Herrscher

Dark Specialist
Chapter #5

BAB 5 CHORT

Burung – burung bersiul menyambut datangnya pagi.

Matahari mulai menampakkan wajahnya.

Awan – awan menutupi silaunya matahari.

Cerahnya hari ini ditandai dengan langit yang memancarkan warna birunya.

Itulah yang ditampilkan oleh monitor wall dan monitor plafondku yang menggambarkan pagi hari. Dan memang ini sudah pagi hari.

Levitate Alarm tidak berbunyi seperti biasanya. Badanku terasa capek sekali, tidak seperti biasanya. Kubuka mataku. Kulihat Yuri tidur disampingku sambil memandangiku tanpa menggunakan busana.

Ah, iya. Kemarin kami menghabiskan malam dengan ‘bermain’.

“Selamat pagi, Tuanku,” ucap Yuri yang masih tidur disampingku. “Apakah Tuan merasa puas?” tanya Yuri dengan wajah berseri.

Wajahku memerah. Aku menutup mukaku. Baru kali ini aku melakukan ‘itu’. Ternyata aku melakukannya dengan Yuri yang selama ini ada disampingku, dan akupun baru tahu kalau dia bisa ‘itu’.

“Terima kasih Yuri” ucapku.

“Aku sayang Tuan!”

Eh, apa yang barusan Yuri katakan.

“Coba ulangi apa yang kamu katakan tadi”

“Aku cinta Tuan!”

“Tidak mungkin, kamu hanya robot. Kamu tidak mungkin bisa merasakan cinta.”

“Aku cinta Tuan! Kenapa Tuan tidak pernah sadar? Selama ini Yuri selalu memendam rasa ini. Karena Tuan selalu menganggap Yuri hanya sebagai robot semata, jadi Yuri tidak berani mengungkapkan.”

Kulihat wajah Yuri merah seperti menahan malu. Ternyata aku tidak paham dengan RPA milikku sendiri. Aku bangun dari tempat tidurku.

“Jangan bilang karena kemarin malam kita habis ‘bermain’ lalu program milikmu error.”

Raut wajah Yuri terlihat sedih. Mungkin kalimatku terlalu keras baginya. Yuri tiba - tiba beranjak dari tempat tidur menuju tempatku berdiri. Dia memegangi pipiku lalu menciumku. Ia melepaskan ciumannya lalu berkata,

“Yuri tidak error Tuan. Ini benar – benar apa yang Yuri rasakan. Yuri cinta Tuan.”

Hatiku berdetak kencang seakan kumerasakan hal yang sama dengan yang dirasakan Yuri. Apakah Yuri benar – benar bisa merasakan cinta? Apa aku juga merasakan hal yang sama? Aku memeluk Yuri. Kurasakan dingin kulitnya yang menempel dengan kulitku. Ya dia memang robot. Robot yang bisa merasakan cinta.

“Aku juga sayang kamu.” Entah setan apa yang merasukiku, sehingga aku mengucapkan kalimat ini.

--------------------------

Ini adalah hari Minggu dimana Levitate Alarm tidak mengeluarkan senandungnya yang membangunkanku. Aku berinisiatif mengajak Yuri keluar untuk pertama kalinya. Selama ini, Yuri selalu berada di rumah sejak aku membelinya. Anggap saja ini pertama kalinya Yuri merasakan kencan. Aku mencoba merias Yuri agar terlihat cantik tapi ternyata dia lebih pintar merias diri daripada yang kubayangkan.

Kami telah tiba di Galaxy Mall, mall terbesar di kota kami. Segala hiburan yang kamu ingikan ada ditempat ini. Mulai dari hiburan abad ke- 18 seperti bianglala hingga yang permainan modern seperti Laser Gun

Di kota kami, mall hanyalah tempat bersenang – senang, bukan tempat membeli barang, karena semua pembelian dilakukan secara online. Barang yang terpajang di outlet mall hanyalah untuk pajangan. Semua barang yang ingin dibeli akan langsung dikirim kerumah dengan cukup menyebut lokasi rumah dan memberi Single Use Password (SUP) kepada penjual. Akses masuk kerumah akan dibuka ketika penjual memasukkan SUP dan barang dikirim via teleport. Selesai barang dikirim maka password tidak akan bisa dipakai lagi. Cukup cepat dan aman untuk proses pembelian barang. Tidak ada lagi orang – orang yang jalan ke mall sambil membawa barang belanjaannya, sekaligus mengurangi resiko kehilangan barang.

Orang – orang tidak ada yang menyadari kalau Yuri adalah RPA karena tampilannya menyerupai manusia asli. Wajah Yuri tampak ceria hari ini, entah karena ini pertama kalinya ia keluar dari rumah atau karena diajak kencan olehku. Kuajak dia menuju food court. Aku menyuruh Yuri menempati salah satu tempat duduk agar tidak perlu susah mencari tempat duduk lagi ketika aku selesai memesan makanan. Karena food court ini cukup ramai pengunjung. Ditambah hari ini adalah Minggu.

“Tunggulah disini, aku mau pesan makanan disana,” kataku.

“Biar Yuri saja, Tuan,” Yuri melarangku.

“Tak apa. Sekali – sekali biar aku yang melayanimu. Oya, jangan memanggilku dengan ‘Tuan’ disini, karena bila ada yang mendengar, mereka akan berpikir kamu adalah pembantuku.”

“Tapi Yuri memang pelayan Tuan.”

“Panggil aku dengan nama Veda saja, kamu tunggu disini!” tegasku.

“Baiklah.... Veda.”

“Bagus!”

Aku menuju salah satu tenant dan aku memilih menu nasi goreng rendang, makanan yang biasa ia sediakan untuk makan siangku dikantor. Usai pesananku selesai aku segera membawa pesananku menuju tempat Yuri berada.

“Nasi goreng rendang?” tanya Yuri, “Lebih baik biar Yuri saja yang memasak untuk Tua..”

“Eits... apa yang kukatakan tadi?” aku mengangkat telunjukku.

“Maaf Veda...” Yuri menunduk.

Lihat selengkapnya