Sejak pagi tadi, Althea hanya terdiam. Terduduk di bangku yang berada di taman kota tersebut. Hanya memakai baju seadanya, tidak seperti biasanya yang serba mewah. Kali ini Althea hanya mengenakan baju kaos tidurnya. Althea tidak sempat mengganti bajunya sejak diusir oleh paman, dia langsung berlari keluar tanpa membawa perlengkapannya yang tersisa dari kebakaran rumahnya beberapa hari lalu.
“Hah... aku harus bagaimana sekarang..??” Ucap Althea menghela napas panjang.
Kenapa aku seperti ini?? Bisa bisanya aku bersumpah seperti itu. Bisanya aku percaya diri begitu. Ya Allah, ku mohon... berikanlah aku petunjukmu.. berikanlah aku pencerahan, jalan keluar dari semua masalah ini...
°°°
Hari semakin terang, matahari semakin terik, memancarkan cahaya panas yang menusuk kulit putih Althea. Kulitnya akan berubah kecoklatan jika dia tetap terduduk di bangku itu.
Sementara itu, di kediaman de Hazelt, Paman juga terduduk di ruangannya. Termenung, memikirkan kejadian yang terjadi tadi. Seolah tidak percaya semua hal tadi, paman hanya bisa tersenyum, tertawa sendiri. Memikirkan bahwa semua permasalahannya terselesaikan.
‘Kruyukk..’ suara lapar tersebut keluar dari perut Althea.
Memegang perutnya, mencoba untuk menahan lapar. Althea memeriksa saku celana, berharap ada beberapa lembar uang disana. Namun hasilnya nihil. Dia tidak membawa sepeser uang pun, hanya smartphone saja yang di genggamnya.
“Hah... betapa bodohnya aku... kenapa aku menjadi bodoh dan berharap seperti ini?? Padahal aku ingat betul tidak pernah meletakkan uang di saku celana... huft..” Ucap Althea dengan nada malas.
Aku tidak bisa terus terdiam disini. Jika ingin sukses, aku harus mulai bertindak, menerima kenyataan pahit ini, dan mencoba lari dari masa lalu. Jangan sampai ingatan masa lalu menghancurkan pikiranku, mengganggu konsentrasiku...
“Baiklah!! Halo untuk dunia yang baru ini!! Althea siap mengguncang dunia dengan kehadirannya..!!” Ucap Althea dengan lantang, meyakinkan dirinya sendiri.
“Ha ha ha... aku pasti bisaa.. hahaha...” Tawa Althea meyakinkan dirinya lagi.
“Hah.. orang gila ya??” Ucap seorang laki-laki di bangku seberang.
“Eh?? A... apa?? Apa maksudmu gila hah??” Tanya Althea dengan heran, tidak percaya dengan ucapan orang itu.
“Iya, kau gila. Tertawa sendiri seperti itu... Mengguncang dunia apanya?? Hah.. hayalanmu terlalu tinggi...” ucap lelaki itu dengan nada mengejek.
“Kau mengejek ya?? Hah... emangnya kau siapa berani mengejekku seperti itu??” Tanya Althea lagi memastikan status orang yang menghinanya barusan.
“Eh, aku.. siapa ya?? Aku tidak tahu.. apakah kau tahu siapa aku??” Tanya balik orang itu.
“Hah?? Maksudmu?? Kamu main-main ya dengan ku..” ucap Althea dengan nada meninggi sambil menghampiri laki-laki itu.
“Tunggu... tenang dulu girl... aku hanya bercanda.. just kidding..”
“Huft... bercanda apanya... Just kidding.. huft!! Aku kesal tahu!! Sejak pagi aku sudah kesal, jadi jangan buat aku tambah kesal..” ucap Althea dengan sangat kesal.
“Hei... tenang dong.. jangan nge gas seperti itu... kita harus santui...” Ucap lelaki itu dengan santainya.
“Enak ya.. jadi dirimu.. bisa hidup tenang, santai, dan mengejek orang sepuasnya tanpa perlu khawatir perasaan orang lain...” Ucap Althea dengan mulut bergetar, sekali lagi menahan air mata agar tidak jatuh.
“Eh..??”
“Kau tahu? Aku juga ingin sepertimu... tidak, aku rindu menjadi orang sepertimu.. menjadi seseorang yang santai, tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Apa lagi hari esok.” ucap Althea kali ini dengan tangisan yang tidak dapat ditahannya.