Hero or Zero

Aylanna N. Arcelia
Chapter #5

Sebuah Identitas

Dari hari ke hari, Raiden sudah semakin muak dengan sikap sok akrab dan berlagak paling baik dari pemuda asing itu. Sepertinya dari waktu ke waktu sikapnya selalu ingin mencari perhatian Ibu untuk lebih melancarkan apa pun tujuannya nanti.

Belakangan ini dia mendadak jadi rajin membantu Ibu untuk mengurusi berbagai pekerjaan rumah tangga. Dari menemani Ibu ke pasar, membersihkan rumah, menyiram tanaman, dan bahkan sampai menolong Ibu memasak di dapur. Aneh dan ajaib sekali. Dia itu sebenarnya penipu atau pembantu baru? Apa sebegitu keras usahanya untuk mendapat simpati Ibu demi misi dan tujuan liciknya?

  “Apa ada pakaian kotor yang mau dicuci, Kak?” Suara dari depan pintu mengagetkan Raiden dari lamunannya. Dengan wajah yang dipasang sok paling ramah, Egan menghampirinya. “Kalau ada pakaian Kakak yang kotor, biar ku bantu cuci sekarang. Nanti sekalian akan ku setrika dan diletakkan kembali di lemari dengan rapi.”

 Rasanya Raiden ingin menonjok wajah yang dipasang sok paling manis penuh kepalsuan itu. Apa dia pikir dengan hanya menolongnya mencuci dan menyetrika pakaian, segala kecurigaannya akan runtuh begitu saja?

Ibu mungkin akan mudah terharu dan tersipu dengan segala kebaikan absurd yang ditawarkannya. Tapi, tentu saja tak berlaku untuk dirinya. Ia tak akan pernah mudah tertipu dan tergoyahkan dengan segala tipu muslihat dan strategi terselubung seorang penipu. Dan sekarang dia berani memanggilnya dengan sebutan Kakak?

   “Ya, tentu saja pakaian kotornya ada di belakang pintu, di sudut meja, dan di bawah kursi itu,” jawab Raiden seraya menunjuk cepat. “Kalau merasa masih belum cukup, mungkin seluruh isi lemari bisa juga sekalian dicuci biar lebih bersih dan tidak ada noda atau benalu yang menempel di sini lagi, hahaha… ” Raiden memaksakan diri untuk tertawa lebar. Setelah sok seperti pembantu baru paling rajin sekomplek perumahan, sekarang dia mendadak berlagak seperti tukang laundry kiloan? 

 “Kakak bisa saja,” jawab Egan seraya menahan senyum. “Maksudnya, aku hanya ingin membantu Kakak yang katanya lagi sakit, kan? Jadi sekalian pengen bantu. Sebagai adik tidak ada salahnya membantu. Kakak tidak keberatan kan?”

 Bla… bla… bla... pergi cepat dari hadapanku penipu licik!

Raiden kembali mengamati letak tahi lalat di atas alis kanan, bekas luka di pipi kiri dekat telinga, dan tanda lahir pada pergelangan tangan pemuda itu dengan penuh selidik. Kenapa sekarang tampak agak berbeda ? Tanda lahir pada bahu kanannya tak bisa diamati karena tertutup kaos panjangnya. Tapi, apa mungkin dia sengaja memalsukan tanda lahir, bekas luka, dan juga tahi lalat tersebut agar bisa dikenali sebagai Egan yang asli?

“Kapan ulang tahunmu?” tanya Raiden penasaran.

“Maksudnya Kak?”

“Biar nanti tidak terlambat mau belikan hadiah untuk adik yang paling rajin, baik hati, dan penolong,” jawab Raiden seraya memaksakan senyumnya dengan wajah menahan kesal.

Egan jadi merasa terharu dengan respon Raiden. Akhirnya ia akan bisa diterima menjadi bagian keluarga ini sepenuhnya jauh lebih cepat dari perkiraannya. “Ulang tahunku 22 November, Kak. Tak terasa bulan depan aku akan genap berusia 20 tahun.”

Itu memang umur yang sama dengan adik kandungnya tahun ini. Mungkin, penipu ini memang sudah tahu banyak hal dengan data Egan yang asli atau memang kebetulan mereka punya banyak kemiripan?

Lihat selengkapnya