HELP

Kismin
Chapter #31

Chapter 31

Joko menyalakan laptop Andrew yang terletak di atas meja yang dulu sering dipakai untuk membuat tugas kuliah. Joko memasukkan password laptop Andrew dan membiarkan menyala. Andrew tidak pernah mengganti password laptop yang sudah diketahui oleh para sahabatnya. Andrew sangat mempercayai mereka. Joko duduk pada sebuah ‘bean bag’ berwarna biru yang ada di bawah ranjang Andrew sambil menunggu para sahabatnya datang kemari. Beberapa saat kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari depan kamar Andrew. Joko berjalan menghampiri membukakan pintu.

 

“Udah lama lo Wa?”, tanya Donny melihat Joko yang membukakan pintu kamar.

“Baru sepuluh menit.”, jawab Joko.

“Encek mana?”, tanya Edwin sambil berjalan masuk ke dalam kamar Andrew.

“Lagi mandi. Baru nyampe rumah dia.”, jawab Joko yang kembali duduk pada bean bag yang ada di kamar Andrew.

 

Mereka tidak seperti biasanya yang selalu bercanda bahkan saling mengejek satu sama lain jika sedang berkumpul bersama. Rasa duka cita yang mendalam masih menyelimuti mereka.

 

“CD apaan emang yang tadi dibahas si Encek?”, tanya Donny merebahkan tubuh di atas ranjang Andrew.

“Enggak tau Kay. Encek belum kasih lihat dari tadi.”, jawab Joko.

“Lo naik apa tadi ke sini WA?”, tanya Edwin yang duduk di depan meja kamar Andrew.

“Biasa Bing. Grab.”, jawab Joko tersenyum.

“Kalian boncengan ke sini?”, tanya Joko.

“Kagak. Misah.”, jawab Edwin.

“Bukan bareng aja tadi sama gue Wa, gue jemput.”, ujar Donny.

“Enggak usahlah. Repot kamu nanti. Kan beda arah.”, jawab Joko.

“Tumben lo.”, sahut Edwin tersenyum.

“Iya, lagi males juga Bing. Naik mobil aja duduk diem.”, jawab Joko.

 

“Lama amat lo pada?”, tanya Andrew tersenyum menghampiri para sahabatnya setelah selesai mandi.

“Takut lo yang belum pulang, makanya kita sengaja telat.”, jawab Edwin.

“CD apaan sih Cek?”, tanya Donny kemudian duduk di pinggir ranjang.

“CD dari Bimo.”, jawab Andrew smbil dudul di sebelah Donny.

“Jadi, kemarin Kak Siti telepon gue suruh dateng ke rumah. Sorenya gue ke sana ngobrol sama dia. Tapi enggak ketemu sama nyokapnya Bimo. Lagi tidur katanya. Nyokapnya masih down. Jadi sama Kak Siti dikasih obat tidur untuk beberapa hari ini. Sedih berat kata Kak Siti.”, ujar Andrew menjelaskan.

“Pasti sedih Cek. Kita aja sedih banget, apalagi nyokapnya. Gue enggak bisa ngebayangin sedihnya nyokap Bimo saat ini.”, jawab Donny.

“Iya, pasti sedih Kay. Nyokap Bimo mau pindahan minggu ini. Nanti tinggal sama Kak Siti. Soalnya kan udah enggak ada Bimo. Kasihan sendirian kata Kak Siti.”, ujar Andrew.

“Rumah Bimo mau dijual emang Cek?”, tanya Joko terkejut.

“Iya Wa.”, jawab Andrew.

“Mungkin itu emang yang terbaik buat keluarga Bimo.”, ujar Donny.

 

“Mana CD yang tadi lo bilang?”, tanya Donny.

“Sebentar.”, ujar Andrew mengambil CD yang ada di laci meja.

“Nih.”, ujar Andrew memberikan kepada Donny sambil duduk kembali di sebelahnya.

“Mana?”, tanya Edwin menghampiri mereka.

“Ada tulisan BEJAD nya nih.”, ujar Donny.

“Makanya itu, kata Kak Siti itu mungkin buat kita. Soalnya enggak ada pesan apapun yang ditulis Bimo. Dia nemuin ini pas lagi beresin kamar Bimo.”, jawab Andrew.

“Ya udah, buka aja kalau gitu.”, ujar Donny.

“Iya. Makanya gue ngajak kalian lihat bareng. Mungkin ini emang Bimo siapin buat kita.”, jawab Andrew.

“Ya udah, nyalainlah.”, ujar Edwin.

 

Andrew mengambil laptop yang sudah dinyalakan oleh Joko dan menaruhnya di sebelah televisi yang ada di Kamar Andrew. Lalu menyambungkan ke televisi dengan kabel monitor, agar dapat melihat lebih jelas pada layar televisi yang ukurannya jauh lebih besar dibandingkan layar laptop.

Lihat selengkapnya