Di waktu yang sama ketika Veda baru bangun dari tidurnya, namun di lokasi yang beda. Yudas hendak datang menemui Clove. Yudas berpikir untuk tidak menghubungi Veda hari itu. Ada hal lebih penting yang harus ia selesaikan dan ia tidak mau Veda mengganggu waktunya. Ya, Yudas memang tidak masuk kerja hari ini. Ia mengambil jatah cuti.
Yudas menghubungi Clove.
------------------------
Kringg--- Clove ada panggilan dari Yudas loh... Suara telepon milik Clove berbunyi dikepalanya.
“Ya, halo...” Clove menerima panggilan Yudas.
“Kamu ada waktu hari ini? Aku ingin berbicara denganmu”
“Hari ini?” tanya Clove heran.
“Ya hari ini. Aku segera kerumahmu”
“Baiklah”
--------------------------
ZAPPP
Suasana masih pagi. Yudas sudah tiba dirumah Clove. Rumah Clove sama seperti rumah Veda, hanya saja lebih banyak tanaman di halaman rumahnya. Suasana tampak lebih segar dengan adanya warna hijau dari daun – daun tanaman yang mengisi halaman. Warna krem dan putih bertekstur batu mewarnai dinding rumahnya. Clove hanya tinggal sendirian bersama anjing robot kesayangannya. Anjing robot berwujud puddle.
Yudas memasuki halaman rumah Clove. Ia mencari dimana pintu rumah tersebut. Yudas menoleh ke kanan dan kiri. Matanya menelusuri setiap sudut facade dan halaman rumah Clove. Dinding berwarna senada yang menyamarkan keberadaan pintu tersebut tiba – tiba terbuka. Muncul sosok Clove yang masih memakai baju daster dibalik pintu tersebut. Clove menyuruhnya masuk ke dalam rumahnya.
“Masuklah!”ajak Clove.
Yudas masuk ke dalam rumah Cloves. Clove lebih dulu melangkah ke dalam. Ia menuju ke dapur untuk mengambilkan minuman untuk Yudas.
Beberapa langkah masuk dari pintu Yudas mengatakan sesuatu pada Clove.
“Maafkan ucapanku kemarin. Tidak seharusnya aku berkata seperti itu kepadamu. Aku minta maaf.”
Clove menghentikan langkahnya. Clove termenung.
“Tak apa, yang kamu katakan memang benar. Para Human memang terlalu bergantung pada kalian. Bahkan aku bukanlah termasuk Para Human yang memberikan jasa seperti Para Human lainnya. Aku juga tahu kalau posisiku bahkan tidak bisa membantu kalian. Hanya menjadi beban bagi kalian.” suara tampak sedang menahan tangis.
Tiba – tiba Yudas memeluk Clove dari belakang. Ia menciumi leher Clove. Clove menghentikan tangisannya.
“Kamu bukanlah beban, kamu bagian dari kami, kamu bisa memberikan semangat kepada kami ketika kami putus asa. Sekecil apapun yang kamu pikirkan lebih baik kamu ungkapkan saja. Jangan kamu simpan sendiri.”
Clove membalikkan badannya namun masih dalam pelukkan Yudas. Yudas memegang pipi Clove lalu memberikan ciuman hangat pada bibir Clove. Clove kembali meneteskan air mata. Yudas memindahkan tangannya kepundak Clove. Yudas mulai mendaratkan ciuman pada leher Clove. Anjing robot peliharaan Clove melihat adegan tersebut lalu bersembunyi dibalik dinding namun masih mengintip apa yang majikannya lakukan.
---------------------
“Jadi hanya untuk ini kamu mengunjungiku?” Clove memulai pembicaraan.
Mereka berdua duduk di ruang tamu. Ruangan dengan warna yang sama yang digunakan di dinding luar. Anjing Clove duduk disamping Clove tampak ikut mendengarkan pembicaraan mereka.
“Tidak juga. Tentu ada hal lain yang ingin kamu sampaikan tapi belum kau ceritakan kemarin, tapi karena kamu emosi, kamu pulang duluan sebelum menceritakan apa yang ada dipikiranmu, benar kan?” jawab Yudas.
“Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku sedang memikirkan sesuatu saat itu?” Ia tidak menyangka kalau Yudas bisa tahu kalau ia sedang memikirkan sesuatu kemarin malam di rumah Veda.
“Cukup dengan menghabiskan malamku bersamamu kemarin lusa, aku sudah mengerti kamu itu orang seperti apa.”
“Oh begitu, tapi kau menikmatinya bukan, hahaha”
“Memang, tapi cukup kewalahan menghadapi betapa ganasnya dirimu. Sampai – sampai aku terlalu lelah keesokan hari”
Anjing Clove tampak bingung dengan apa yang bicarakan oleh majikannya dengan tamu tersebut.
“Hahaha dasar kamu, baiklah aku akan mengatakan apa yang aku pikirkan. Aku merasa kalau aku bukanlah manusia yang dimaksud oleh Nadna. Lagipula aku tidak mengerti apapun soal virus. Tentu aku tidak bisa membantu kalian dalam bentuk apapun. Aku hanya manusia biasa. Human tanpa kelebihan. Aku berpikir bisa saja virus ini sebenarnya diciptakan oleh manusia, bukan karena alam. Tapi aku tidak tahu apa tujuan orang itu menciptakan virus ini. Apakah dia memiliki dendam pada manusia?”
“Tapi dengan apa dia menciptakan virus ini?” Yudas mulai tertarik dengan pembahasan ini.
“Sesuatu yang bukan teknologi dan tidak bisa dijelaskan secara logika.”
“Seperti apa contohnya?”
“Kurasa Para Supra lebih paham soal ini. Mungkin kamu harus bertanya pada Nadna”
“Baiklah sekarang aku akan menemui Nadna”
“Secepat itu?” tanya Clove.
“Apanya yang secepat itu?” tanya Yudas heran.
“Kamu belum lama datang kesini sudah langsung main pergi gitu aja, minimal habiskan dulu jajanan yang sudah kusiapkan di depanmu”
Yudas segera memakan cake yang ada di meja. Karena terburu – buru, krim cake tersebut menempel di bibir Yudas. Clove mendekati Yudas, ia menjilati krim yang menempel di bibir Yudas. Yudas kembali memeluk Clove. Kini mereka berciuman kembali disaksikan oleh anjing kesayangan Clove.
----------------------
Hari menjelang sore. Semua karyawan satu persatu meninggalkan kerjaannya. Sama seperti karyawan lainnya, Herrscher juga membereskan pekerjaannya dan segera pulang. Kini ruangan kantor telah kosong. Semua karyawan menghilang satu persatu meninggalkan gedung itu.
Herrscher tidak langsung pulang ke rumahnya. Ia ingin berjalan – jalan sebentar mengelilingi kota. Ia ingin mencoba melihat kondisi kota setelah wabah virus menyebar. Tampak jalanan terlihat sepi. Ia hanya sendirian di jalan itu. Herrscher jalan kaki menelusuri kota. Suasana yang sepi membuat seakan kota itu telah mati. Mungkin orang – orang mencari aman dengan memilih tinggal dirumah, biarpun belum diketahui medium yang digunakan oleh virus ini untuk menyebarkan penyakitnya.
Tibalah ia pada suatu jembatan. Jembatan cukup besar yang menghubungkan daratan yang dipisahkan oleh Sungai Rhyne. Sungai yang memiliki warna air yang bening. Bahkan orang – orang bisa melihat ikan – ikan menari di dalamnya. Disitulah ia melihat sosok cewek yang pernah ia lihat sebelumnya. Sosok cewek itu tampak sedang memandangi aliran sungai dengan tatapannya yang kosong. Herrscher makin cepat berlari mendekati cewek tersebut. Terlihat makin jelas di mata Herrscher kalau cewek tersebut adalah cewek yang dicari olehnya. Nadna. Dialah sosok cewek yang dicari oleh Herrscher.
Setelah dekat dengan Nadna, Herrscher menyapanya.
“Hai... Nadna, apa yang kamu lakukan disini?”