Di lain tempat di rumah Yuri. Yuri merasakan nafasnya terasa berat.
“Uhuk Uhuk!” Yuri mulai merasakan batuk.
“Tidak mungkin!” Yuri kaget. Ia tahu bahwa ia telah diserang oleh virus yang telah menjadi wabah di dunia saat ini. Hidupnya tinggal sebentar lagi.
Kring... Yuri Yuri Yuri temanmu Nadna nelpon loh...
Suara telpon Yuri berdering menandakan Nadna meneleponnya. Yuri mengangkat teleponnya. Nadna mengajaknya untuk bertemu untuk membahas bencana ini lagi. Yuri mencoba tenang, ia ingin menyembunyikan fakta kalau ia sudah terjangkit virus tersebut. Yuri mengatur pernafasannya agar suaranya terdengar normal di telepon. Yuri tidak ingin Nadna kuatir dengan kondisinya saat ini.
“Hm... baiklah kita bertemu di jembatan biasanya,” Yuri mengikuti ajakan Nadna untuk bertemu di tempat mereka biasa bertemu. Jembatan yang juga merupakan tempat Nadna dan Herrscher bertemu untuk pertama kalinya.
--------------------
ZAPPP
Yuri tiba di lokasi. Jembatan tempat mereka melakukan pertemuan.
Yuri melihat Nadna di lokasi. Matanya langsung tertuju pada tangan Nadna yang diperban.
“Kenapa tanganmu?” tanya Yuri sambil mengarahkan matanya pada tangan Nadna.
“Oh bukan apa – apa, hanya pertarungan kecil”
“Pertarungan kecil katamu?!” Yuri mulai sesak nafas. Ia langsung menghentikan kalimatnya dan segera mengatur pernafasannya. Mencoba menutupi penyakit yang dideritanya. “Sekuat apa lawanmu sampai tanganmu sampai babak belur begitu?”
Yuri mencoba melihat perban yang menutupi tangan Nadna. Tampak acak – acakan seperti asal dibungkus begitu saja. Tidak biasanya Nadna kalah dalam pertarungan fisik. Mungkin lawannya juga ahli bela diri atau mungkin Para Tech, sama seperti waktu Nadna bertarung dengan Veda. Yuri sekali lagi bertanya, “Siapa lawanmu kali ini?”
“Aku tidak tahu, aku belum tahu namanya, tapi kata dia, dia adalah temannya Veda. Bukan teman sih menurutku, karena dia baru saja mengenal Veda di pagi harinya. Kau ingat orang yang mengecek kakek - kakek tua yang mati tiba – tiba direstoran 2 hari yang lalu?”
“Maksudmu orang itu yang menjadi lawanmu?” tanya Yuri untuk meyakinkan bahwa orang tersebutlah yang melukai tangan Nadna.
“Ya benar, dialah orangnya. Tiba – tiba dia datang kesini kemarin sore. Entah darimana dia datang. Dia menuduhku kalau akulah penyebab virus ini. Dia mengira kedatanganku ke restoran tersebut membuat kakek itu mati. Dia mengira aku membawa virus ini. Aku tidak terima dengan perkataannya.”
Nadna menceritakan kronologis bagaimana ia bertemu dengan Herrscher. Bagaimana cara Herrscher memberikan argumennya untuk memojokkan Nadna bahwa Nadna adalah pembawa virus. Hingga Nadna pergi meninggalkan Herrscher namun ditahan oleh Herrscher. Saat itu Nadna berpikir kalau Herrscher ingin menyerangnya. Nadna yang merasa terancam segera mempertahankan diri dengan bertarung dengan Herrscher hingga tangannya penuh lebam seperti itu.
“Jadi hingga akhir kamu tidak tahu siapa dia?” tanya Yuri lagi.
“Tidak, bahkan kalimatnya yang terakhir membuatku makin kesal!”
“Apa kalimat yang dia ucapkan?” tanya Yuri keheranan.
“Aku adalah kematian bagi teman – temanku”
Yuri terdiam, ia terkejut dengan kalimat yang diucapkan Nadna. Ia merasa yang dikatakan orang itu benar. Buktinya kini ia merasakan kalau dirinya sudah terkena gejala orang yang terkena virus tersebut.
“Ada apa Yuri? Mukamu terlihat pucat. Kamu baik – baik saja kan?” Nadna bertanya karena melihat Yuri tiba – tiba diam mendengar kalimatnya.
Wajah Yuri terlihat pucat. Keringat dingin mengalir dikeringatnya.
Yuri mencoba mengabaikan hal itu. Ia menggeleng – gelengkan kepalanya.
“Ah tidak apa – apa. Aku hanya kurang istirahat saja karena terlalu sering mimpi buruk akhir – akhir ini. Mungkin karena aku terlalu serius memikirkan hal ini, hahahha”
“Kau yakin?”
“Iya, tenang saja! Aku baik – baik saja!” Yuri menunjukkan wajahnya yang ceria. Ia mengacungkan jempolnya untuk menandakan bahwa ia baik – baik saja. Ia tidak ingin Nadna tahu dengan kondisinya saat ini. Nadna tahu bahwa Yuri menyimpan sesuatu dari padanya. Terlihat dari raut wajah Yuri yang tidak terlihat seperti biasanya. Nadna mencoba membaca pikiran Yuri.
Yuri yang tahu kalau Nadna akan membaca pikirannya, segera mengalihkan fokusnya pada hal lain. Nadna tidak jadi membaca pikiran Yuri, ia mengetahui kalau Yuri sudah mengubah fokus apa yang dipikirkan oleh Yuri sebelumnya.
“Kamu menggulung perbanmu sendiri?”
“Ah iya, memang tidak bisa serapih kemarin,” jawab Nadna sambil menunjukkan tangannya.
“Kemarin?”
“Ah iya aku lupa bilang ke kamu kalau semalam Yudas menginap dirumahku. Dia yang menolongku. Jam teleportku rusak, jadi aku tidak bisa kembali ke rumahku. Untung ada Yudas, jadi dia yang mengantarku. Dia kasihan padaku, makanya dia yang membantu aku kemarin seperti masak dan memperban tanganku ini. Dia juga yang membantuku makan,” Nadna memalingkan mukanya. Dia malu mengakui kalau Yudas membantunya di rumah, karena Nadna selalu membanggakan dirinya yang mandiri, bisa melakukan segala halnya sendiri.
Yuri mulai membayangkan kejadian tersebut. Baginya momen – momen Yudas dan Nadna terlihat romantis. Dimana Yudas bagaikan pelayan yang siap melayani Nadna bagaikan ratu. Pelayan yang melayani dengan penuh cinta. Adegan pelayan yang menyuapi ratunya yang manja.
“Ohya, selanjutnya...,” suara Nadna membuyarkan imajinasi Yuri.
Nadna melanjutkan ceritanya dengan santai, “Selanjutnya kami minum – minum, entah berapa botol yang kami habiskan malam itu. Aku lupa. Aku mabuk saat itu. Bangun – bangun aku sudah berada di ranjangku dengan Yudas tidur disebelahku. Hahahaha!”
“Kalian tidur bersama?!” tanya Yuri kaget mendengar berita dari Nadna.