Herrscher

Dark Specialist
Chapter #3

BAB 3 NADNA

Masih kulihat channel TVY yang terus menayangkan potensi datangnya bencana. Yang kutahu dari kelebihan Para Supra adalah bisa berkomunikasi dengan alam. Mereka selalu memberitakan apa yang akan terjadi di masa mendatang, sehingga kami manusia bisa membuat antisipasi untuk meminimalkan kerusakan yang akan terjadi. Sebagai contoh, apabila akan terjadi gempa atau likuifikasi, Para Tech memiliki waktu untuk mengaktifkan flying mode dari gedung. Tentu flying mode tidak bisa diaktifkan terus menerus karena membutuhkan energi yang cukup besar. Proses mengubah gedung menjadi flying mode tentu tidak bisa instan. Ada tahap – tahap yang harus dilewati. Dengan mengetahui kapan akan terjadinya bencana, memberikan kami waktu untuk mengaktifkan flying mode dan dengan begitu kami bisa mengurangi penggunaan energi

Mereka juga bisa menjelaskan fenomena ganjil yang terjadi di dunia. Misal area mana saja yang boleh dilakukan pembangunan dan area mana yang diijinkan. Tentu manusia sering meminta bantuan Para Supra untuk minta ijin kepada ‘penghuni’ ketika hendak melakukan pembangunan di area sana. Walaupun banyak yang gagal karena ‘mereka’ pun tidak ingin habitatnya diganggu oleh manusia.

Lalu apa mereka tidak bisa bernegosiasi gitu sama alam agar bencana tidak terjadi? Jadi hanya bisa berkomunikasi saja?  aku menggerutu.

Yuri menyadari kalau diriku sedang kesal. Ia bergegas ke dapur mencari gelas dan mengisinya dengan air bening. Ia datang kepadaku sambil membawakan air minum tersebut sambil memasang wajah datar kepadaku. Tidak seperti biasanya.

“Tenanglah Tuanku, kita masih membutuhkan mereka dan mereka juga membutuhkan kita. Dengan kehadiran mereka, Para Tech bisa terbantu untuk membuat rencana antisipasi, kan. Bayangkan bila mereka tidak ada, sudah berapa kali kerusakan yang terjadi akibat bencana alam. Kalian Para Tech tidak bisa berkomunikasi dengan alam, jadi jangan meremehkan kemampuan Para Supra. Bayangkan jika ego Para Supra terlalu tinggi. Jika terjadi sesuatu, seperti bencana alam atau sebagainya, mereka akan menyelamatkan diri sendiri atau golongan mereka. Dan tentu akan ada kematian massal yang didominasi Para Human dan Para Tech. Aku tahu kekesalanmu karena Para Tech yang direpotkan bila terjadi bencana alam. Karena Para Supra dan Para Human tidak bisa mengendalikan teknologi sekarang yang begitu rumit. Tidak semudah Para Tech melakukannya,” kata Yuri sambil memasang wajah datar.

Yuri memang robot yang sangat open minded, cara pikirnya yang tidak kaku seperti robot sering membuatku lupa kalau dia adalah robot. Apalagi fisiknya seperti manusia asli. Berulang kali dia memperbaiki pola pikirku yang keliru tentang Para Supra. Mungkin aku iri dengan kemampuan Para Supra. Andai Yuri adalah manusia mungkin aku akan jatuh cinta padanya. Tapi jatuh cinta pada robot adalah hal yang aneh bagiku. Tidak lazim.

“Baiklah aku terima alasanmu, oke, waktunya tidur, tolong bangunkan aku jam 7 pagi ya,” perintahku pada Yuri.

“Bukankah biasanya Tuanku menggunakan flying alarm untuk membangunkan Tuan?” tanya Yuri keheranan. Wajahnya yang datar masih menatapku.

“Entah sekali – sekali aku ingin dibangunkan olehmu, hehehe, boleh kan?”, aku memasang wajah menyengir. Aku memang susah memasang wajah tersenyum ataupun tertawa. Kalaupun wajahku tertawa, yang ada justru tampak seperti wajah orang meremehkan. Apa aku perlu operasi plastik biar mukaku memancarkan wajah ceria?

“Tentu Tuanku,” jawabnya.

“Hm.... biarpun aku sudah terbiasa mendengarmu memanggilku ‘Tuan’ tapi ditelingaku terasa tidak enak. Lebih baik kau memanggilku nama atau ‘bro’ saja. Kurasa itu akan lebih akrab ditelingaku. Hahaha.”

Aku tertawa saat melontarkan kalimat ini, semoga wajahku tidak tampak seperti orang meremehkan bagi Yuri.

“Ok, Bro!” jawab Yuri dengan wajah datar.

Astaga, kukira dia bakal menjawab sambil tersenyum. Yuri cukup cepat belajar.

“Hei, mana ekspresinya??”

Yuri pun tersenyum kepadaku. Dasar robot, memang harus dipancing dulu baru bereaksi.

Tunggu dulu, Yuri kan sudah canggih, harusnya dia bisa langsung berekspresi. Apakah ada yang rusak dengan ‘program rasa’ yang dia miliki?

‘Program rasa’ adalah program yang ditanamkan ke setiap RPA agar RPA bisa memunculkan ekspresi terhadap situasi kondisi yang terjadi saat itu. Seperti ekspressi sedih, marah, senyum, dan tertawa.

Tampaknya aku harus melihat Yuri diam – diam, karena jangan – jangan dia sedang mengerjaiku. Aku pun pura – pura menuju kamarku. Pintu kamarku tidak kututup sepenuhnya. Kuberi celah sedikit dipintu agar aku bisa mengintip dari celah pintu. Aku curiga pada Yuri.

Kulihat dari sela pintu Yuri tampak bahagia. Wajahnya tersipu malu.

“Akhirnya aku bisa makin dekat dengan Tuanku ^o^. Ternyata Tuanku kalau tertawa lucu juga. Makin cinta deh sama Tuanku. Hihihi,” katanya tersenyum sambil memegang pipinya.

Aku mendengar apa yang dikatakan oleh Yuri.

Ah, ternyata ‘program rasa’ Yuri tidak rusak. Aku pun lanjut menuju kasurku. Aku berbaring diatas kasurku yang empuk. Tapi aku merasa yang aneh.

Aneh...

Aneh...

Aneh...

Aneh...

Benar juga sejak kapan Yuri bisa suka kepadaku? Dia kan RPA, emang RPA ada program cinta?

Sudah sudah, lebih baik aku melanjutkan tidurku daripada aku telat.

“Gutten Nach!” seruku dalam hati.

---------------------------

“Pagi, Bro! Bangun waktu sudah menunjukkan pukul 7!”

Terdengar suara cewek membangunkanku.

Bro? Sejak kapan ada cewek yang manggil aku ‘bro’ pagi – pagi begini?” tanyaku dalam hati

“Bro... bangun! Waktu sudah menunjukkan pukul 7!”

Suara cewek itu terdengar lagi. Kubuka mataku dan kulihat ternyata itu Yuri.

“Sejak kapan kamu manggil aku ‘Bro’?” tanyaku ke Yuri

“Bukannya kemarin malam Tuanku menyuruh Yuri memanggil Tuanku dengan sebutan ‘Bro’?” tanya Yuri heran. Ia menggaruk kepalanya dengan jari.

“Ah iya aku lupa, aku sendiri yang nyuruh, aku sendiri yang lupa,” aku menepuk dahiku karena kepikunanku.

Kring... Vedaaaa ada telepon dari Yudas!

Suara dering dikepalaku kembali berbunyi. Sudah dipastikan ini Yudas

Lihat selengkapnya