Scythe tersebut langsung menikam dada Gedrosia yang berada di barisan depan. Tangan Gedrosia tidak mampu menahan scythe milik Alma. Para Sanhedrin lainnya langsung menembaki Alma, namun Alma terlalu cepat bagi mereka. Ia berhasil lolos dari tembakan tersebut dengan mencabut senjata miliknya dari tubuh Gedrosia. Gedrosia mengalami pendarahan hebat, sementara Para Sanhedrin lainnya masih berusaha menembak Alma. Tubuh Gedrosia kejang – kejang menahan sakit dari paru – parunya yang kini berlubang. Matanya mulai kehilangan penglihatan. Hanya kegelapan yang kini dapat ia rasakan mengikuti tubuhnya yang mendingin akibat kekurangan darah. Gedrosia mati dalam keadaan mata terbuka. 11 Sanhedrin mulai pucat.
Lantunan musik Beethoven Virus terus melaju seiiring kucuran darah segar yang membanjiri lantai. Aroma ferrum yang menyengat menjadi parfum bagi pembantaian Para Sanhedrin. Alma menghirup dalam – dalam aroma tersebut, membangkitkan Sang Kematian Semesta dalam dirinya. Keinginan membunuh makin memuncak diiringi dendam kepada mereka.
Herrscher segera berlari menuju kerumunan Sanhedrin yang wajahnya terlihat pucat. Mereka kalang kabut dengan laju Herrscher yang begitu cepat. Kanaan segera memperingatkan lainnya agar waspada terhadap Karma. Yang dikatakan oleh Karma memang benar, karena kini Karma telah berada di belakang Geter. Geter tidak menyadari kehadiran Karma karena terlalu fokus pada Herrscher. Karma menggunakan tangannya yang penuh dengan energi ki untuk meledakkan kepala Geter. Ledakan tersebut menerbangkan isi kepala Geter yang berupa potongan untaian otak beserta darah yang menyertai. Hujan isi kepala berhamburan menambah amisnya darah di area itu. 10 Sanhedrin hanya bisa melihat kematian anggotanya.
Charax terpaku melihat tubuh Geter yang kini tanpa kepala. Darah yang mengalir dari leher Geter membuat kaki Charax bergetar. Ia merasakan kengerian akan kematian yang semakin mendekat. Ia hilang kendali dan segera menembakkan senjatanya ke arah Herrscher secara brutal. Tembakan tersebut membuat Herrscher kelimpungan dan mau tidak mau harus berlari secara acak agar Charax tidak bisa menebak arah lari Herrscher. Posisi Charax yang tidak bergerak mempermudah Herrscher mengarahkan vector dari atas kepala Charax. Vector tersebut menembus kepala Charax hingga menembus anusnya. Posisi Charax kini bagaikan sate yang siap dipanggang. 9 Sanhedrin tersisa diantara banjir darah anggota mereka.
“Hm... tinggal 9 orang lagi ya...” ucap Alma santai sambil memanggul scythe di bahunya.
“Apa yang harus kita lakukan?” tanya Obal pada Kanaan. Wajah Obal pucat pasi ketakutan.
Kanaan tidak bisa menjawab pertanyaan Obal. Mereka yang hanya 9 orang tentu tidak akan bisa melawan Alma, Karma, dan Herrscher, meskipun jumlah mereka lebih banyak. Keringat dingin mengalir di pelipisnya mengikuti tangan yang serasa hipotermia. Ia merasa terjebak dalam situasi yang begitu mencekam. Kabur adalah salah satu jalan, namun kecepatan Karma tentu bisa menghabisi mereka sebelum Para Sanhedrin keluar dari piramid tersebut. Mereka telah ditugaskan untuk menjaga situs tersebut sehingga mereka tidak membawa alat teleport. Tugas yang harus mereka emban hingga akhir hayat. Dan inilah saat yang dimaksud akhir hayat.
Obal yang tidak mendapat jawaban dari Kanaan akhirnya memilih maju untuk melawan ketiga orang tersebut. Apa daya Obal bukan lawan sebanding bagi Karma. Karma tiba - tiba memegang wajah Obal dengan telapak tangannya. Seketika kepala Obal meledak akibat energi Karma. Obal tewas dengan sangat mengenaskan dimana badannya masih berdiri tegak tanpa kepala. Karma membersihkan tangannya yang penuh darah dan mendorong tubuh Obal dengan jarinya. Tergeletaklah tubuh tanpa nyawa itu dilanjutkan aliran darah dari leher Obal. 8 Sanhedrin merasakan ngilu pada leher mereka karena melihat ledakan kepala Obal.
“Obal, kau ceroboh!” teriak Kanaan yang kesal dengan Obal karena maju tanpa rencana.
Herrscher perlahan mendekati Para Sanhedrin yang tersisa. Kanaan segera menyuruh anggotanya menembak Herrscher. Sayang sekali, Herrscher terlalu cepat menghindari tembakan tersebut. Salah satu Sanhedrin kehilangan tangan karena Alma memotongnya ketika dirinya melepaskan tembakan. Misraim berteriak karena menyadari tangannya telah hilang. Ia melihat darah semburat dari ujung tangannya yang buntung. Alma segera menghunuskan ujung scythe ke arah dagu Misraim hingga menembus tengkorak atas Misraim. Alma menarik senjatanya hingga terbelahlah kepala Misraim menjadi dua bagian. Tidak suka melihat hal yang tanggung, Alma segera menebas kepala Misraim hingga darahnya menghujani Para Sanhedrin di dekatnya. Para Sanhedrin segera menjauhi tubuh Misraim. Mereka takut bila tiba – tiba Alma akan mengayunkan senjatanya dan memenggal kepala mereka. 7 Sanhedrin berlari menghindari Alma.
“Kau lengah....” ucap Herrscher pelan ketika melihat salah satu Sanhedrin terkena jebakannya. Vector miliknya berhasil menebas salah satu kaki Sanhedrin itu. Tepat sebelum tubuh Kush jatuh, Herrscher berhasil menusuk perut Kush. Sanhedrin lainnya segera menembak Herrscher yang sedang lengah, namun Herrscher lagi – lagi berhasil menghindari tembakan tersebut dan meninggalkan tubuh Kush. Herrscher kembali disibukkan dengan tembakan dari Para Sanhedrin. Ia kembali berlari secara acak hingga membuat mereka kebingungan.
Alma telah berada di dekat tubuh Kush. Ia melontarkan senyuman pada Kush.
“Selamat, kamu lulus dalam ujian kehidupan. Tiket ke neraka sudah berhasil kau dapatkan. Sekarang terimalah tiket ini.” Alma mencincang tubuh Kush hingga menjadi beberapa bagian. 6 Sanhedrin kini depresi dengan kematian anggota lainnya.