“Pakde dan Bukde pulang dulu ya Bim.”, ujar Pakde Bimo setelah tiba mengantarkan Bimo dan Ibunya ke rumah.
“Enggak mau masuk dulu Pakde?”, ujar Bimo yang sedang berdiri di depan rumah nya.
“Enggak usah Bim. Terima kasih.”, jawab Pakde Bimo.
“Udah, biarin Pakdemu pulang. Biar Pakde dan Bukdemu bisa istirahat di rumah. Kan udah dari pagi. Pasti capek mereka.”. Ujar Ibu Bimo tersenyum.
“Baik kalau begitu Pakde. Terima kasih banyak udah mau nemenin datang ke acara lamaran Bimo.”, ujar Bimo tersenyum.
“Sama-sama. Pakde seneng bisa ikut dan ngelihat keponakan Pakde ngelamar calon istri. Banyak doa dan kerja yang bener ya. Biar semuanya lancar sampai nanti hari ‘H’.”, jawab Pakde Bimo tersenyum sambil menepuk pelan pundak kanan Bimo.
“Iya, kamu harus doa yang bener. Biasanya pasti ada aja masalah-masalah kecil di antara orang yang mau menikah. Tapi kamu dan Mentari harus sabar. Harus sama-sama saling memahami. Kalau bisa lewatin, pasti semuanya lancar.”, ujar Bukde Bimo menimpali.
“Iya Bukde. Pasti Bimo lakuin. Terima kasih banyak untuk sarannya.”, jawab Bimo tersenyum.
“Aku pulang dulu Siska.”, ujar Pakde Bimo sambil mencium pipi kiri dan kanan Ibu Bimo.
“Iya Mas, hati-hati ya. terima kasih banyak ya.”, jawab Ibu Bimo.
“Sama-sama.”, jawab Pakde Bimo tersenyum.
“Pulang dulu ya Mbak.”, ujar Bukde Bimo tersenyum sambil mencium pipi kiri dan kanan Ibu Bimo.
“Iya. hati-hati ya. Terima kasih banyak.”, jawab Ibu Bimo tersenyum.
“Jagain Ibu kamu ya Bim.”, ujar Pakde Bimo.
“Pasti Pakde. Hati-hati ya.”, jawab Bimo sambil salim dengan Pakdenya.
“Hati-hati ya Bukde.”, sambung Bimo sambil salim kepada Bukdenya.
Pakde dan Bukde Bimo lalu masuk ke dalam mobil dan pulang menuju rumah mereka.
“Ibu istirahat aja dulu. Biar enggak kecapean Bu.”, ujar Bimo kepada Ibunya.
“Iya, Ibu kecapean. Ibu mau tidur dulu sebentar.”, jawab Ibu Bimo.
“Lamaan juga enggak apa-apa Bu. Biar enggak sakit nanti.”, jawab Bimo tersenyum.
“Nanti siapa yang masakin kamu kalau Ibu enggak masak?”, tanya Ibunya tersenyum.
“Ibu enggak usah masak hari ini ya. Nanti Bimo pesen makanan, di anter ke rumah. Pokoknya hari ini Ibu harus bersantai.”, jawab Bimo tersenyum.
“Kamu mau pesen makanan apa?”, tanya Ibunya.
“Belum tau, nanti Bimo lihat dulu. Yang kuah-kuah aja ya. Biar enggak panes dalem.”, jawab Bimo.
“Enggak usah banyak-banyak. Nanti enggak ada yang ngabisin.”, jawab Ibunya.
“Iya nanti Bimo atur. Sekarang Ibu masuk kamar, tidur ya.”, jawab Bimo tersenyum sambil mendorong pelang Ibunya untuk berjalan menuju ke kamar Ibunya.
“Kamu mau pergi lagi?”, tanya Ibunya yang berdiri di depan kamar Ibu Bimo.
“Enggak kok Bu. Bimo juga mau tidur, ngantuk.”, jawab Bimo tersenyum.
“Iya, enggak usah pergi. Istirahat aja.”, jawab Ibunya.
“Makasih ya Bu untuk hari ini. Bimo seneng banget hari ini semuanya lancar.”, ujar Bimo tersenyum,
“Ibu juga seneng anak Ibu udah mau nikah. Udah dewasa. Harus rajin ya, jangan males kerjanya.”, jawab Ibunya.
“Pasti bu. Makasih ya Bu.”, jawab Bimo tersenyum sambil mencium lembut pipi Ibunya.
