Ruangan Zuna kini ditempati oleh Herrscher. Ruangan yang penuh dengan buku – buku kuno yang berserakan di lantai. Buku – buku kuno yang menutupi seluruh permukaan dinding dengan rak – raknya.
Pria berjubah hitam panjang dengan hoodie yang terbuka, membuka pintu ruangan itu.
“Mau kemana kamu?” tanya Nadna.
“Aku hanya mencoba mencari udara segar saja, kok. Tidak akan lama. Ibu disini saja.”
Herrscher melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu dan meninggalkan ruangan.
Sosok Herrscher dari belakang mengingatkan Nadna akan ayahnya dulu. Herrscher. Ia masih belum bisa melupakan Herrscher kekasihnya dulu. Herrscher sangat mirip dengan ayahnya yang sangat pintar. Senyuman terlukis diwajahnya yang sudah mulai keriput, namun masih terlihat seperti berusia 40 tahunan.
“Herrscher sudah tumbuh menjadi sosok yang hebat seperti ayahnya. Tentu kamu bangga sekali padanya,” ucap Yuri pada Nadna.
“Terima kasih, Yuri,” Nadna menyeka air matanya sendiri. Ia masih memikirkan perkataan yang pernah dilontarkan Death
Anak kita akan mati muda. Aku tidak bisa mengubah takdirnya.
Kalimat itulah yang sampai saat ini masih tertanam dipikiran Nadna. Nadna masih belum sehebat Zuna, yang bisa melakukan prekognisi dengan mudah. Ia hanyalah Supra yang masih berkutat pada pembacaan pikiran. Ia kalah berkembang dibandingkan Yuri. Entah apa alasan Zuna pernah memberikan jabatan tersebut pada Nadna. Tidak pernah ada yang tahu alasan itu.
“Yuri, apakah mungkin kalimat yang diucapkan Death itu benar?” tanya Nadna.
“Sebenarnya aku tidak mau mengatakan hal ini. Tapi memang seperti itulah takdir yang kulihat pada Herrscher. Ia akan mengalami nasib seperti ayahnya,” Yuri tertunduk.
Nadna terdiam mendengar jawaban tersebut. Ia tidak rela bila melihat anak satu – satunya harus mendapatkan takdir seperti ayahnya. Kematian yang tragis demi pengorbanan terhadap banyak orang.
“Kini dia berumur 30 tahun. Kalau Herrscher mati tahun ini, ia hanya selisih 2 tahun dengan umur ayahnya,” Nadna termenung dengan kalimatnya sendiri.
“Aku tahu, bahkan dia belum memiliki keturunan. Apakah kamu tidak berencana menikahkan Herrscher dengan Core?” tanya Nadna.
“Aku tidak akan memaksa Herrscher. Biarlah dia memilih jalan hidupnya sendiri.”
“Aku pikir mereka saling mencintai. Lagipula Core juga keliatannya anak yang baik. Aku setuju bila Core bersanding dengan Herrscher. Dia sangat mirip denganmu, Nadna,” Yuri mencetuskan idenya.
“Sudahlah, Yuri. Aku tidak mau memaksa Herrscher untuk menikah. Dia sekarang sangat sibuk sebagai Ketua Aliansi Supra. Apalagi dia sekarang harus berhadapan dengan Liga Antar Negara. Tentu posisinya kini sangat mengerikan. Aku takut bila mereka tiba – tiba akan bertindak macam – macam pada Herrscher.”
“Herrscher adalah orang yang kuat seperti ayahnya. Ia pasti tidak mudah mati. Darah dewa dari ayahnya, ada di dalam diri Herrscher. Kamu tidak perlu kuatir,” Yuri mencoba berpikir positif.
“Darah dewa yang mana maksudmu?” tiba - tiba Nadna menatap Yuri dengan amarah.
“Maaf. Aku lancang mengatakan hal itu,” Yuri meminta maaf.
“Bagiku, Death bukanlah ayah dari Herrscher. Aku tidak akan mengakui Death sebagai ayah dari Herrscher! Sampai kapanpun!” ucap Nadna penuh ketegasan.
---------------------------
Kau yakin ingin menulis ini? Apakah tidak ada rasa sakit dihatimu ketika mendengarnya?
“Tak apa, setidaknya sekarang aku tahu bagaimana kondisi Nadna sekarang. Itu sudah membuatku sedikit lega,” jawabku pada entitas itu.
“Jangan membuat cerita yang hanya akan melukai hatimu. Itu tidak ada gunanya.”