HELP

Kismin
Chapter #9

Chapter 9

“Pagi semuanya.”, ujar Bimo menyapa para rekan kerjanya yang sudah berada di ruangan kantor dan dibalas dengan lambaian tangan dari mereka.

“Gue enggak telat kan Ben?”, tanya Bimo sembari duduk di sebelah Benny.

“Kagak. Masih aman.”, jawab Benny sambil melihat jam tangan nya yang menunjukkan pukul 8.20 pagi.

“Belum setengah sembilan.”, ujar Benny lagi.

“Gue pikir telat. Habis, semuanya udah pada di sini.”, jawab Bimo tersenyum.

“Iya tumben. Biasa pada ngepas datengnya.”, jawab Benny tersenyum.

“Hari ini lo masih training ya sama gue.”, ujar Benny mengingatkan.

“Siap Ben.”, jawab Bimo.

“Harus nurut loh Bim sama sensei Benny.”, sahut Dion tersenyum saat mendengar percakapan Benny dan Bimo.

“Iya Yon, masih di tatar Om Benny nih.”, jawab Bimo tersenyum.

“Bener. Lo better panggil dia Om.”, jawab Dion tertawa.

“Opa lah. Biar pas.”, sahut Jerry tersenyum.

“Berani lo?”, ujar Benny tersenyum.

“Tidak guru. Mari kita lanjutkan training.”, jawab Bimo tertawa kecil.

“Yuk. Udah jam kerja. Kalau ada yang mau lo tanya, langsung aja ya nanya. Biar enggak lupa.”, ujar Benny.

“Siap Ben.”, jawab Bimo.

 

Bimo memulai training di hari kedua. Bimo memperhatikan semua arahan dan penjelasan dari Benny dengan seksama. Hari ini cukup banyak hal yang menjadi bahan training untuk Bimo. Benny mengajari dengan sabar dan membuat suasana training menjadi nyaman dan tidak terasa waktu berjalan dengan cepat. Mereka hanya istirahat untuk makan siang dan sesudah itu bergegas kembali ke ruangan kantor untuk melanjutkan training kembali. Materi yang sudah disiapkan oleh Benny hari ini, dijelaskan seluruhnya kepada Bimo. Training hari kedua sudah selesai. Besok adalah training terakhir dan akan lebih banyak praktek ke lapangan. Karena bertepatan dengan jadwal maintenance yang sudah di atur setiap satu bulan sekali. Hari ini cukup menguras tenaga Bimo. Walaupun begitu, Bimo merasa bersemangat dan tidak sabar untuk training keesokan harinya. Bimo pulang ke rumah dan setelah membereskan dan membersihkan diri, Bimo ingin tidur lebih awal. Selain karena kelelahan, Bimo juga sudah tidak sabar untuk memulai training esok hari.

 

“Cek, gue hari ini enggak join di grup dulu ya. tepar gue. Mau tidur, besok ada training lagi soalnya.”, tulis Bimo mengirim pesan kepada Andrew.

“It’s oke Bim. Lo istirahat aja. Juga pada belum ada yang nongol. Kayaknya lagi pada capek juga atau pada masih ribet. Nanti gue kabarin anak-anak kalau mereke ngechat.”, balas Andrew yang langsung membalas pesan WA Bimo.

“Ngapain aja emang lo?”, tulis Andrew bertanya kepada Bimo.

“Training doang. Enggak nagapa-ngapain. Tapi full seharian.”, balas Bimo.

“Keasikan training itu namanya. Hahaha.”, balas Andrew.

“Kayaknya sih. Lol.”, balas Bimo.

“Ya udah Cek. Gue tidur dulu ya.”, tulis Bimo.

“Oke Bim. Nite bro.”, balas Andrew.

“Nite bro. Salam buat semua.”, balas Bimo.

“Oke.”, balas Andrew.

 

Hari terakhir training Bimo dimulai…

 

“Wuih, udah muncul aja pagi-pagi.”, ujar Benny tersenyum melihat Bimo yang sudah tiba lebih awal di kantor.

“Biar cepat berakhir trainingnya.”, jawab Bimo tertawa kecil.

“Bosen ya trainingnya?”, tanya Benny sembari duduk di sebelah Bimo.

