Karma berdiri di suatu gunung sambil memandangi langit yang sangat cerah. Seperti tujuan ia diturunkan ke Bumi, memberikan pencerahan pada dunia. Gunung yang menjadi tempat ia melatih kemampuannya untuk mengendalikan diri sendiri sebelum ia bisa mengajarkan orang lain tentang pengendalian diri. Gunung tersebut berbatu – batu dan tidak ada siapapun yang menghuni gunung tersebut. Ia menuruni gunung tersebut menuju sebuah gurun.
Karma telah menuruni gunung tersebut dan disambut belaian angin. Angin sepoi – sepoi berhembus pelan mengurangi teriknya panas matahari di gurun tersebut. Hanya Karma sendiri yang berdiri disitu, tanpa siapapun menemaninya. Yang ia lihat kini hanyalah tebing – tebing curam yang mengelilinginya. Gurun tersebut berdekatan dengan sebuah danau yang merupakan tempat paling rendah di muka Bumi. Danau tersebut berada sekitar 418 meter di bawah muka air laut. Titik terendah di permukaan Bumi.
Karma mengelilingi gurun tersebut sambil bernostalgia ketika ia melakukan puasa selama empat puluh hari dan empat puluh malam. Dimana masa – masa tersebut sangatlah berat baginya yang mengalami pergumulan rohani. Ia harus melalui itu untuk melatih kemampuannya dalam berpikir, berkeinginan, dan berperasaan. Itulah cara agar dapat memahami arti kebenaran, keindahan, dan kebaikan. Tanpa hal itu, manusia akan jatuh pada egoisme, materialisme, dan hedonisme. Tiga hal yang membuat jiwa manusia mengalami korupsi, yaitu keangkuhan hidup, keinginan mata, dan keinginan daging.
Karma melanjutkan perjalanannya menuju sebuah danau dekat gurun tersebut. Danau yang dimana tidak ada bentuk kehidupan yang mampu bertahan di dalam air, karena kandungan garamnya yang sangat tinggi. Material di danau tersebut dipercaya mampu mempercantik kulit dengan cara mengoleskan lumpur tersebut ke tubuh.
Danau yang bernama Lembah Siddim, lembah yang direncanakan menjadi Taman Firdaus. Danau itu terletak di sebelah selatan Gunung Saria, gunung dimana 200 malaikat sesat turun untuk merusak dunia. Gunung yang menjadi tanda para malaikat jatuh mengikatkan diri bersama dengan kutukan. Hingga air bah menyapu peradaban mereka namun masih menyisakan manusia agar masih ada kehidupan di Bumi. Para malaikat itu melihat kehancuran anak – anak mereka.
Para Watcher turun kembali ke gunung tersebut paska bencana air bah dan mereka mengajarkan hal jahat pada orang Sodom dan Gomora. Para malaikat tersebut mengajarkan manusia seni berperang pada pria dan seni memikat pada wanita. Hingga akhirnya para pria menjadi aktif dan agresif untuk saling menaklukkan sesamanya, dan para wanita berusaha menjadi cantik agar menarik secara seksual. Perperangan semacam itu terus berlanjut hingga menjadi perang psikologis. Perang yang tidak kasat mata namun bisa memberikan efek besar pada manusia.
Pencucian otak untuk mendapatkan pengendalian pikiran terus disebarkan. Stress, terror, dan kebosanan menjadi suatu teknik untuk membunuh intuisi dan kreatifitas otak. Berita – berita palsu, kemiskinan, dan perbudakan dibuat seakan – akan adalah sesuatu yang sedang dilawan. Itulah sandiwara hebat yang dilakukan mereka dengan membawa ilusi menuju kemerdekaan. Namun pada akhirnya, manusia diperbudak oleh hasrat materialistis. Konsumerisme mengisi otak mereka hingga ke alam bawah sadar dan menjadikan manusia depresi karenanya.
Inilah dasar dari suatu perang, suatu penyesatan. Terlihat tidak mampu ketika sanggup menyerang, dan terlihat tidak berdaya ketika dalam posisi kuat. Itulah seni perang yang malaikat jatuh ajarkan. Namun pengetahuan mereka masih jauh di atas manusia, sehingga manusia tanpa sadar saling berperang dengan sesamanya. Para malaikat itulah yang menjadi dalangnya.
Penyesatan yang menjadikan terang seakan terlihat buruk dan busuk. Namun itulah terang, dimana keberadaannya akan selalu mendatangkan gelap. Anak – anak Terang akan selalu dibenci oleh lainnya, karena keberadaan mereka selalui diiringi kegelapan di belakangnya. Kegelapan terus mengikuti mereka, dimanapun mereka berada. Inilah perang antara terang dan gelap yang berlangsung bahkan sejak awal dunia diciptakan. Perang yang akan berakhir menjadi Harmagedon, perang akhir jaman dan bencana apokaliptik.
Karma duduk menikmati sepi dan hening di pinggir danau tersebut. Ia menatap langit sambil membayangkan sebuah Kaliyuga, salah satu dari empat jenjang yang merupakan siklus dari Yuga. Masa dimana banyak aturan saling bersaing. Kekerasan, kepalsuan, dan segala yang jahat akan menjadi pemandangan sehari – hari. Hilangnya tabiat baik yang perlahan merosot meninggalkan kesuciannya.Kaliyuga, manifestasi negatif Dewa Wisnu dan penyebab kehancuran.
Hal ini terjadi karena orang tidak terpelajar dan jahat, mereka datang seolah – olah untuk mengajarkan kebenaran. Manusia tua tidak peduli pada yang muda, sehingga yang muda akan melawan yang tua. Manusia berdosa terus bertambah, menutupi kebajikan hingga hilang tak berbekas. Jaman dimana umur manusia semakin pendek. Raga mereka melemah mengikuti mental dan rohaninya. Hingga mereka melampiaskan hal itu pada pergaulannya yang kini menjadi kebutuhan utama.