"HERA!!"
Remi meremat kedua bahu cowok yang berdiri tepat di hadapannya. Wajahnya...sangat mirip dengan Hera. Sangat. Apa benar laki-laki? Tapi...
"Kamu masih hi--"
"REMI!"
Remi sontak menoleh ke belakang. Ia tersenyum cerah melihat Ulsa yang berlari ke arah nya.
"Ulsa! Hera disini! Hera--"
Begitu Remi berbalik. Cowok itu sudah tidak ada.
"Lo ngomongin apa sih mi? Nggak ada siapa-siapa disini" Ulsa melirik ke arah Remi memandang kosong.
"Ta-tapi, tadi Hera, disini--"
"Remi sadar!"
Ulsa menarik lengan Remi hingga Remi menatap lurus ke dalam mata Ulsa. "Hera udah meninggal!" tegas Ulsa. Remi menatap sahabatnya itu sedikit tidak suka, karena Ulsa menekankan kata 'meninggal' di kalimatnya. Memang kenyataannya iya, tapi untuk Remi yang baru saja melihat Hera barusan secara nyata, rasanya Remi tidak terima.
"Ulsa..!"
"Udah ah, ayo! Nanti telat ikut upacara!" Ulsa langsung menarik tangan Remi memasuki gerbang sekolah. Remi sempat melirik tempat ia bertemu dengan Hera tadi. Setitik harapannya, Hera kembali lagi muncul. Tapi sayangnya tidak.
***
"Remi mending kamu taruh tongkat kendo kamu di sebelah sana"
Ulsa menyenggol bahu Remi. Lagi-lagi cowok itu melamun. Baru saja keduanya melipir ke pinggir lapangan ketika suara seorang cowok menahan langkah mereka.
"Remi!"
"Oh, hai Nero!"
Ulsa memutar bola matanya malas. Nero melihatnya dan ia juga masa bodoh dengan hal itu.
"Lo udah lihat lo masuk kelas mana?" Nero bertanya lalu melanjutkan "gue kelas IPS1". "Yah, kita beda kelas" Remi cemberut, ia malas sekali harus berkenalan lagi dengan teman baru. "Aku kelas IPS3" ujar Remi. "Anyway, gue juga kelas IPS3" timpal Ulsa yang dibalas lirikan malas dari Nero "nggak ada yang nanya" "halah jealous kan lo" sahut Ulsa. Di tengah-tengah perdebatan itu, Remi memandang ke sekeliling lapangan. Ada banyak kelas. Apa dia ada di salah satu kerumunan itu? Remi menahan sesak begitu memikirkan Hera tidak akan muncul lagi di hadapannya.
Begitu upacara selesai, murid-murid langsung berjalan menuju kelas masing-masing. Setelah berpisah dengan Nero, Remi dan Ulsa memasuki kelas mereka dan memilih tempat duduk yang masih kosong. Remi sedikit takjub pada Nero. Baru beberapa menit upacara selesai, banyak orang-orang yang berlomba-lomba ingin berkenalan dengan Nero. Omong-omong Nero berangkat ke sekolah dengan penampilannya sebagai cewek. Dan sepertinya semua orang sudah mengetahui tentang Nero yang seorang cross dresser.
Remi yang duduk di barisan bangku belakang memandang ke sekeliling. Ulsa yang duduk dua bangku dari kursi Remi juga sedang asik mengobrol dengan teman-teman baru.
"Hei lo anak klub kendo juga ya?"
Remi mendongak menatap seorang cowok yang duduk di depannya. Remi tersenyum cerah "lo juga?". Cowok itu mengangguk "gue inget, lihat wajah lo di kertas pendaftaran tadi, by the way, nama gue Aiden"
"Gue Remi" tangan Remi terulur membalas jabatan tangan Aiden "salam ken--"
BRAK!
Tautan tangan Juno dan Remi terlepas begitu pintu kelas menjeblak terbuka dengan keras. Seorang guru lelaki berambut sedikit panjang blonde itu masuk dengan wajah galaknya.
"Starting today, I'm your homeroom teacher, Danny Johnson, call me sir Danny, it's pleased to see you guys!"
Remi meneguk ludah, gugup. Bisa-bisanya ia masuk ke kelas yang wali kelasnya adalah bule. Remi payah sekali berbahasa inggris.
"Alright! Starting from you there! Introduce yourself!"
Remi terlonjak dan melirik orang yang duduk di samping kirinya, kursi paling pojok. Cowok, dan bisa-bisanya dia tidur! Remi nyengir melihat ekspresi galak sang guru dengan terburu-buru ia mengguncang-guncang bahu cowok yang sedang tidur itu.
"Hey, bangun, gurunya minta lo perkenalan diri!"
Sedetik kemudian cowok itu mengangkat wajahnya dan bertatapan dengan Remi.
Hera?! Remi memekik senang dalam hati. Bahkan Ulsa pun sama terkejutnya, bagaimana bisa, pikirnya.