“Ya udah, Ibu istirahat dulu ya.”, jawab Ibu Bimo tersenyum bahagia melihat Bimo yang segera menikah.
“Iya Bu. Bimo naik dulu ya.”, ujar Bimo lalu menuju kamar nya.
Bimo segera membersihkan diri dan mengganti baju lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Bimo menopang kepala dengan keduatangan nya. Tersenyum bahagia membayangkan acara lamaran yang berjalan dengan lancar dan juga pernikahan yang akan segera berlangsung.
“Makasih ya Pak, semua nya berjalan lancar. Bapak tenang ya di sana. Jagain Bimo ya.”, ujar Bimo berbicara sendiri membayangkan wajah Ayahnya.
Bimo mengambil ponselnya untuk mengabarkan Mentari.
“Aku udah nyampe dari tadi ya Yang. Sorry aku baru kabarin.”, tulis Bimo mengirim pesan.
“Iya. Capek enggak kamu?”, balas Mentari.
“Enggak terlalu, masih semangat. Hehe.”, balas Bimo sambil tersenyum.
“Terlalu seneng ya. Haha.”, balas Mentari.
“Iya dong. Emang kamu enggak?”, tanya Bimo.
“Senenglah. Seneng banget banget banget.”, balas Mentari memnbuat Bimo tersenyum bahagia.
“I love you.”, tulis Bimo.
“Me too honey.”, balas Mentari.
“Kamu lagi apa Yang?”, tanya Bimo.
“Habis cobain kalung yang kamu kasih.”, balas Mentari.
“Lansung dicobain semua ya. Haha.”, balas Bimo.
“Iya. Iseng.”, balas Mentari.
“Suka enggak?”, tanya Bimo.
“Suka kok. Cuma sayang kamu kasih banyak begini. Mahal ya?”, balas Mentari.
“Ya udah, jual lagi aja kalau gitu.”, balas Bimo.
“Huh, dasar kamu. Masa dijual. Maksudku enggak usah mahal-mahal, uangnya nanti bisa dipakai buat tambahan biaya nikah.”, balas Mentari.
“Kamu enggak usah khawatir soal biaya ya. Biar aku yang mikirin. Biar aku yang urus semua. Kamu doain saja semuanya lancar ya.”, balas Bimo.
“Pasti dong. Aku kan juga mau semuanya lancar.”, balas Mentari.
“Semua perhiasan itu semua Ibu yang pilih loh. Aku enggak ikut pilih.”, tulis Bimo.
“Ibu pinter milihnya ya. Bagus.”, balas Mentari.
“Iya, kan sama-sama cewek. Seleranya mirip berarti. Hehe.”, balas Bimo.
“Kok kamu enggak ikut milih sih? Dasar, malah kasih Ibu yang cari.”, tanya Mentari.
“Kan lagi pacaran sama kamu. Hahaha.”, balas Bimo.
“Alesan kamu.”, balas Mentari.
“Orang tua kamu gimana Yang, ada komplen enggak sama acara tadi?”, tanya Bimo.
“Enggak kok. Apa yang mau dikomplen emang? Malah mereka seneng banget semuanya lancar, bisa ketemu sama keluarga kamu.”, balas Mentari.
“Ya aku enggak enak aja, takutnya ada salah kata tadi dari keluarga aku.”, balas Bimo.
“Enggak kok. Kamu tenang aja. Malah kata Papa aku, temen-temen kamu lucu. Jadi bikin rame.”, tulis Mentari.
“Iya ya, ada mereka jadi tambah rame. Wkwkwk.”, balas Bimo.
“Yang, aku enggak enak nih pakai cincin pernikahan Ibu kamu.”, tulis Mentari.
“Enggak apa-apa, itu artinya Ibu merestui kita dan sayang sama kamu.”, balas Bimo.
“Tapi aku beneran enggak enak. Ini kan cincin kenangan sama papa kamu juga.”, balas Mentari.
“Enggak apa-apa Yang. Ibu mau lihat kita bahagia. Ibu mau kenangan dan cinta Ibu kepada Bapak diturunkan ke kita. Makanya Ibu kasih cincin itu ke kita. Aku juga kaget tadi dan agak enggak setuju, tapi aku sadar maksud Ibu.”, balas Bimo.
“Emang kamu enggak tau tadi kalau Ibu kamu mau kasih cincin pernikahannya?”, balas Mentari bertanya.
