Hening - Kebisingan Penuh Warna

fotta
Chapter #9

Bab 5 - Kereta dan Insiden Pertama (Bagian II)

Sekejap, dunia yang semula teredam kembali meledak dalam gelombang kebisingan yang brutal.

Dada Kavin terasa diremas. 

Rasa sesaknya menjalar hingga ke tenggorokan.

Seorang gadis berdiri di depannya, wajahnya tampak panik. Rambut panjangnya tergerai, sedikit berantakan saat ia buru-buru membungkuk, meraih sesuatu dari lantai.

"Maaf! Aku nggak sengaja—"

Namun, Kavin tak menangkap lanjutan ucapannya. Dunia di sekelilingnya terasa penuh. Suara-suara yang biasanya teredam telah menyerbu tanpa ampun. Ia kehilangan perisainya. 

Udara di dalam gerbong mendadak berat, seolah tersedot habis, menyisakan sesak yang mencekiknya dari dalam. Semua suara masih terus menghantamnya tanpa henti—pengumuman yang menggema di speaker, derit roda besi menggesek rel, tangisan anak kecil , dan percakapan yang saling bertumpuk, menjadi riuh yang tak beraturan.

Terlalu nyaring.

Terlalu dekat.

Terlalu menusuk.

Kepalanya berdenyut hebat. Ia menunduk, jemarinya refleks terangkat ke telinganya, mencari-cari sesuatu yang selama ini selalu melindunginya.

Hilang.

Napasnya memburu, tak beraturan. Dadanya naik-turun dengan ritme yang terlalu cepat. Tubuhnya terasa kaku, tetapi di saat yang sama, jantungnya berdebar kencang, seolah hendak meledak.

Tidak. Jangan sekarang. erangnya dalam hati. 

Bayangan kelam menyelinap masuk di antara kekacauannya. 

Teriakan. 

Gemuruh yang semakin mendekat.

Gema suara orang-orang yang berteriak panik.

Kereta.

Lihat selengkapnya