“Kagak Ben. Justru gue excited banget. Ada ilmu baru. Cuma memang gue mau cepet-cepet selesai training biar bisa ditugasin ke lapangan juga.”, jawab Bimo menjelaskan.

“Bilang aja lo mau lihat awewe. Bosen disini batang semua.”, jawab Benny tertawa.

“Apaan sih Ben. Pagi-pagi udah ngomongin awewe aja.”, jawab Bimo tertawa kecil.

“Gue denger Bim.”, sahut Dion setengah berteriak.

“Benny lagi sange, tadi malem enggak dapet jatah.”, celetuk Rudy.

“Kayaknya sih iya Rud.”, sahut Dion tertawa.

“Lo sih ngomongnya kenceng-kenceng Ben, kedengeran kan.”, ujar Bimo tersenyum.

“Gue bukannya sange Yon, tapi si Bimo udah bosen lihat batang semua disini.”, jawab Benny tertawa.

 

“Yon, sini bentar.”, ujar Benny memanggil Dion.

“Ape? Enggak enak pasti nih.”, jawab Dion tersenyum sambil menghampiri Benny.

“Pagi-pagi udah curigaan aja sama gue.”, jawab Benny tersenyum.

“Harus kalau kali ini.”, jawab Dion tertawa kecil.

“Serius, ini soal kerjaan.”, ujar Benny.

“Ya udah. Ape?”, tanya Dion berdiri di depan meja Benny.

“Hari ini lo ada schedule maintenance ke ruang sales sama finance kan?”, tanya Benny.

“Iya bener. Kenapa emang?”, tanya Dion.

“Lo bawa si Bimo ya. Ajarin dia training praktek. Kalau udah kelar, sekalian lo bawa lihat-lihat ruangan lain yang perlu kita visit juga kalau ada problem nanti. Ini pesennya Mr. John soalnya, jadi lo ajarin die yang bener.”, ujar Benny tersenyum.

“Beres kalau cuma bawa doang mah.”, jawab Dion tersenyum.

“Setengah jam lagi ya kita cau ya Bim. Gue mau beres-beres dulu.”, ujar Dion tersenyum kepada Bimo.

“Rud, anak baru mau gue bawa ke ruang finance nih. Ada yang bisa digodain enggak?”, ujar Dion tertawa memanggil Rudy sambil berjalan menuju meja kerja Dion.

“Wah si Benny pilih kasih ya.”, jawab Rudy tertawa kecil sambil berdiri melihat ke arah Benny.

“Kenapa lo? Enggak bener ya bawa-bawa nama gue.”, jawab Benny tersenyum.

“Dulu pas pertama gue masuk, lo enggak bawa gue langsung ke ruang finance. Padahal banyak cewek cakep disana. Malah ke tempat lain.”, jawab Rudy tertawa kecil.

“Karena Benny tau, lo mau tepe-tepe, bukannya kerja.”, sahut Jerry tersenyum.

“Unltold story ini ya.”, ujar Bimo tersenyum.

“Kalau gue ceritain, bisa panjang durasinya Bim. Karena insting gue menyatakan ada niat tidak baik dari Rudy, makanya langsung gue selamatkan seluruh divisi finance dari tatapan liar si Rudy.”, jawab Benny tertawa.

“Untung sinyal gue canggih, ada calon bini di finance. Makanya pepet terus ke finance.”, jawab Rudy tertawa.

 

“Nah pas nih Bim. Sambil ngikut Dion, tar lo keker. Kalau ada, tar lo belajar sama sensei Rudy cara dapetinnya.”, ujar Jerry tersenyum.

“Gampang Bim. Tergantung tarif. Kalau mau cepet ya makin mahal tarifnya.”, jawab Rudy tersenyum.

“Udah woi. Pagi-pagi udah ngomongin cewek aja. Kagak ada jaim-jaimnya sama anak baru.”, ujar Benny tersenyum.

“Semua gara-gara lo.”, jawab Rudy tersenyum.

“Inget Bim, minum air boleh. Tapi jangan lupa tugas nyelem lo.”, ujar Benny.

“Apaan tuh?”, jawab Bimo tersenyum.

“Pura-pura bego lagi. Udah, siap-siap sama Dion sana.”, jawab Benny tersenyum.

 

Bimo menghampiri Dion, lalu duduk di sebelahnya.

 

“Gue perlu bawa apa Yon?”, tanya Bimo.