“Aku beneran enggak tau. Ibu enggak ceritain ini sebelumnya ke aku. Mungkin Ibu tau kalau cerita sama aku, pasti aku nolak.”, balas Bimo.
“Aku bener-bener terharu tadi.”, balas Mentari.
“Semoga cinta kita bisa kayak orang tuaku ya. Langgeng buat selamanya. Kita jaga baik-baik cincin ini ya.”, balas Bimo.
“Pasti Yang. Aku pasti akan jaga cincin ini.”, balas Mentari.
“Nanti sore mau jalan enggak?”, tanya Bimo.
“Enggak usah dulu ya. Ada saudara aku pada mau dateng. Pada mau ngobrol soal lamaran tadi.”, balas Mentari.
“Aku perlu dateng enggak?”, tanya Bimo.
“Terserah. Kalau kamu mau juga enggak apa-apa.”, balas Bimo.
“Kalau gitu enggak usah deh. Aku di rumah aja nemenin Ibu. Hehehe.”, balas Bimo.
“Dasar kamu. Basa basi aja. Wkwkwk.”, balas Mentari.
“Iya dong. Hahaha.”, balas Bimo.
“Kamu mau kemana nanti sore?”, tanya Mentari.
“Kayak nya di rumah aja. Istirahat. Mau upload ke sosmed, nungguin foto dari Encek.”, balas Bimo.
“Ih malu tau di upload ke sosmed.”, balas Mentari.
“Enggaklah, justru kita harus ekspos dan seneng sama hari bahagia kita.”, balas Bimo.
“Ya udah, terserah kamu deh. Siap-siap aja nanti di kantor pada nanyain loh.”, balas Mentari.
“Aku udah siap dong. Hahahaha.”, balas Bimo sambil tertawa kecil.
“Dasar kamu. Ya udah terserah kamu.”, balas Mentari.
“Yang, aku istirahat dulu ya. Ngantuk nih.”, tulis Bimo.
“Iya, aku juga mau tidur sebenernya, cuma diganggu kamu aja. Hehe.”, balas Mentari.
“Kalau gitu tidur sama-sama yuk .”, balas Bimo.
“Iya, di rumah masing-masing.”, balas Mentari.
“Bareng maksudnya.”, balas Bimo tersenyum geli menggoda Mentari.
“Enak aja. Sabar ya, tahun depan. Wkwkwk.”, balas Mentari.
“Masih lama.”, balas Bimo.
“Kalau sabar, pasti enggak terasa nunggunya.”, balas Mentari.
“Iya deh. Sabar mau enggak mau.”, balas Bimo.
“Wkwkwkwk.”, balas Mentari tertawa geli membaca pesan dari Bimo.
“Ya udah, aku tidur dulu ya. Kamu juga istirahat ya biar enggak kecapean.”, tulis Bimo.
“Iya honey. Kamu juga ya. Nanti WA aku ya kalau udah bangun.”, balas Mentari.
“Pasti dong.”, balas Bimo.
“I Love You Beb.”, sambung Bimo.
“I love you too. Mmmuaaaccchh.”, balas Mentari.
“Mmuachh.”, balas Bimo lalu berisirahat siang.
Setelah cukup pulas tertidur, Bimo terbangun dari tidurnya. Dia mengambil telepon genggam yang ada di sebelah bantalnya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Ada notifikasi pesan yang terpampang di ponsel Bimo. Bimo membuka pesan yang berasal dari Andrew. Andrew mengirimkan beberapa hasil foto dari acara lamaran tadi pagi. Bimo melihat empat foto yang dikirim oleh Andrew.
“Bim, empat dulu ya. Ini buat lo upload di sosmed. Udah gue editin. Pokoknya tinggal pasang aja.”, isi pesan dari Andrew.
Bimo tersenyum membaca pesan dari Andrew.
“Bagus juga.”, gumam Bimo tersenyum sambil melihat foto-foto yang dikirimkan oleh Andrew.
“Thank you Cek. Gue baru bangun. Tepar. Haha.”, balas Bimo mengirim pesan kepada Andrew.
“Aku baru bangun nih. Kamu udah bangun belum? Ini foto-foto dari Encek.”, tulis Bimo mengirimkan pesan kepada Mentari.
Bimo segera bergegas keluar dari kamarnya sambil memegang ponselnya. Bimo tersadar bahwa dia belum membelikan sayur sesuai yang dijanjikan kepada Ibunya. Bimo berjalan menuju ke ruang dapur untuk mengecek apakah Ibunya juga membeli sayur untuk makan malam nanti. Sesuai dugaan Bimo, sudah ada tiga sayur yang ada di meja makan.
