Sanhedrin, ya? Kumpulan yang anggotanya terdiri atas imam senior dan kaum aristokrat, bukan? Dimana orang Farisi ikut serta dalam keanggotaan Sanhedrin pada masa Alexandra Salome. Kenapa aku tidak pernah mendengar kabar mereka lagi?
Sanhedrin telah hilang akibat pemerintah Romawi memberantas mereka, kaum Yahudi yang memberontak. Kehancuran Bait Suci menyertai penghapusan jabatan imam dan Sanhedrin.
Kurasa itu adalah karma yang harus diterima Sanhedrin, karena mereka berperan dalam pengadilan dan penyaliban. Aku mendongakkan kepalaku yang tidak percaya dengan kalimat yang baru saja aku ucapkan. Seenaknya saja aku berbicara tentang karma.
Mereka tidak sepenuhnya hilang. Sanhedrin lokal masih melanjutkan tradisi mereka.
---------------------------
“Aku sudah selesai membersihkannya. Tidak ada lagi benih orang itu ditubuhmu,” ucap Karma yang sibuk membersihkan peralatannya.
Core hanya bisa terkagum melihat isi ruangan itu, penuh dengan teknologi canggih, “Dimana ini?” tanya Core yang masih serius memandangi ruangan itu. Gambar – gambar kuno menghiasi tampilan dinding batu tersebut. Seperti sebuah situs.
“Kau sedang berada di laboratoriumku,” jawab Karma tanpa menoleh pada Core, “Maaf, aku tidak punya baju wanita disini. Kau bisa menggunakan kain itu untuk menutupi tubuhmu,” tangan Karma menunjuk kain putih yang terlipat di sebelah meja tempat Core terbaring.
Core mengambil kain itu untuk menutupi tubuhnya yang penuh keringat. Proses tadi benar – benar menguras energinya, “Apakah disini tidak ada air putih? Aku haus.”
Karma mengambilkan air untuk Core dan segera memberikan air itu, “Ini minumlah!”
Core menerima air itu dan segera meminumnya. Dahaganya seketika menghilang, “Kenapa Alma tidak datang kesini?”
Karma menghentikan pekerjaannya. Ia terdiam sesaat, “Aku tidak yakin kalau Alma bisa selamat dari orang – orang itu. Mungkin saat ini, dia sudah mati,” jawab Karma sambil menunduk.
Core menangis mendengar kalimat dari Karma. Ia tidak pernah berpikir kalau Alma akan mengorbankan dirinya demi menyelamatkannya. Air mata mulai menetes. Karma melihat itu.
“Apakah kau tahu tentang tempat yang tadi kau datangi, Core?” tanya Karma.
“Aku tidak tahu, yang terakhir kuingat adalah aku duduk di taman. Sesuatu seperti jarum menusukku dari belakang, setelah itu aku tidak sadarkan diri,” jawab Core sambil berusaha mengingat kejadian sebelumnya, “Saat aku sadar, mataku sudah tertutup dan aku merasakan ada seseorang yang mempermainkan tubuhku. Aku seperti merasakan nikmat dunia sesungguhnya. Seperti orgasme,” Core menutup mukanya ketika menceritakan hal itu.
“Lalu apa yang kau tahu setelah itu?” Karma mencoba menginterogasi Core.
“Mereka membuka mataku, dan sekilas pandanganku tiba – tiba menghitam. Ketika pandanganku pulih, aku melihat ternyata Alma telah berada diatasku. Aku menikmati permainannya. Sangat nikmat sekali.”
“Saat itu kau sedang dihipnosis, Core. Orang itu bukan Alma. Dia menyamar sebagai Alma untuk membuat dirimu merasakan kenikmatan itu. Kau mencintai Alma, Core. Sepertinya aku harus membuatmu melalui proses awakening,” Karma mendekati Core, ia menyentuh kepalanya.
“Apa yang akan kamu lakukan!” Core memegang tangan Alma yang memegang kepalanya.
“Tenanglah, ini akan terasa sedikit geli,” ucapan terakhir Karma yang didengar oleh Core.