“Bawa diri cukup.”, jawab Dion tersenyum.

“Sebentar ya. Sepuluh menit maksimal. Gue siap-siap.”, ujar Dion.

“Oke Yon. Gue ngikut aja.”, jawab Bimo tersenyum.

 

Bimo mengeluarkan ponselnya sambil menunggu Dion. Bimo membuka WA grup BEJAD dan membaca beberapa pesan yang masuk. Ternyata, para sahabat Bimo tidak melakukan video call semalam karena personil yang tidak lengkap dan juga Joko yang tertidur pulas sampai pagi sehabis pulang kerja.

 

“Bing, ada lowongan nih di tempat gue.”, tulis Donny di grup mereka.

“Good news nih.”, balas Bimo.

“Tumben lo langsung bales, enggak kerja lo Bim?”, balas Donny.

“Kerjalah Kay. Cuma lagi bisa megang hape aja nih kebetulan.”, balas Bimo.

“Iya good news nih Kay. DM ke kambing juga aja. Belum bangun dia kayaknya.”, tulis Andrew.

“Udah gue DM juga tadi. Iya masih molor kayaknya.”, balas Donny.

“Guys, gue off dulu ya. tar lanjut lagi. Gue mau meeting soalnya.”, tulis Andrew.

“Gue juga cuma ngabarin ini aja. Gue juga mau meeting.”, balas Donny.

“Ya udah, tar malem lanjut lagi aja.”, balas Bimo.

“Oke bro. Spirit!!”, balas Donny.

“U too bro.”, balas Bimo.

 

“Yuk cabut.”, ujar dion tersenyum setelah mempersiapkan beberapa alat yang perlu dibawa.

“Siap bro.”, jawab Bimo tersenyum sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

“Ben, gue jalan dulu sama Bimo.”, ujar Dion.

“Oke. Jangan lupa yang tadi gue bilang ya. Ajarin yang bener.”, jawab Benny tersenyum.

“Jangan lupa ngeker Bim.”, sahut Jerry tertawa.

 

Bimo tesenyum mendengar perkataan Jerry dan berjalan mengikuti Dion untuk memulai training langsung di lapangan.

 

“Lo bawa apa?”, tanya Dion berjalan di samping Bimo.

“Hape doang Yon. Buat nyatet-nyatet nanti.”, jawab Bimo.

“Oh oke.”, jawab Dion.

“Kalau mau maintenance gini, kita perlu siapin apa aja Yon?”, tanya bimo.

“Obeng sama flash disk sakti ini.”, jawab Dion tersenyum sambil menunjukkan kepada Bimo satu set obeng kecil dan flashdisk.

“Itu aja bawanya?”, tanya Bimo.

“Iye. Ngapain banyak-banyak. Software buat ngecek semuanya, udah ada di flash disk. Ini udah disiapin dari Mr. John. Gue bawa dua. Satu lo pegang. Obeng kalau perlu yang ada di bongkar aja. Kalau perlu di opname, baru kita bawa ke ruangan kita. Biar konsen and cepet ngerjainnya. Sisanya yang kecil-kecil, lo juga pasti bisa. Cuma kan yang enggak ngerti IT, kalau ada yang ngehang atau ada apa-apa di laptop, dikit-dikit manggilnya IT. Kadang gue bete juga. Oon amat ya. Padahal mah enggak kenapa-kenapa laptopnya. Kadang tinggal di restart atau ada kabel LAN yang enggak kepasang, bilangnya rusak. Kekilah kadang-kadang. Itu cuma contoh dikit aja, nanti lo juga nemuin lebih dari yang gue cerita.”, ujar Dion tersenyum bersemangat menceritakan sambil memberikan flashdisk kepada Bimo.

 

“Namanya juga bukan anak IT Yon. Daripada nanti ada yang rusak, mending manggil tim IT aja.”, jawab Bimo tersenyum.

“Nah itu yang Mr. John selalu bilang kalau kita komplen. Mereka bukan orang IT untuk itulah kita dibayar untuk urusin hal-hal seperti ini. Meskipun sepele bagi kita, tapi berpengaruh besar bagi mereka. So, mari kita saling menghargai kekurangan mereka, toh kita juga enggak ngerti kan kalau disuruh kerja di divisi mereka. Stop komplen dan kerja yang bener.”, jawab Dion.