“Ibu masak, apa beli sayur?”, tanya Bimo sambil melihat sayur yang ada di meja.
“Tadi Ibu beli ke warteg depan.”, jawab Ibunya yang sedang mencuci piring.
“Kok malah Ibu yang beli, kan tadi Bimo bilang kalau nanti Bimo yang beli.”, jawab Bimo.
“Kamu aja enggak bangun-bangun dari tadi. Udah, enggak apa-apa. Nanti kapan-kapan kamu yang beli. Sekarang makan dulu aja. Udah waktunya makan malam.”, jawab Ibu Bimo tersenyum sambil mengambilkan nasi untuk Bimo.
“Makasih Bu.”, jawab Bimo tersenyum.
“Ibu enggak beli banyak, cukup enggak? Kalau masih laper masak mie aja.”, ujar Ibunya.
“Cukup Bu. Bimo enggak terlalu laper juga sebenernya.”, jawab Bimo.
“Ayam sama tahunya kamu habisin saja. Buncisnya, kalau kamu enggak mau nanti Ibu yang habisin.”, ujar Ibunya.
“Iya Bu. Ibu enggak ikut makan?”, tanya Bimo.
“Tadi Ibu udah duluan. Kamu makan aja, habisin sayurnya.”, jawab Ibunya.
“Iya Bu. Udah segeran Bu?”, tanya Bimo.
“Lumayan. Dibandingkan tadi siang.”, jawab Ibu nya.
“Nanti jangan tidur malam ya Bu, tidur pagian aja. Biar fit lagi.”, jawab Bimo sambil menyantap makanannya.
“Iya. Udah tua, gampang capek sekarang.”, ujar Ibunya tersenyum.
“Jangan terlalu capek ya Bu.”, jawab Bimo tersenyum.
“Iya.”, jawab Ibunya.
“Ibu harus latihan nih mulai dari sekarang, biar semangat dan enggak gampang capek.”, ujar Bimo tersenyum.
“Buat apa harus latihan? Ibu kan udah tua, enggak seperti dulu masih kuat.”, tanya Ibunya.
“Kan nanti mau bantuin ngurus cucu, anak dari Bimo.”, jawab Bimo tersenyum lebar.
“Dasar kamu, udah mikirin punya anak aja.”, jawab Ibu nya tersenyum.
“Namanya perencanaan yang matang Bu.”, jawab Bimo tertawa kecil.
“Kamu pikirin dulu pernikahan kamu biar semua lancar. Nanti urusan anak, Allah yang kasih.”, jawab Ibunya menasehati.
“Iya Bu. Ibu doain ya.”, jawab Bimo tersenyum.
“Pasti Ibu doain.”, jawab Ibunya.
“Bimo jadi tenang kalau begini.”, ujar Bimo tersenyum.
“Ibu ke depan dulu, mau lihat siapa yang telepon.”, ujar Ibunya saat mendengar bunyi panggilan masuk dari ponselnya yang terletak di meja ruang tamu.
“Iya Bu.”, jawab Bimo sambil melihat Ibunya berjalan menuju ruang tamu.
Bimo mengambil ponselnya yang ada di samping piringnya dan melihat pesan yang masuk.
“Sama-sama Bim. Sisanya masih gue kerjain ya.”, balas Andrew.
“Oke Cek. thank you berat untuk bantuannya.”, balas Bimo sambil menyantap makanannya.
“Fotonya bagus Yang.”, balas mentari beberapa menit kemudian.
“Iya bagus. Hebat juga si Encek. Sisanya masih di edit. Ini nanti mau aku upload ke facebook ya.”, balas Bimo.
“Kamu lagi ngapain?”, balas Mentari bertanya.
“Lagi makan. Tadi pas aku kirim foto, aku langsung ke bawah. Laper. Hahaha.”, balas Bimo.
“Oh kiraing lagi ngapain, habis tiba-tiba hilang enggak ada kabar.”, balas Mentari.
“Kamu khawatir banget ya?”, tanya Bimo sambil tersenyum sendiri.
“Enggaklah. GR kamu. Wkwkwk.”, balas Mentari.
“Ih mau nangis aku baca ya. Enggak takut calon suaminya hilang.”, balas Bimo.
“Calon suami aku enggak bakal hilanglah. Kan dia Ali Topan, tau jalan ke mana aja. Wkwkwk.”, balas Mentari.
