Egan pulang dengan hati yang berbunga-bunga. Wajahnya berseri-seri penuh kebahagiaan. Ia baru saja mengalami hal terindah dan teromantis dalam hidupnya, karena berkesempatan makan malam bersama perempuan cantik dan termanis yang pernah dijumpai sepanjang hidupnya.
Saat memandang wajah cantik Elvia, dan senyumnya yang menawan membuat Egan tak bisa berhenti memikirkannya. Segala hal yang dibicarakan Elvia terdengar begitu merdu. Tak menyangka jika perintah Kak Raiden untuk segera menemui dan mengantar pulang seorang perempuan di restoran bisa membuatnya dirasuki kebahagiaan yang teramat sangat.
Waktu yang dihabiskan bersama Elvia selama makan malam tadi membuat perasaanya kini jadi campur aduk. Semuanya terasa amat indah. Apalagi tadi sempat untuk bertukar nomor ponsel dan alamat email. Serba sempurna, dan itu berarti ia akan bisa terus berkomunikasi dan berjumpa lagi dengan Elvia yang cantik jelita.
Tak jadi masalah harus mengeluarkan sekian banyak uang untuk membayar banyak sekali makanan yang telah dipesan sekaligus dibungkusnya pulang. Egan juga bingung dengan dirinya sendiri. Tak pernah sekalipun merasakan hal seperti ini sebelumnya. Kenapa wajahnya terus bersemu merah dan tak hentinya tersenyum sejak makan malam tadi? Apa benar ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan dan pertemuan pertama?
Egan tidak tahu tahu pasti bagaimana perasaannya. Selama hidupnya lebih sering disibukkan dengan belajar dan belajar. Banyak waktunya selalu dihabiskan untuk belajar. Segala hal dalam hidupnya hanya lebih dekat dan selalu dikelilingi dengan banyak buku, dan harus les atau kursus ini dan itu agar nilai dan prestasinya bisa terus lebih baik. Ia selalu dituntut untuk menjadi juara pertama. Tak boleh ada sedikitpun penurunan nilai dari setiap mata pelajarannya.
Setiap ulangan, setiap ujian, dan setiap semester di setiap tahunnya, ia harus mengejar target prestasi yang ditentukan dan diinginkan Mamanya. Tapi, khusus malam ini adalah sesuatu yang baru dan beda dirasakannya. Bisa dekat dan makan bersama perempuan cantik adalah sesuatu yang paling istimewa dirasakan sepanjang hidupnya.
Dibalik segala perasaannya yang bergejolak dan terus diliputi kebahagiaan. Ada banyak hal yang mengganjal dipikiran Egan. Siapa sebenarnya Elvia Putri itu? Kenapa Kak Raiden bisa meninggalkan perempuan secantik itu sendirian di restoran? Dan kenapa juga tadi Elvia ingin mengajaknya bekerjasama agar tahu segala hal, asal usul, latar belakang, seluk beluk kehidupan, dan jadwal keseharian Kak Raiden? Jadi mereka tidak saling mengenal dengan baik? atau sebenarnya masih dalam masa pengenalan satu sama lain?
Memang masih sangat membingungkan. Tadi, rasanya ingin sekali bertanya banyak hal pada Elvia, tetapi entah kenapa setelah saling berkenalan. Dirinya jadi terdiam seribu bahasa sekaligus gugup saat berhadapan dengan seorang Elvia. Detak jantungnya seperti lari marathon saat kedua matanya berpapasan langsung dengan mata bulat Elvia yang bercahaya indah.
Sepanjang makan malam tadi, ia terus terpesona dan merasa takjub dengan kecantikan dan segala pesona yang dimiliki Elvia, dan hanya bisa mengangguk dan menggeleng seperlunya saat Elvia melontarkan berbagai pertanyaan.
Egan hanya terlalu sibuk dan lebih fokus memadang wajah cantik itu yang terus bicara tanpa henti sambil makan dengan lahap, dan bahkan ia sendiri lupa tadi sebenarnya sudah makan dan minum apa saja sehingga perutnya mendadak jadi mulas dan melilit begini.
Saat bergegas ke toilet, Egan melihat Raiden baru saja pulang dengan wajah yang tampak penuh kekesalan.
“Baru pulang, Kak?” sapa Egan berbasa-basi.