Bimo tersenyum.

“Makanan di sini emang enak-enak. Murah, lumayan bersih dan enak. Pas lah buat kita biar bisa nabung. Boros kalau makan di luar. Tapi sesekali kita juga makan mewah sih.”, ujar Benny.

“Tunggu gajian cair Bim.”, sahut Dion tersenyum.

“Bener.”, ujar Benny mengiyakan.

 

“Lo baru lulus kuliah apa udah pernah kerja sebelumnya?”, tanya Jerry kepada Bimo.

“Baru lulus Jer. Belum pernah kerja sih. Cuma side job kadang-kadang aja, kalau temen kampus minta benerin komputer atau laptopnya yang rusak, paling gue cekin. Kalau udah bener, mereka kasih seadanya. Gue soalnya enggak enak mintanya, apalagi masih sama-sama kuliah. Kadang gue tolak juga, mereka tetep maksa mau ngasih.”, jawab Bimo.

“Jadi bener-bener newbie nih ya di dunia kerja.”, ujar Jerry tersenyum.

“Lo masuk di kantor yang salah kalau gitu Bim. Ketemunya kita-kita.”, sahut Dion tertawa.

“Kita mah bener, lo yang enggak bener.”, jawab Benny tertawa kecil.

“Iye lo jangan kebanyakan gaul sama Dion. Tar dota mulu tiap malem.”, ujar Jerry tersenyum.

“Udah jarang coy. ML sekarang.”, jawab Dion tertawa kecil.

“Ngewek?”, tanya Jerry.

“Bego! Mobile Legendlah.”, jawab Dion tertawa.

“Lagian pake singkat-singkat. Gue mana ngerti kayak gituan. Gue pulang, udah main sama anak soalnya.”, jawab Jerry tertawa.

“Oh, lo udah merit Jer?”, tanya Bimo.

“Udah dua, anak gue Bim.”, jawab Jerry tersenyum.

 

“Siapa lagi yang udah merit di tempat kita? Kalau Dion kayaknya belum ya.”, ujar Bimo tersenyum.

“Gue masih mau bebas Bim.”, jawab Dion tertawa.

“Benny sama Rudy. Tapi yang baru punya anak, cuma gue doang.”, jawab Jerry.

“Ngebut Bim. Dikejerin mertuanya.”, celetuk Benny tersenyum.

“Yoi Ben. Tapi ternyata emang enak punya anak, capek lo langsung ilang kalau udah nyampe rumah. Maunya langsung pulang, enggak mau kemana-mana lagi. Coba aja nanya Bapak lo, dulu gimana.”, jawab Jerry tersenyum.

“Bokap gue dah meninggal hampir dua minggu lalu.”, jawab Bimo tersenyum.

“Eh sorry Bim. Gue enggak ada maksud apa-apa. Cuma bercanda doang tadi. Sorry ya.”, jawab Jerry tersenyum merasa tidak enak hati kepada Bimo.

“Enggak apa-apa Jer. Gue udah tabah, meskipun masih kangen. Tapi life must go on kan?”, jawab bimo tersenyum tegar.

“Bener bro. Turut berduka cita ya, tapi tetap semangat bro.”, ujar Benny tersenyum sambil menepuk pelan bahu Bimo.

 

“Kebiasaan lo.”, ujar Dion tertawa kecil.

“Gue kan enggak tau.”, jawab Jerry yang masih merasa tidak enak terhadap Bimo.

“Udah, santai aja.”, jawab Bimo tersenyum.

“Jadi di sini yang paling tua siapa nih?”, tanya Bimo tersenyum mengalihkan pembahasan agar tidak mengingat mendiang Ayahnya.

“Bedanya sih dikit-dikit ya. Paling tua ya gue.”, jawab Benny tertawa.

“Emang lo umur berapa Ben?”, tanya Bimo tertawa.

“Umur lo berapa?”, jawab Benny tersenyum bertanya balik kepada Bimo.

“Dua tiga.”, jawab Bimo.

“Oke, lo yang paling muda kalau gitu.”, jawab Benny tertawa kecil.

“Jadi umur lo berapa?”, tanya Bimo tersenyum.

“Beda dikitlah sama lo. Udah, enggak usah nanya-nanya umur.”, jawab Benny tertawa kecil.

 

Bimo tertawa mendengar jawaban Benny menghindari pertanyaan dari Bimo.

 

“Tar colong aja KTP nya.”, ujar Jerry tersenyum.

“Lo udah punya bokin belum?”, tanya Dion.

“Belum Yon.”, jawab Bimo.

“Pas!.”, jawab Dion terlihat bersemangat, membuat Bimo bingung dengan jawaban Dion.

“Maksudnya Dion, di sini banyak cewek cakep. Gitu aja enggak tau. Jangan pura-pura poloslah.”, ujar Benny tertawa.

“Gue beneran enggak tau.”, jawab Bimo tersenyum.

“Tapi lo enggak usah ikutin Dion kalau mau dapet cewek di sini, soalnya dia aja enggak dapet-dapet sampe sekarang.”, ujar Jerry tertawa mengejek Dion.

“Yoi!!”, sahut Benny tertawa.

“Bukannya enggak dapet-dapet, cuma masih belum ada yang pas sama gue.”, jawab Dion tertawa membela diri.

“Gaya-gayaan.”, jawab Jerry tertawa.

“Jadi sambil menyelam minum air nih ya ceritanya.”, ujar Bimo tersenyum.

“Belajarnya sama si Rudy tuh, merit sama anak finance. Baru aja bulan lalu dia merit.”, ujar Jerry.

“Lihai dia mah.”, sahut Dion tertawa.

“Benerin laptop sambil tepe-tepe. Hebat tuh anak.”, ujar Jerry tertawa kecil.

“Ngomong-ngomong lo lulusan mana Bim?”, tanya Jerry.

“Bibes.”, jawab Bimo tersenyum.

 

Mereka mengernyitkan dahi saat mendengar nama kampus Bimo. Bimo tersenyum melihat ekspresi mereka yang belum pernah mendengar nama kampusnya. Ini adalah reaksi orang yang kesekian kali, setiap orang yang mendengar nama kampus Bimo dan juga di alami oleh seluruh sahabatnya yang lain.

 

“Gue bukannya ngecengin ya. Tapi serius, gue enggak tau.”, ujar Jerry merasa penasaran.

“Kampus kecil Jer. Tapi khusus IT.”, jawab Bimo tersenyum.

“Dimana tempatnya?”, tanya Jerry lagi.

“Di daerah gading.”, jawab Bimo.

“Oh oke i see. Gue soalnya enggak tau.”, jawab Jerry tertawa kecil.

“Santai aja. Lo orang yang kesekian kali yang enggak tau. Udah biasa.”, jawab Bimo tertawa.

“Kepanjangannya apa tuh Bim?”, tanya Benny.

Lihat selengkapnya