“Supir dong. Tau jalan ke mana aja.”, balas Bimo.
“Iyalah. Kan emang selama ini nyupirin aku.”, balas Mentari.
“Tapi kamu tau enggak, ada satu jalan yang sampai saat ini aku tuh enggak tau jalannya lewat mana.”, tulis Bimo.
“Kok kamu enggak cerita? Emang enggak ada di waze atau google map?”, balas Mentari bertanya.
“Aku udah coba, tapi tetap enggak bisa. Enggak muncul.”, balas Bimo tersenyum geli.
“Masa sih, aku coba dulu. Apa nama jalannya?”, tanya Mentari.
“Enggak ada, beneran. Percuma kamu nyobain. Aku tuh udah coba, tapi enggak muncul.”, balas Bimo.
“Coba dulu, siapa tau kemarin-kemarin pas signal kamu lagi jelek. Coba sebutin nama jalannya.”, balas Mentari yang penasaran.
“Enggak usah Yang, beneran.”, balas Bimo.
“Coba dulu. Susah amat. Gratis ini.”, balas Mentari memaksa.
“Beneran mau coba?”, tanya Bimo.
“Iya aku cobain dulu, siapa tau muncul.”, balas Mentari.
“Ya udah kalau kamu maksa. Aku hargai bantuan kamu.”, balas Bimo.
“Mana?”, tanya Mentari.
“Nama jalannya, JALAN KELUAR DARI HATIMU.”, balas Bimo tersenyum lebar.
“Ih dasar kamu ya, aku udah serius mau bantuin juga.”, balas Mentari.
“Bener kan, sampe sekarang aku enggak tau jalan itu.”, balas Bimo tertawa.
“Kalau itu mah enggak ada jalan emang. Jalan buntu. Wkwkwk.”, balas Mentari.
“Iya enggak apa-apa buntu. Biar aku terjebak di hati kamu. Mmmuacchh.”, balas Bimo.
“Apaan sih. Gombalnya enggak habis-habis.”, balas Mentari tersenyum tersipu sambil duduk di sofa ruang tamu.
“I love you banget.”, tulis Bimo.
“Aku juga banget. Mmuuacch.”, balas Mentari.
“Makin sayang sama kamu.”, balas Bimo.
“Me too.”, balas Mentari.
“Btw, kamu lagi makan apa?”, tanya Mentari.
“Ayam goreng sama tahu semur. Tadi Ibu beli di warteg. Kamu makan apa?”, balas Bimo.
“Aku makan sayur yang tadi pagi. Masih ada sisa.”, balas Mentari.
“Sodara kamu udah pada dateng?”, tanya Bimo.
“Belum nih, kayaknya sih sebentar lagi nyampe. Tadi ditelepon sama Papa, katanya udah deket.”, balas Mentari.
“Eh, panjang umur nih mereka. Udah nyampe nih ke rumahku.”, sambung Mentari.
“Salam buat calon sodara baru aku ya. Hehehe.”, balas Bimo.
“Salamin sendiri dong.”, balas Mentari.
“Kamu enggak ajak sih.”, balas Bimo.
“Alibi ih.”, balas Mentari.
“Kapan-kapan kenalin ke aku ya.”, balas Bimo.
“Pasti dong.”, balas Mentari.
“Yang, aku ngobrol sama mereka dulu ya. Nanti baru Wa lagi ya. Nanti aku Wa kamu ya.”, balas Mentari.
“Oke Yang.”, balas Bimo.
“I love you.”, balas Mentari.
“Me too.”, balas Bimo.
Bimo mencuci pirig kotornya setelah selesai makan dan merapikan meja makan.
“Siapa yang telepon Bu?”, tanya Bimo menghampiri Ibunya yang sedang duduk di ruang tamu sambil menelepon.
“Kakakmu.”, jawab Ibunya pelan.
“Oh. Ya udah, Bimo ke kamar aja ya Bu.”, jawab Bimo.
“Iya. Jangan lupa mandi. Udah malem.”, jawab Ibunya.
“Masih bersih Bu. Enggak kemana-mana ini.”, jawab Bimo tersenyum.
“Eh, calon manten males mandi. Bikin malu aja.”, terdengar keras suara Kak Siti yang menjawab Bimo saat mendengar perkataan Bimo.
“Biarin, mager gue Kak.”, sahut Bimo tersenyum dengan suara keras.
“Ya udah Bu, Bimo naik dulu ya.”, ujar Bimo.