“Bagi gue, messagenya Mr. John clear banget sih dan gue jadi lebih menghargai sih. Walaupun kadang masih suka keki. Ya ini additional lesson kerja di sini.”, lanjut Dion lagi sambil tersenyum.

 

Bimo tersenyum mendengarkan Dion bercerita dengan semangat.

 

“Kita ke ruangan sales dulu aja ya.”, ujar Dion sambil berjalan menuju ruang sales yang ada di pojok ruangan di lantai yang sama dengan ruang kerja mereka.

“Selamat pagi semuanya.”, ujar Dion tersenyum menyapa tim sales yang berjumlah enam orang dan sedang duduk di meja masing-masing.

“Wah IT rusuh dateng. Hari apa ini emang?”, ujar salah seorang pria sambil tertawa kecil.

“Biasa. Maintenance bulanan. Gue laporin ya loh Den. Kagak kerja.”, jawab Dion tersenyum.

“Lo mau resign ya?”, tanya pria tersebut yang ternyata bernama Denny dengan suara cukup keras.

“Hoax lo.”, jawab Dion.

“Nah itu lo bawa pengganti lo.”, jawab Denny tertawa.

“Enak aja. Ini anak baru. Namanya Bimo. Kenalin.”, jawab Dion tertawa kecil.

“Bimo.”, ujar Bimo memperkenalkan diri sambil menjabat tangan Denny.

“Denny.”, jawab Denny tersenyum ramah.

“Tar yang lain sekalian gue kenalin nanti.”, ujar Dion kepada Bimo.

“Biasanya kalau Mr. John udah suruh anak baru nemenin anak IT buat ke lapangan, enggak lama lagi tuh orang bakal dipecat atau resign.”, jawab Denny tertawa.

“Nyumpain lo?”, tanya Dion.

“Kan gue bilang biasanya. Kalau enggak biasanya yah enggak ada apa-apa.”, jawab Denny tertawa.

“terserah lo.”, jawab Dion.

“Dia kalau ngomong gitu, volumenya rusak.”, ujar Dion tersenyum kepada Bimo.

“Bawaan orok Yon. Biar pada denger kalau gue ngomong.”, sahut Denny tertawaa kecil.

“Jangan didengerin nih orang ya Bim. Stress, enggak pernah achieve target soalnya.”, ujar Dion tersenyum.

“Enggak achieve aja dipertahanin sama perusahaan, apalagi gue achieve. Kasian, bagi-bagi omset ke anak yang lain.”, jawab Denny tersenyum dengan gaya bicaranya yang khas.

“Dion. Dion. Disuruh kerja, lo malah ngeladenin si benteng. Enggak kelar-kelar kerjaan lo tar.”, sahut salah satu sales yang ada di sana.

“Justru itu biar cepet kelar Boy.”, jawab Denny tertawa kecil.

“Suara gue emang kayak gini. Lo jangan kaget ya Bim.”, ujar Denny tersenyum.

“Iya Den.”, jawab Bimo tersenyum.

“Habis lo diem aja. Kayak mau gue telen aja.”, jawab Denny tertawa.

“Udah gue bilangin enggak usah diladenin, malah lo jawab si Benteng.”, ujar Dion tersenyum kepada Bimo yang juga tersenyum karena tidak tahu apa yang harus dilakukan.

 

“Pindah dulu Den. Gue cek punya lo dulu aja. Biar cepet bungkam.”, ujar Dion tersenyum.

“Iya dong. Harus punya gue duluan yang di cek. Kan sales berkompeten.”, jawab Denny tersenyum sambil mempersilahkan Dion untuk duduk di kursinya.

“Perhatiin Bim, biar cepet gantiin Dion.”, ujar Denny tersenyum menggoda Bimo.

“Udeh lo pindah dulu. Gue mau ngajarin Bimo.”, ujar Dion.

“Iye, iye. Pake dah tuh tempat.”, jawab Denny sambil berjalan menuju meja sales yang ada di depannya.

 

Dion mulai memeriksa laptop Denny. Bimo memperhatikan semua cara yang diperlihatkan oleh Dion. Cukup mudah untuk dilakukan, pikir Bimo. Hanya lima menit waktu yang dibutuhkan untuk memeriksa laptop Denny.

 

“Udah nih Den.”, ujar Dion memanggil Denny.

