Terdengar suara sangkakala pertama. Bintang – bintang mulai tertarik ke Bumi seiring cahaya yang melengkung mulai melaju mengikuti jalurnya. Banyak meteor menghujani Bumi dan membakar sepertiga pohon – pohon di hutan. Api tersebut juga membakar seluruh rumputan.
Cahaya dari Preah Vihear kembali melesat menuju Prany Mrui dan terus melanjutkan perjalanannya menuju Khajuraho, situs yang merupakan sekelompok candi. Cahaya itu terus menerus melewati berbagai situs kuno, Mohenjo Daro pun juga menjadi lintasan cahaya itu. Kecepatan cahaya itu melintasi Persepolis, situs dengan gaya arsitektur Achaemenid. Suara sangkakala kedua terdengar dari langit, membuat gunung – gunung yang telah lama non aktif menjadi aktif kembali. Gunung – gunung itu seakan siap mengeluarkan letusannya.
Cahaya akhirnya menuju Ur, peradaban kuno Mesopotamia yang menjadi awal cerita ini. Lintasan cahaya melewati langit di atas ziggurat, struktur yang mirip mastaba dengan atasan datar. Cahaya itu terus melaju menuju situs terakhir, Raqmu, dan akhirnya kembali ke Situs Gis. Begitulah cahaya itu membuat suatu lingkaran berdiameter seperempat Bumi. Perulangan laju cahaya terus berlanjut dan semakin cepat sehingga menimbulkan anomali di pusat lingkaran tersebut. Sentakan geomagnetik mengakibatkan medan magnet yang berada di Siberia, perlahan kembali menuju Artik Kanada. Suara sangkakala ketiga terdengar, membawa bintang besar Apsintus yang menyala bagai obor turun ke Bumi. Akibat dari kedatangan bintang tersebut, air yang berada di Bumi menjadi pahit dan tidak dapat diminum.
Gravitasi yang merupakan akibat dari gaya tekan ruang dan waktu, tercipta di pusat lingkaran tersebut. Cahaya tersebut terus melingkar hingga membentuk suatu halo. Lengkungan cahaya telah membawa gravitasi di pusat lingkaran bertambah kuat. Muncul singularity di tengah pusat lingkaran tersebut yang menyerap cahaya tersebut bagaikan blackhole. Seakan ini adalah permodelan terbalik dari lensa gravitasi. Suara sangkakala keempat terdengar, langit yang cerah tiba – tiba menjadi hitam dan gelap.
Kecepatan gelombang yang melebihi kecepatan cahaya tersebut mengakibatkan dilatasi waktu di sekitar lingkaran tersebut, mengarah pada singularitas. Tercipta portal di pusat lingkaran yang menghubungkan Bumi dengan Iapetus. Terdengar bunyi sangkakala kelima dari langit. Datanglah entitas tak kasat mata yang berasal dari Abyssos menuju Bumi melalui portal blackhole yang kini telah menjadi whitehole. Bumi belahan utara mengalami kerusakan hebat akibat muntahan materi portal tersebut. Gravitasi merusak seluruh lingkungan disana. Gempa bumi dan anomali atmosfer menghiasi kejadian tersebut.
Para Supra dengan bantuan dewa – dewi di seluruh dunia bekerja sama bahu membahu melawan entitas dari langit tersebut. Petir dengan intensitas tinggi terus menerus menyambar daratan diiringi hujan yang turun sangat deras. Inilah pertanda Zeus, Indra, Jupiter, Raijin, Thunderbird, Chaac, dan Thor sedang melakukan aksinya melawan para belalang. Petir terlihat menyambar secara acak, namun sebenarnya petir tersebut diarahkan kepada makhluk itu.
Laut di sekitar Benua Afrika dan daerah Timur Tengah bergelombang hebat pertanda Olokun, Yam, dan Nammu sedang bekerja sama menenggelamkan para makhluk tersebut ke dasar lautan. Laut sekitar Eropa Barat pun ikut imbasnya, Bangputys, Morskoi, Nodens, Lir, dan Llyr, ikut serta membantu dewa laut lainnya. Inilah perang laut yang sangat epik.
Laut Utara mengeluarkan hentakan pusaran yang siap melahap apapun diatas permukaannya. Inilah Njord dan Ran yang sedang membentangkan pukatnya menangkap makhluk astral yang jatuh akibat sambaran para dewa petir tersebut. Ahti dan Vellamo membantu penyerangan di Laut Baltik. Laut disekitar Yunani dan Italia mengalami badai hebat, Poseidon dan Neptunus memimpin dewa laut lainnya yang ikut berperang di Laut Mediterrania.
Kini beranjak ke laut di Asia Barat, dimana Aruna, Varuna dan Makara berperan besar di sana. Mereka menghabisi makhluk tersebut dengan sapuan ombak mereka. Tidak lupa Ahurani dan Donbettyr ikut serta membantu mereka. Lautan mereka buat bergejolak hebat membentuk suatu ombak dan tsunami. Para manusia hanya bisa melihat bencana tersebut dalam ketakutannya. Mereka tidak mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi. Para dewa dewi sedang bertarung demi kelangsungan hidup manusia yang tidak bisa menyadari keberadaan mereka.
Di Asia Timur tempat yang mayoritas berupa laut di lingkaran tersebut, Mazu, Tam Kung, Mizuchi, Suijin, Susanoo, Ryujin ikut berperan serta. Watatsumi mengawasi perang tersebut. Repun Kamuy datang untuk membantu mereka. Wangbren dan Ereima menjaga kondisi badai tersebut agar tidak melukai makhluk yang hidup di dalam laut.
Menuju Asia Tenggara dimana area tersebut sedikit terkena imbasnya. Dewi Danu, Dewi Lanjar, dan Gusti Kanjeng Roro Kidul menjaga laut perbatasan mereka dari para belalang yang keluar dari batas lingkaran portal. Mereka menghadang dan membunuh para belalang yang masuk ke wilayah mereka.Tanpa belas kasih semua belalang dilahap oleh ombak.