Herrscher: universum conspiratio

Dark Specialist
Chapter #27

BAB 27 PHOENIX

Beberapa hari telah berlalu, Herrscher dan Alma bertemu kembali di Gunung Licht. Mereka saling bercerita tentang kebuntuan mereka terhadap rahasia gunung tersebut. Berhari – hari mereka memikirkan tentang hal itu, namun tidak menemukan petunjuk. Di dalam Abris Sous Roche, mereka kembali membahas hal ini. Pohon Yggrdrasil, dimana akarnya berada dalam inti gunung tersebut, menjadi latar diskusi mereka.

“Aku punya ide yang cukup tidak masuk akal untuk menemukan petunjuk tentang hal ini”

“Apa idemu itu?” tanya Herrscher pada Alma. Ia benar – benar kehilangan ide saat ini.

“Mungkin kau bisa melakukan meditasi untuk mendapatkan petunjuk. Bukankah orang – orang jaman dahulu melakukan pertapaan untuk mendapatkan wahyu?” jelas Alma.

“Kau lupa sesuatu, Alma. Kita berdua adalah Tech dan bukan Supra. Kita tidak bisa mendapatkan kemampuan untuk mendapatkan ilmu ma’rifat. Semua pemikiran kita berdasarkan logika. Kita mendapatkan suatu ilmu melalui investigasi, analisis, dan refleksi intelektual kita.”

“Aku tahu itu. Aku hanya menganalogikan saja dengan kisah orang jaman dulu yang bermeditasi di goa dan gunung. Lagipula ini adalah sebuah goa di atas gunung, sehingga aku mendapatkan ide seperti itu,” jawab Alma kembali.

“Aku tahu analogimu. Kau menganalogikan goa ini dengan Goa Hira tempat wahyu diturunkan. Aku tidak menyalahkan hal itu apalagi kebijaksanaan kita juga berdasarkan analogi dan analisa. Bahkan keputusan yang kita ambil juga berdasarkan proses hierarki analitik bila kita mendapatkan permasalahan yang kompleks.” Herrscher menerangkan penjelasannya.

Alma dan Herrscher mulai mencoba mencari jawaban melalui petunjuk ghaib karena mereka tidak bisa menemukan petunjuk secara sains. Ya, itulah manusia. Mereka selalu membutuhkan pegangan ketika mereka mengalami suatu kebingungan. Ketika pegangan yang mereka pegang hilang, maka mereka akan mencari pegangan lain. Pegangan tersebut mereka wujudkan dalam bentuk deitas. Ketika deitas yang mereka maksud mati, maka mereka akan mencari alternatif pegangan lainnya. Inilah yang menjadi sumber nihilisme.

Nihilisme, pandangan filosofi dimana keberadaan manusia tidak memiliki tujuan, makna, atau nilai intrinsik. Bahkan dalam pengetahuan, ada yang namanya nihilisme epistemologis. Bentuk skeptisisme yang menganganggap semua pengetahuan yang mereka dapatkan, memiliki status kemungkinan tidak benar. Mereka akan menolak kemungkinan semua pengetahuan karena kurangnya bukti yang membenarkan pengetahuan tersebut.

“Hal itu juga berlaku untuk moral yaitu nihilisme moral, pandangan metaetis yang menyatakan moralitas sebenarnya tidak ada. Tidak ada tindakan yang memiliki nilai lebih baik dari tindakan lain. Itu hanyalah hasil konstruksi pemikiran manusia yang menilai suatu perbuatan dan itu adalah dikotomi dasar.”

Bukankah yang kamu maksud itu adalah relativisme moral? Dimana moral tidak ada yang sepenuhnya benar ataupun sepenuhnya salah, sehingga manusia harus mentolerir perilaku manusia lain karena adanya perbedaan pendapat tentang moralitas. Hal ini juga karena adanya perbedaan kebudayaan. Penilaian tentang ‘baik’, ‘buruk’, ‘benar’, dan ‘salah’ menjadi relatif bergantung pada tradisi dan keyakinan dari individu atau kelompok. Sehingga tidak ada standar moral yang lebih tinggi daripada moral dari suatu budaya, karena tidak mungkin melakukan penilaian moral lintas budaya.

“Karena itulah tercipta universalisme moral, sistem etika yang berlaku secara universal. Tetapi, universalime moral juga tidak semuanya bersifat absolut, karena itu berarti tidak menghargai pluralisme. Hahaha. Sehingga menurut relativisme metaetis, manusia harus menoleransi perilaku manusia lain ketika hal itu bertentangan dengan standar moral mereka. Tapi tetap saja, moral harus bisa menyesuaikan dengan utilitarianisme. Dimana seluruh tindakannya harus membawa kebahagian dan kesejahteraan bagi individu yang terpengaruh.”

“Sepertinya kamu butuh Para Supra untuk membantu hal ini. Bukankah kamu adalah ketua Aliansi Supra?” tanya Alma. Alma kini sudah tahu siapa sebenarnya Herrscher.

Herrscher memikirkan ide Alma, mungkin Yuri bisa membantunya untuk menemukan petunjuk. Apalagi kemampuan Yuri di dunia astral sudah sangat maju dibandingkan ibunya. Sosok Yuri lah yang seharusnya menggantikan posisi Zuna pada cerita ini dengan kemampuannya.

---------------------------

Disebuah Gunung Saria yang memiliki ketinggian 2.814m di atas permukaan laut. Deretan pegunungan yang memiliki tiga puncak yang terpisah namun memiliki tinggi yang hampir sama. Setiap puncaknya, sepanjang tahun meskipun gunung itu memiliki musim dingin dan semi, gunung tersebut menangkap curah hujan milik daerah lain yang sangat kering. Gunung tersebut pernah bergetar pada saat pohon – pohon cedars bertumbangan. Di gunung itulah tempat turunnya pada Watcher, malaikat yang sesat. Para malaikat tersebut mengambil istri dari anak perempuan manusia dan menanggung kutukan atas dosa mereka. Gunung yang terletak di Phoenicia.

Seckinler melakukan penelitiannya tentang Phoenix, simbol sempurna untuk pengetahuan surgawi. Burung surgawi yang bersifat supranatural. Phoenix memiliki kekuasaan yang berasal dari surga. Ia tidak dapat mati, karena kematiannya hanyalah sementara. Apabila Phoenix mati, maka pengetahuan akan menghilang. Phoenix akan lahir kembali dari abunya.

“Kenapa kau tiba – tiba memikirkan phoenix?”

Lihat selengkapnya