Jari – jariku menari cepat, mengetik di depan laptopku. Tanganku digerakkan oleh ‘mereka’ untuk membuat cerita ini. Kini tugasku telah selesai. Segera ku simpan naskah dan shutdown laptopku.
“Bagaimana nasib Nadna selanjutnya?” tanyaku.
Rahasia. Dia adalah kunci untuk dunia dimasa depan. Manusia saat ini tentu akan menantikan kehadirannya. Ia adalah sosok perempuan yang akan memimpin dunia ke arah yang lebih baik. Dunia yang adil.
Ucap sosok entitas empat huruf yang menjadi dalang dibalik cerita ini. Aku tidak tahu cara menyebut nama dia dengan benar. Dia bisa menjadi malaikat, atau mungkin lebih dari itu. Dia bisa lebih dari sekedar pelindung manusia di Bhumi disaat Sang Kala terus melaju. Aku hanya mengetik saja, tanpa perlu mengerti makna yang dia katakan.
“Apakah saat ini sudah mencapai Kaliyuga?”
Aku tidak mau membahas soal itu. Itu bukanlah urusanmu. Kenapa kau penasaran sekali dengan hal itu? Biarpun dijelaskan juga, kamu tidak akan paham dengan siklus ini.
“Apa para pejuang sudah bangkit? Aku sudah melaksanakan tugasku. Kini terserah aku membuat kisah sendiri, bukan?” tanyaku kembali.
Belum. Mereka masih tertidur. Beberapa dari mereka ada yang sudah tersadarkan, namun belum tahu, tugas apa yang sedang mereka emban. Biarlah waktu yang akan berjalan.
“Kalau sampai pada waktunya, mereka belum terbangkitkan? Apa rencanamu?”
Mungkin kalimat ini terdengar tidak sopan bila diucapkan kepada entitas disampingku. Tapi seperti itulah aku. Semua adalah sama bagiku, tak terkecuali entitas ini. Tunggu, dia juga termasuk entitas bukan? Karena dalam Bahasa Indonesia, aku tidak menemukan kata yang cocok untuk entitas disampingku.
Bisa jadi dia yang mencintaiku akan menyebarkan aroma kegelapan di Bumi. Rasa cemburu telah merasukinya. Padahal sebelumnya dia sangat patuh.
“Kamu juga aneh, sih. Untuk apa melakukan keisengan seperti itu? Tentu dia tidak suka kalau kodratnya diposisikan lebih bawah, dengan yang seharusnya selevel dengan dia.”
Aku tidak bisa membiarkan hal itu. Aku akan mengirimkan utusan ke Bumi. Dia akan menyebarkan kebaikan di muka Bumi.
“Bagaimana kalau dia juga mengirimkan utusannya. Untuk memutarbalikkan semua itu? Apalagi kalau utusanmu datang lebih dulu daripada utusannya. Tentu dia bisa merevisi utusanmu.”
Terciptalah kekacauan di Bumi. Mereka akan saling berjibaku dengan apa yang mereka percaya. Tapi memang seperti itulah siklus harus berjalan.
Aku masih tidak paham cara pikir entitas ini. Padahal dia sendiri adalah Sang Causa Prima. Seakan kehendak bebas yang diciptakan membuat semua tidak terkendali. Kesalahan fatal. Tidak seharusnya itu diciptakan.
Entah apa yang sedang dipikirkan oleh yang menulis cerita ini. Mungkin dia juga bingung dengan entitas ini. Aku yang separuh manusia yang merupakan interpretasi dari penulis juga merasakannya. Aku juga kebingungan.
“Sama aku juga bingung. Dia sekarang juga ada disebelahku. Aku tidak berani menanyakan hal itu.”
“Lalu bagaimana cerita ini akan berjalan?” tanyaku kepada penulis.
“Aku akan mencoba menghubungi Sang Pembawa Cahaya. Mungkin dia bisa menjelaskan hal ini. Berarti sekarang aku berada diantara mereka.”