Dinginnya malam ini terasa lebih menusuk dari biasanya, seakan angin pun menyambut kesedihan kami. Malam yang biasanya tenang dan hangat, malam ini terasa lebih ramai bahkan terlampau ramai untuk berkerumun dimalam hari.
Kehangatan yang biasanya kami rasakan seketika berubah menjadi duka yang sangat mendalam. Yaa, kecelakaan yang terjadi malam ini telah merenggut kebahagiaan dan juga harapan kami. Kecelakaan yang terjadi telah mengambil nyawa kedua orang tua kami. Kecelakaan tragis yang semakin membuat air mata tumpah ruah di rumah ini.
Aku hanya bisa terdiam meringkuk dipojok kamar. Air mata sudah tak mampu keluar lagi, seketika mulut membisu, tak mampu berkata apa-apa lagi. Bukan aku tidak mau melihat jasad kedua orang tuaku untuk yang terakhir kalinya. Tapi sungguh kenyataan ini sangat menyakitkan untuk dipercaya. Sungguh saat ini ingin sekali aku memecahkan kaca didepanku itu. Lihat! Dia tersenyum sinis menatapku, dasar breng**k!!.
Seketika aksiku terhenti saat terdengar suara ketukan kamar beberapa kali oleh seseorang di luar sana. Yaa, dia pasti kakak laki-laki ku Agam. Satu-satunya orang yang aku miliki sekarang. Aku mulai berdiri dan berjalan kearah pintu, ku buka pintu kamar secara perlahan. Aku langsung tertunduk, terdengar tarikan napas berat kakakku. Yaa aku tau dia pun sangat rapuh saat ini. dia mulai menuntunku turun keruang keluarga. Yaa, tentu saja disanalah jasad kedua orang tuaku diletakkan. Ramai orang-orang berpakaian hitam seakan ikut berbela sungkawa. Walaupun kenyataanya entah mereka tertawa dalam hati atau tidak. Hmm manusia memang susah ditebak.