“Cepet amat. Lo sebenernya kerja apa enggak sih?”, tanya Denny dengan suaranya yang keras sambil menghampiri Dion.

“Justru gue mau tanya. Ini laptop sebenernya lo pake apa kagak? Gue cek di history excel aja, ini minggu lalu pakenya. Kelihatan kagak pernah lo pake ni. Cuma nyalain doank buat gaya-gayaan lo ya?”, jawab Dion.

“Gue kan sales Yon. Masa disuruh standby pake laptop seharian. Ya enggak cocoklah.”, jawab Denny tersenyum.

“Ya udah, tar gue bilang Mr. John, biar dia bilangin Bos lo. Laptop Tarik aja, daripada kagak kepake.”, jawab Dion tersenyum.

“Janganlah. Sial. Ngadu aja.”, jawab Denny.

“Lah kan lo yang bilang sendiri, kagak perlu pake laptop.”, jawab Dion tersenyum.

“Jangan, sial.”, ujar Denny tersenyum.

“Aduin aja Bim. Laptop cuma buat buka bokep doang.”, sahut salah satu sales sambil tersenyum kecil.

“Iya emang. Filenya pake di hide lagi. Mau bohongin gue. Tuh si Bimo aja tau.”, jawab Dion tertawa kecil diiringin Bimo yang juga ikut tertawa kecil.

“Gue gamparin lo ya Leo. Lo juga suka ngopy. Tau aja si Dion.”, jawab Denny tersenyum malu.

“Yang nyaut tadi namanya Leo.”, ujar Dion ke arah Bimo.

“Wah, buka kartu si benteng.”, jawab Leo.

“Sama aja lo Leo. Kayaknya semua juga pada ngopy. Cuma si benteng yang jadi bandar ya.”, ujar Dion tertawa.

“Tau aja lo Yon.”, sahut Leo tertawa.

“Tar kalo lo mau, copy aja. Ga usah malu-malu mintanya.”, ujar Denny tertawa kecil.

“Langsung gue ambil tar dari server.”, jawab Dion tertawa.

“Bangsat. Kejam sekali anda.”, jawab Denny tersenyum.

“Giliran lo Leo. Sini gue cek dulu laptop lo.”, ujar Dion menghampiri.

“Silahkan bro. lama juga enggak apa-apa.”, jawab Leo tersenyum.

 

Dion dan Bimo mengecek laptop Leo. Dilanjutkan laptop sales lainnya yang ada di ruangan tersebut.

 

“Kalau ada yang mau lo tanya, langsung nanya aja ya.”, ujar Dion.

“Oke Yon.”, jawab Bimo.

“Lo ngerjain punya si Leo ya. Gue sambil ngerjain laptop yang lain, biar cepet. Lo udah lihat kan caranya tadi pas gua gituin laptop si Denny?”, tanya Dion.

“Bisa Yon. Enggak apa-apa gue coba dulu. Tar kalau ada error gue baru manggil lo.”, jawab Bimo tersenyum.

“Oke. Gue tinggal ya. Gue kesana dulu.”, ujar Dion.

Dion dan Bimo membagi tugas agar cepat selesai karena masih harus menyelesaikan maintenance ke divisi finance sebelum jam makan siang. Sambil menunggu karena proses pengecekan, Dion menghampiri Bimo untuk memastikan semua berjalan dengan lancar. Sambil melakukan maintenance, Bimo memperkenalkan diri kepada sales yang laptopnya diperiksa oleh bimo. Hampir satu jam mereka berada di ruangan sales untuk menyelesaikan tugas mereka.

 

“Yuk cabut. Sekarang kita ke ruangan finance.”, ujar Dion.

“Kita cabut ya guys. Laptop kalian semua aman. Kalau ada apa-apa, lapor aja ke IT ya.”, ujar Dion kepada seluruh tim sales yang ada di ruangan tersebut.

“Thank you Dion, Bimo.”, ujar mereka satu per satu.

“Thank you ya broooooww.”, ujar Denny tersenyum.

“Tar gue apus bokep lo.”, jawab Dion tersenyum.

“Jangan donk koko.”, jawab Denny tersenyum sambil merangkul Dion.

“Anda enggak usah sok akrab dengan saya.”, jawab Dion tersenyum.

“Pergi lo.”, jawab Denny tertawa kecil sambil mendorong Dion.

