Aku terbangun dari tidurku. Wikutama tidak ada disampingku. Kemana dia? Aku merasa ada seseorang disini? Aku menoleh ke belakang. Ku lihat ada seseorang tidur di depan laptopnya. Siapa dia? Hei! Hei! Bangun! Siapa kamu? Tunggu, di belakangku seperti cermin. Benar, ini sebuah cermin. Ini adalah refleksi dari ruanganku! Apakah aku bermimpi?
Orang itu mulai bergerak, keliatannya dia sudah mulai sadar. Hei, siapa kamu? Sepertinya dia mendengarkanku. Dia sudah bangun. Dia membalikkan badannya dan menatapku. Apa? Dia adalah aku? Siapa kamu?
Aku terbangun dari tidurku. Suara dibelakangku sangat berisik. Aku membalikkan badanku untuk melihat siapa yang membangunkanku. Dengan mata sedikit terbuka, aku menatap orang yang baru saja menyuruhku bangun. Dia sepintas mirip denganku. Mataku kini benar – benar terbuka. What? Who are you? Why do you look like me? Aku bertanya padanya. Siapa orang dibelakangku ini.
Justru aku yang harusnya bertanya padamu, siapa kamu? Kenapa kamu ada disini? Lagipula kenapa ruanganmu seperti refleksi dari ruanganku? Apakah kamu berasal dari dimensi lain?
Aku tidak paham maksud perkataan orang itu. Dimana Azazel? Apa dia pergi begitu saja? Ah, aku ingat! Terakhir dia menyuruhku tidur, lalu penglihatanku tiba – tiba tidak bisa melihat apapun. Hei, ini adalah mimpi! Kamu mengerti maksudku?
Mimpi? Benarkah? Yang terakhir aku ingat, layar laptopku tiba – tiba menghitam dan pandanganku menghilang. Itu saja yang kuingat.
Sama! Aku juga merasakan hal itu. Pandanganku menghilang, itu terakhir yang kuingat. Kenapa wajahmu sangat mirip denganku? Seingatku, aku tidak punya saudara kembar. Siapa kamu?
Aku adalah penulis. Aku menulis cerita Herrscher. Apakah kamu pernah membacanya?
Herrscher? Aku juga menulis cerita itu. Apakah kita sedang menulis cerita yang sama?
Apa maksud dari semua ini? Hei, penulis! Dimana kamu? Coba jelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa entitas ini muncul dibelakangku?
Entitas katamu? Justru kamulah entitas itu. Kamu hanyalah mimpi. Kamu tidak nyata!
Enak saja! Saat ini justru aku sedang bermimpi, maka dari itu aku bisa melihatmu.
Tidak – tidak. Aku nyata, kamulah yang tidak nyata. Aku sedang menulis Herrscher. Sang Pembawa Cahaya membimbingku menulis cerita ini.
Sang Pembawa Cahaya? Kau bertemu dengannya? Aku juga sedang menulis Herrscher. Sang Empat Huruf yang membimbingku. Apa kita memang sedang dipertemukan ketika mereka berdua tidak ada?
Hei, bolehkah aku melihat apa yang kau tulis di laptopmu?
Aku segera menutup layar laptopku. Dia pasti akan macam – macam dengan ceritaku.
Dia menutup laptopnya, apa dia pikir aku akan merusak cerita yang dibuatnya? Hei, aku tidak sejahat itu merusak cerita orang lain. Aku hanya penasaran dengan ceritamu. Apakah ceritamu sama dengan ceritaku. Itu saja, tidak lebih.
Dia menatapku dengan tampang meremehkan. Rencana apa yang sedang ia buat?
NGINGGGG!!!!!
Argh! Suara itu membuat telingaku sakit. Aku melihat dia menutup telinganya. Suara apa ini? Frekuensi tertinggi yang mampu ditangkap indra pendengaran manusia. Terasa sakit di telinga. Siapapun hentikan ini! Ini sangat menyebalkan.
Aku mencari sumber suara tersebut. Ia berasal dari atap ruanganku. Hei, suara itu berasal dari atas. Suara yang mirip ketika antar telepon yang terkoneksi saling berdekatan. Kita harus cepat – cepat berpisah sebelum suara ini memecahkan gendang telinga kita.
Aku mengerti ucapannya, mencoba menutup mata untuk berusaha keluar dari realitas ini. Apakah ini realitas? Bukan, ini adalah mimpi. Ini adalah mimpi kami! Siapapun, bangunkan kami dari tidur. Suara ini makin lama makin masuk kedalam telingaku. Aku merasa otakku pecah.
---------------------------
Kau sudah bangun?