Seperti biasa, Alma mendatangi Gunung Licht melanjutkan penelitiannya. Tiba – tiba ia mendengar gemuruh mendekatinya. Alma mengenali suara gemuruh itu. Derap langkah hewan mamalia berkaki empat. Seekor banteng. Banteng tersebut berlari ke arahnya.
Dewi Ishtar meminta ayahnya memberikan seekor banteng kepadanya. Ia ingin membalaskan rasa sakit hati akibat penolakan Gilgamesh. Tidak pernah sekalipun pria menolak ajakan bercinta Dewi Ishtar. Sang Ayah Dewa Anu menolaknya, karena baginya Gilgamesh adalah pahlawan. Dia sangat berguna bagi Para Dewa. Sang dewi terus saja mendesak ayahnya. Ia berteriak hingga suaranya mencapai bumi. Ia mengancam akan membuka tujuh gerbang diantara Dunia Atas dan Dunia Bawah.
Ancaman itu bisa membuat para orang mati lepas dan mengganggu kehidupan manusia. Tentu ayahnya tidak mau hal itu terjadi. Dengan terpaksa, Dewa Anu memberikan Ishtar seekor banteng. Banteng Surgawi. Banteng itulah yang digunakan Ishtar untuk melawan Gilgamesh.
“Rasakan pembalasanku, Alma! Aku tidak terima penolakanmu untuk menjadi pasanganku!” teriak Core.
“Kamu ini suka cari gara – gara, ya?” ucap Alma. Ia bersiap – siap melawan banteng itu.
Tunggu? Dimana Enkidu?
Tiba – tiba datang pria lain menendang kepala banteng tersebut. Arah lari banteng tersebut berubah arah dan menabrak Yggdrasil. Banteng itu sempoyongan. Banteng tersebut kembali sadar dari pusingnya. Di kepala banteng itu terdapat segitiga putih dan bentuk rajawali di bagian punggungnya. Banteng berwarna gelap dengan benjolan pada lidahnya.
“Apis, hewan yang identik dengan kesuburan. Hewan tanda suatu regenerasi dan pembaruan. Hewan yang memiliki hubungan khusus dengan dewa kelahiran. Kelahirannya mendatangkan sukacita orang Mesir dan mendatangkan duka akan kematiannya.”
Hei, ini banteng bukan lembu, ya.
Bukankah Ishtar juga dewi kesuburan? Lalu apa salahnya?
Aku menepuk kepalaku. Cerita macam apa ini? Penulis sudah merusak ceritaku
Banteng itu kembali menyerang Alma, tapi ia tampak sangat tenang. Alma merasa banteng ini tidak ada apa – apanya dibandingkan Jormungandr. Dari tangannya muncul hologram solid berbentuk palu.
“Kenapa harus palu? Dia bukan Thor!”
Sekali ayunan tangan Alma menghantam kepala Apis dengan palu miliknya. Banteng itu hanya terlihat pusing. Tidak menyia – nyiakan waktu, Alma kembali menghantam kepala banteng itu dengan palunya. Satu, dua, tiga, empat, lima pukulan melayang tepat dikepalanya. Banteng itupun jatuh tersungkur.
“Hai, kau yang barusan menendang kepala banteng ini. Aku tidak butuh bantuanmu. Aku bisa menyelesaikan ini sendiri,” ucap Alma dengan sombongnya.
Pria itupun pergi meninggalkan Alma dan banteng itu. Kini hanya ada Alma dan Core disitu.
“Cuma begini saja ancamanmu?” tantang Alma pada Core. Tanda loser ia tunjukkan kepada Core.
Core ketakutan melihat kekuatan Alma. Ia mundur dan kabur dari lokasi dengan teleport.
“Ah, dasar wanita. Tapi lumayan, bisa untuk makan malam nanti. Hehehe,” Alma tersenyum puas. Dari tangannya keluar hologram solid berbentuk pedang. Ia memotong banteng tersebut. Cukup keras untuk dipotong, tapi Alma tidak menyerah. Kini solid hologram tersebut berbentuk gergaji mesin. Ia dengan mudah memotong banteng tersebut.
Kau gila! Apis kau jadikan makanan?! Keterlaluan! Eh, bukan. Maksudku banteng surga.
Siapa pria barusan yang menolong Alma? Rasanya tokoh itu tidak pernah muncul di ceritaku. Apa itu tokoh buatanmu, Wikutama?
Dia tidak menjawab. Apakah dia adalah tokoh yang diciptakan penulis. Pertarungan ini cepat sekali berakhir. Alma terlalu overpower bila dibandingkan Apis, maksudku Banteng Surga. Apakah makhluk mitologi memang selemah itu?
Gilgamesh berhasil membunuh Banteng Surga. Ia merobek dada banteng tersebut dan mengambil jantungnya. Jantung tersebut untuk selanjutnya akan ia berikan pada Shamash. Dewa matahari, keadilan, moralitas, dan kebenaran. Ia adalah kembaran Inanna, sang Ratu Surga. Ishtar mengutuk Gilgamesh. Ishtar memerintahkan para pelacur dan jalang untuk berduka atas kematian Banteng Surga. Gilgamesh bersuka cita atas kemenangannya melawan Isthar.
Gilgamesh memimpikan sesuatu. Dalam mimpinya, ia bertemu Dewa Anu, Ea, dan Shamash. Mereka mengatakan bahwa salah satu dari Gilgamesh atau Enkidu harus mati demi hukuman karena telah membunuh Banteng Surga. Mereka memilih Enkidu sebagai pihak yang akan mati. Enkidu jatuh sakit dan menggambarkan dunia bawah ketika ia sekarat.
Coret! Bahkan Alma tidak mengenal Enkidu dicerita ini. Kisah ini tidak berlaku. Hapus!