“Ya udah, gue cabut dulu.”, jawab Dion tersenyum sambil berjalan meninggalkan ruangan sales.

“Thank you bro.”, sahut Denny tersenyum.

“Yo.”, jawab Dion singkat.

“sales stress yang satu itu.”, ujar Dion tersenyum kepada Bimo.

“Kocak ya orangnya.”, jawab Bimo tertawa kecil.

“Koplak dia mah. Orang benteng, makanya dipanggil benteng sama bacotnya gede kalau ngomong. Suka ngeband bareng sama gue.”, jawab Dion tersenyum.

 

“Lo suka ngeband juga Yon?”, tanya Bimo.

“Yoi. Sama si Denny dan Leo. Iseng-iseng aja.”, jawab Dion.

“Oh. Asik juga ya. Lo megang apa Yon?”, tanya Bimo.

“Gue main drum, Leo vokal sambil ngelead, si benteng main bass.”, jawab Dion.

“Lo suka ngeband juga?”, tanya Dion berjalan di sebelah Bimo.

“Suka pas dulu SMU. Kalau kuliah jarang. Paling kalau ada event aja, gue sama anak-anak daerah rumah daftar ikut ngeramein aja.”, jawab Bimo tertawa.

“Main apa lo?”, tanya Dion penasaran.

“Gitar Yon.”, jawab Bimo.

“Melodi?”, tanya Dion.

“bisalah dikit-dikit.”, jawab Bimo merendah.

“Wah pas nih. Bolehlah kapan-kapan kita ngeband bareng sama mereka.”, ujar Dion yang terlihat bersemangat.

“Boleh. Biasa main di mana?”, tanya Bimo.

“Enggak jauh dari sini ada studio. Biasanya kita main sebulan sekali habis gajian.”, jawab Dion tertawa.

“Kapan-kapan gue ngikut deh.”, ujar Bimo tersenyum.

“Sip. Kita samperin Bu. Susi dulu. Minta ijin sama yang punya ruangan.”, ujar Dion tersenyum sambil menunjuk ruangan Bu. Susi yang terpisah dari para staffnya setelah tiba di ruangan divisi finance.

“Jaim dikit ya di depan doi.”, ujar Dion berbisik kepada Bimo.

“Oke Yon. Kenapa emang?”, tanya Bimo pelan.

“Udah, lo ikutin gue aja. Tar gue ceritain.”, jawab Dion pelan.

 

Mereka memasuki ruangan finance yang kondisinya berbeda 180 derajat dari ruangan sales yang sebelumnya di datangi oleh mereka. Di ruangan finance ini, suasana lebih hening dan terlihat beberapa staff yang berbicara dengan suara datar tidak berisik dan hanya membicarakan mengenai pekerjaan.

 

“Pagi Bu. Susi.”, ujar Dion mengetuk pintu ruangan Bu. Susi yang tidak tertutup.

“Oh Dion. Silahkan masuk.”, jawab Bu. Susi tersenyum ramah, seorang wanita paruh baya yang terlihat ramah.

“Ini anak baru ya?”, ujar Bu. Susi tersenyum menatap Bimo.

“Saya Bimo.”, jawab Bimo tersenyum memperkenalkan diri sambil menjabat tangan Bu. Susi.

“Sudah hari ke berapa kamu kerja?”, tanya Bu. Susi.

“Ini hari ketiga Bu.”, jawab Bimo tersenyum.

“Oh masih baru banget ya. Kamu trainingin yang bener ya Yon.”, jawab Bu. Susi tersenyum.

“Pasti Bu. Saya mau periksa laptop Bu. Biasa , jadwal maintenance Bu.”, ujar Dion tersenyum.

“Oh ya silahkan. Saya save dulu dokumen saya ya.”, jawab Bu. Susi sambil menyimpan dokumen yang sedang di bukanya.

“Berapa lama kira-kira Yon?”, tanya Bu. Susi.

“Kurang lebih setengah jam ya bu.”, jawab Dion.

“Kalau gitu saya tinggal ya. Nanti kalau kamu selesai lebih awal, pintunya tutup saja.”, jawab Bu. Susi.

“Oke siap Bu.”, jawab Dion tersenyum.

“Saya tinggal ya kalau gitu. Do the best ya Bimo.”, ujar Bu. Susi tersenyum, lalu meninggalkan mereka.

Lihat selengkapnya