“Bagaimana? Apa kamu sudah menemukan Core?” tanya Yuri.
Herrscher masih duduk sambil berpikir di ruang kerjanya. Ruang kerja yang penuh buku tersebut menambah kesan seriusnya kondisi Herrscher yang berkelana dalam pikirannya. Ia tidak menemukan petunjuk, apalagi Core tidak bisa dihubungi. Herrscher menghela napas panjang.
“Bibi, apakah ada hubungan antara Core dengan kembalinya kesuburan tanah yang beberapa waktu yang lalu tandus? Bukankah Dewi Ishtar adalah dewi kesuburan?”
“Aku tidak tahu, bisa saja hal itu terjadi. Apalagi dia adalah reinkarnasi Dewi Ishtar.”
“Tapi bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bahkan itu tidak ada relevansinya.”
“Percaya tidak percaya, ada sesuatu yang diluar batas logika yang bisa mempengaruhi semesta. Sesuatu yang sulit dijelaskan pada manusia yang memegang skeptisme. Mereka akan selalu meragukan apa yang mereka terima dan selalu mencari kepastian dengan alasan agar mereka tidak mudah ditipu.”
Herrscher paham maksud perkataan Yuri, “Aku tahu itu adalah hal wajar. Mereka menjadi skeptis dikarenakan manusia akan selalu menyimpan tanya pada pikirannya. Entah itu karena keterbatasan pengetahuan yang mereka miliki, atau karena metode kehati – hatian yang berbasis intelektual. Mereka akan selalu mempertimbangkan dan menangguhkan hal tersebut.”
Keterbatasan pengetahuanlah menjadi penyebab hal ini terjadi, Herrscher. Padahal mereka bisa mendapatkan berbagai pengetahuan dari bermacam sumber. Kepercayaan terhadap tradisi, kebiasaan, agama, indra, akal, pikiran, dan bahkan intuisi dapat menjadikan sumber tersebut. Hanya saja rasionalisme membuat beberapa dari mereka melihat hanya berdasarkan akal budi. Terkadang mereka melupakan tentang adanya pengamatan dan pengalaman inderawi yang menjadi pengetahuan empiris. Apalagi pengetahuan yang berhubungan dengan spiritual dimana hal itu jelas sulit untuk dibuktikan secara ilmiah selalu berakhir sebagai pseudosains. Ah, percuma saja aku menjelaskan sepanjang ini. Dia tidak bisa mendengarkanku.
Aku melihat Yuri memandang ke atas. Tunggu, apa dia mendengarkanku?
“Kalau dirimu merasa hal itu ada hubungannya dengan Core. Maka cobalah untuk memahami bagaimana pikiranmu bisa menghasilkan pemikiran itu. Bisa jadi itu adalah petunjuk bagimu untuk menemukan Core,” jawab Yuri dengan nada halus.
“Sepertinya aku harus mempelajari literatur yang berhubungan dengan Dewi Ishtar. Tapi sebelumnya, apa bibi yakin kalau yang bibi lihat adalah sebuah situs?” Herrscher ingin diyakinkan Yuri masalah penglihatannya.
“Aku rasa yang kulihat adalah benar – benar sebuah situs. Dinding di sana terlihat dibuat dari batu yang terukir gambar. Sepertinya itu gambar kuno. Kau tahu sendiri, kalau dunia sana tentu banyak sekali probabilitas. Aku sebenarnya juga tidak yakin dengan hal itu.”
“Bisakah bibi membantuku lagi? Mencari petunjuk dimana Core berada?” pinta Herrscher.
“Baiklah...” Yuri kembali tertidur. Tubuh astralnya kini lepas dari fisiknya. Ia berkelana ke seluruh muka bumi mencari dimana Dewi Ishtar saat ini. Cahaya itu terus melesat bagai kilat.
---------------------------
“Aku tidak menyangka cerita ini akan jadi metode pencerahan. Hahaha.”
Akupun juga tidak menyangka, penulis. Mereka tercerahkan sesuai dengan pemikirannya masing - masing. Sama sepertiku yang mulai tercerahkan akibat permainan ini. Permainan kesadaran antar dimensi yang tidak akan mudah dipahami oleh orang yang membacanya. Tapi memang seperti itulah cerita ini dibuat.
Entah apakah aku sudah mengalami pencerahan akibat mimpi yang aneh. Mimpi dimana aku bertemu dengan diriku ketika aku tertidur. Kejadian itu masih teringat di benakku. Terasa nyata, namun intelektualku menolak hal itu. Setidaknya, untuk saat ini, aku memiliki kesadaran tentang entitas diatasku, Wikutama. Dan entitas yang berada diatasnya lagi, penulis. Kesadaran dua dimensi diatasnya, namun aku tidak bisa menembus dimensimu. Hanya kesadaran saja.
Hanya Yuri yang bisa melakukan ini. Dia mampu menembus dimensi diatasnya. Yuri kini mempunyai peran penting dalam cerita. Ia satu – satunya dari seluruh karakter cerita, yang mampu melakukan astral projection dengan sempurna. Tapi justru Nadna yang kini sepertinya bagaikan cameo. Ia tidak mengalami perkembangan kecuali hanya status mantan Ketua Aliansi Supra. Mungkin karena siklus juga berlaku bagi Nadna. Dahulu ia berperan penting, kemudian akan dilupakan seiring berjalannya waktu, hingga menjadi tokoh pendukung.
Penulis mendengarkan pendapatku tentang cerita yang kutulis. Aku yakin dia paham maksudku, walaupun dia mengangkat bahunya. Dia selalu saja seperti itu, pura – pura tidak tahu.