Hero or Zero

Aylanna N. Arcelia
Chapter #4

Tahap Penyelidikan

Pagi ini, Raiden sengaja bolos mata kuliah di jam pertamanya. Ia menanti hingga keadaan rumah hanya ada dirinya seorang. Sejak pagi sekali, Ibu sudah pamit pergi ke pasar, dan pemuda asing itu juga baru saja pergi ke luar entah kemana. Raiden mengecek ke jendela depan, memastikan masih belum ada yang akan pulang, agar nanti ia bisa lebih leluasa menyelidiki tentang siapa sebenarnya pemuda yang mengaku sebagai Egan itu.

Ia harus bisa menemukan identitas asli atau hal lainnya yang bisa lebih membuktikan kalau pemuda itu memang bukan Egan adik kandungnya. Penipu itu harus segera diusir dari rumah ini dengan alasan dan fakta yang kuat, sebelum Ibu jadi semakin simpati dan menyayanginya seperti layaknya anak sendiri.

Di dalam kamar dan tasnya pastilah banyak tersimpan bukti atau beberapa dokumen penting yang bisa lebih menguatkan kalau pemuda itu tak lebih dari seorang penipu yang sekedar ingin numpang tinggal, makan gratis, atau mungkin akan menguras semua uang dan harta berharga keluarganya.

Saat merasa situasi rumahnya telah benar-benar aman, Raiden bergegas menuju ke kamar Egan di lantai atas. Tapi, sungguh di luar dugaannya, saat menarik gagang pintu kamar Egan, ternyata kamar itu terkunci? Raiden kembali mencoba menarik gagang pintu beberapa kali, lalu mendorong dan berusaha mendobarak pintu tersebut. Dan hasilnya, kamar itu memang benar terkunci.

Pemuda itu kenapa selalu menutupi pintu kamar dan tak membiarkan seorang pun bisa masuk? Bahkan saat pergi seperti sekarang ini pun, ia sengaja mengunci pintu kamarnya. Seperangkat kunci rumah lengkap, memang telah diberikan Ibu kepada pemuda itu kemarin, tapi apa perlu mengunci kamarnya begini? Seolah ada banyak rahasia kelam yang tersimpan di dalamnya.

Sewaktu Egan dulu masih menghuni kamarnya, sepertinya tak pernah mengunci pintu kamarnya, hanya menutup dari dalam saja. Kamar yang biasanya dibiarkan terbuka lebar sewaktu penghuninya telah lama menghilang, kini terkunci rapat. Dan sekarang, mendadak seperti ruangan terlarang yang tak bisa sembarangan dimasuki seorang pun. Apa ada sesuatu yang begitu disembunyikan? Apa pemuda itu begitu ketakutan kalau kebusukan dan tipu muslihatnya bisa segera terbongkar dan akan terusir dari rumah ini?

Prasangka Raiden semakin buruk terhadap Egan palsu itu. Ia bernisiatif untuk pergi ke gudang belakang, siapa tahu menemukan kunci cadangan atau alat yang bisa membuka kamar ini. Dengan tergesa -gesa Raiden mengobrak abrik ke dalam isi gudang, terus mencari kesana kemari dan mengamati lebih teliti lagi barang-barang yang terletak di gudang. Seiring berlomba dengan waktu, ia semakin gelisah dan cemas kalau Ibunya atau pemuda itu akan segera pulang, tetapi ia tak kunjung menemukan sesuatu yang bisa membantunya membuka kamar itu.

Tok... tok... tok…

Suara ketukan pintu samar-samar terdengar di telinga Raiden, namun ia tak menghiraukannya. Mungkin hanya orang iseng atau tamu asing? Lagipula, untuk apa Ibu atau pemuda itu mengetuk pintu rumah yang mereka sendiri telah memiliki kuncinya?

Ting... Tong... Ting... Tong…

Kemudian bel rumah berbunyi terus beberapa kali. Raiden ingin tak peduli, tapi ia terus merasa terganggu dengan bunyi ketukan dan suara bel tersebut yang semakin berisik dan terus mengganggu konsentrasinya. Dengan emosi dan kesal, Raiden segera menuju ke arah depan rumah. Dan saat pintu di buka…

“Kelly?” tanya Raiden tak percaya.

Kenapa dia harus datang di saat tak diperlukan?

Dengan wajah yang sengaja dipasang cemberut, Kelly langsung menyelonong masuk. “Kamu kenapa lama membalas pesanku, mengapa tak mengangkat telponku tadi pagi? Kenapa juga tadi malam, kita telponannya lebih sebentar dari biasanya? Kenapa tadi tak beri kabar kalau tak datang kuliah? Mau bolos lagi dan lagi?”

Raiden mencoba meraih pergelangan tangan kekasihnya. “Tenang dulu Kel, Dengarkan dulu alasan.”

“Kamu kenapa sih?” potong Kelly sebal sambil mengelak uluran tangan Raiden. “Kamu sudah mulai berubah ya sekarang! Seketika jadi lebih cuek dan menghilang begitu saja tanpa kabar.”

“Bukan begitu maksudnya. Tapi... ”

“Sudahlah. Kalau kamu masih perhatian. Sekarang coba lihat, ada yang berubah gak dari penampilanku?” Kemudian Kelly berputar ke kiri dan kanan, depan dan belakang agar Raiden bisa memandang penampilannya secara keseluruhan.

Raiden mengamati penampilan Kelly yang dirasa masih sama saja seperti biasa. Selalu sederhana dan tampak agak lusuh untuk standar anak orang kaya. Sebagai putri keluarga kaya raya, kekasihnya terkesan kurang peduli dengan penampilan. Tapi kalau berkata jujur, pasti akan semakin ribet dan panjang lagi urusannya. “Sepatu baru atau tas baru?” tebaknya secara asal.

“Bukan!”

“Hhhmmm, bajunya baru dibeli ya?”

Lihat selengkapnya